Saat ini, sesuai dengan Perpres No. 22 Tahun 2017, bauran energi Indonesia masih tergantung pada batubara yang sebagian besar dimanfaatkan untuk pembangkit listrik (PLTU). PLTU menghasilkan kurang lebih 10% fly ash dan bottom ash (FABA) yang masih dikategorikan sebagai limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
Merespon kondisi tersebut, pada hari Kamis – Jumat, 26 – 27 September 2019, Departemen Teknik Geologi FT UGM bersama dengan Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara, dan Panas Bumi (PSDMBP) Badan Geologi, Kementerian ESDM; Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara (Tekmira); dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) dengan tema Kegiatan Pengungkapan Potensi Hilirisasi Batubara.
FGD tersebut bertujuan untuk memanfaatkan FABA. Salah satu pemanfaatannya adalah sebagai sumber alternatif Rare Earth Element (REE) – logam tanah jarang, yang erat kaitannya dengan produk industri teknologi tinggi.
Ektraksi REE dari FABA merupakan salah satu program hilirisasi yang saat ini menjadi program nasional Pusat Sumberdaya Mineral, Batubara dan Panas Bumi (PSDMBP), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Salah satu aspek yang harus dilakukan untuk evaluasi FABA yang berpotensi menghasilkan REE adalah dengan mengevaluasi batubara umpan (feed coal) yang digunakan di PLTU. Oleh karena itu, karakterisasi dan pemetaan potensi batubara yg mengandung REE tinggi menjadi penting untuk dilakukan.
“Untuk mendukung hal tersebut, dibutuhkan sinergi antara (1) universitas dalam hal ini diwakili oleh Departemen Teknik Geologi FT UGM yang sudah mempunyai pengalaman dalam riset terkait dengan batubara; (2) pemerintah yang diwakili oleh PSDMBP sebagai regulator, (3) Tekmira sebagai bagian dari Litbang pemerintah, serta, (4) PTBA yg mewakili pihak industri,” jelas Dr. Ferian Anggara, S.T., M.Eng., dosen Departemen Teknik Geologi, salah satu perwakilan dari UGM yang terlibat saat diwawancara setelah kegiatan.
Pada awal kegiatan, masing-masing wakil instansi melakukan presentasi. Pada presentasinya, PSDMBP mempresentasikan tentang kegiatan hilirisasi batubara yang saat ini sedang dilakukan yaitu evaluasi potensi batubara untuk pengembangan Gas Methana Batubara (GMB), Underground Coal Gasification (UCG), Dimethyl Ether (DME), batubara metalurgi, dan Rare Earth Element (REE) dalam batubara. UGM yang diwakili oleh Dr. Ferian Anggara, S.T., M.Eng., dosen Teknik Geologi FT UGM mempresentasikan penelitian REE yang saat ini tengah dilakukan, sedangkan Tekmira mempresentasikan teknologi hilirisasi yang dimiliki saat ini.
Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Kerjasama FT UGM, Dr. Sugeng Sapto Surjono, S.T., M.T., pada acara tersebut berkesempatan membuka acara yang dilaksanakan di Ruang 2.1 Gedung Departemen Teknik Geologi FT UGM.
“Dengan FGD antara Universitas dan Institusi Peneliti dan Industri bidang batubara diharapkan proses hilirisasi dapat terlaksana secara cepat dan terarah sehingga tercapai efisiensi proses dan hasil segera bisa dirasakan bersama,”ungkap Dr. Sugeng saat ditanya harapannya kedepan terkait pelaksanaan FGD Potensi Hilirisasi Batubara tersebut.
Humas Departemen (Wita) | 7 Oktober 2019