Update Berita Ekspedisi Antartika

Hampir 3 bulan sejak keberangkatannya ke Antartika pada bulan November 2016 yang lalu, Dr. Nugroho Imam Setiawan menceritakan pengalamannya selama mengikuti ekspedisi Antarika.

Iklim yang ekstrim, cuaca yang tidak bisa ditebak, beratnya sampel yang harus dikumpulkan dan dibawa ke kapal induk, serta jarak antara kapal induk ke area penelitian merupakan tantangan berat yang harus dihadapi tim JARE58 ini.

“Hujan yang terjadi di Antartika sangat istimewa dan langka sekali karena umumnya suhu yang dingin dengan kelembaban yang rendah tidak memberikan kesempatan air hujan untuk turun. Kami tidak mengharapkan hujan turun di Antartika sehingga segala perlengkapan dan logistik kami tidak siap untuk menghadapi hujan yang langka ini. Untungnya hujan tersebut hanya berlangsung lebih-kurang 30 menit. Fenomena cuaca ini cukup menghebohkan dan merepotkan para peneliti JARE58 yang sedang berada di lapangan,” begitu tulisnya di status yang diunggah di akun pribadi nya di Facebook.

Tidak hanya itu saja, badai yang berlangsung sejak tanggal 26 Januari mengharuskan tim untuk berada di dalam kapal, dan baru melanjutkan ke area penelitian selanjutnya, yaitu daerah Skarvnes, Kjuka dan West Ongul setelah badai mereda tanggal 2 Februari pagi.

Tim akan menyudahi ekspedisi ini setelah fieldwork di West Ongul, sesaat sebelum musim panas di Antartika berakhir, untuk kemudian kembali ke tanah air masing-masing.