Falsafah melegenda mengandung pesan hakiki dari Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto adalah ”lereno mangan sedurunge wareg”. Pesan berbahasa Jawa yang mengandung makna dalam itu mengingatkan orang untuk berhenti makan sebelum kenyang.
”Di sini, HOS Tjokroaminoto ingin menyampaikan pada generasi bangsa, agar menghindari sikap rakus dan serakah serta menggunakan aji mumpung, dengan menggunakan jabatan untuk kepentingan-kepentingan pribadi atau golongan,” kata dosen Geologi UGM, Agus Hendratno pada bedah buku HOS Tjokroaminoto Pelopor Pejuang, Guru Bangsa dan Penggerak Sarikat Islam, di Kampus Tjokroaminoto, Yogyakarta, Senin (13/4).
Buku setebal 366 halaman ini karangan HM Nasruddin Anshoriy CH dan Agus Hendratno, mengupas tentang kisah perjuangan HOS Tjokroaminoto tempo dulu.
Agus mengakui, pesan yang disampaikan HOS Tjokroaminoto itu memang bersumber dari hadis Nabi Muhammad SAW. Dan, HOS Tjokroaminoto mewariskannya secara turun temurun pada setiap orang.
Pada waktu itu, katanya, HOS Tjokroaminoto dikenal sebagai ‘harimau mimbar’ atau ‘singa podium’. ”Jadi wajar bila banyak orang mengagumi HOS Tjokroaminoto,” sebutnya.
Seorang pemimpin nasionalis berkebangsaan Belanda, PF Dahler pun menyebut HOS Tjokoroaminoto sebagai harimau mimbar yang mampu menggetarkan ribuan orang saat pidato di atas mimbar.
Dengan postur tubuh tegap, penampilan berwibawa dan suara berat namun bahasa teratur, HOS Tjokroaminoto membuat ribuan hadirin terpaku mendengar pidatonya.
‘Salah seorang yang disebut mengikuti jejaknya, adalah muridnya, Koesno atau Soekarno, pemuda Blitar yang kelak menjadi proklamator kemerdekaan RI. (K4)
Sumber: Suara Karya