Di Antara Lipatan Antiklin dan Senyuman Hangat Desa Pojok Klitih

Penulis: Fikrurrahman

Pemetaan geologi di Desa Pojok Klitih dan Jipurapah, Kabupaten Jombang, dilakukan menggunakan metode surface mapping atau pemetaan permukaan. Kegiatan ini mencakup area seluas 20 km² (4×5 km) dengan skala peta 1:25.000. Pemetaan geologi terdiri dari tiga tahap utama yaitu pra-pemetaan, pemetaan lapangan, dan analisis laboratorium. Pada tahap pra-pemetaan, dilakukan pengumpulan data geologi sekunder, pembuatan peta dasar seperti DEM dan topografi, serta perencanaan lintasan pemetaan. Izin kepada pemerintah setempat juga diurus bersamaan dengan persiapan akomodasi. Tahap pemetaan lapangan meliputi observasi awal (reconnaissance) untuk memahami kondisi geografis, pengumpulan data dari stasiun titik amat (STA) yang mencakup pencatatan struktur geologi, litologi, geomorfologi, dan analisis struktur seperti sesar dan lipatan. Pada tahap pasca-pemetaan, data yang terkumpul dianalisis lebih lanjut di laboratorium melalui analisis petrografi (sayatan tipis) dan paleontologi (mikrofosil) guna mengidentifikasi jenis batuan dan usia formasi.

Secara fisiografis, kawasan Pojokklitih termasuk dalam Zona Kendeng yang terdiri atas tiga satuan geomorfologi utama. Pertama, Punggungan Sesar Pojokklitih, yang memiliki elevasi hingga 450 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan dikontrol oleh sesar naik berarah timur laut-barat daya. Kedua, Lembah Antiklin Pojok Klitih, yang merupakan dataran dengan ketinggian 200 – 300 mdpl dan terbentuk akibat gaya kompresi utara – selatan pada akhir Pliosen. Ketiga, Punggungan Homoklin, terdiri dari lapisan miring yang tersusun sistematis. Struktur geologi yang dominan di kawasan ini mencakup Antiklin Pojok Klitih, lipatan yang terbentuk karena kompresi tektonik pada akhir Pliosen dengan arah axial strike N51°E, dan sesar naik Pojok Klitih, yang memanjang sejauh 1,5 km dengan tinggi singkapan sekitar 2 meter, memotong litologi berupa batulanau karbonatan. Litologi kawasan ini meliputi batulanau karbonatan, batupasir karbonatan, dan batugamping (grainstone dan mudstone), yang menunjukkan lingkungan pengendapan laut dangkal pada masa Pliosen.

Pemetaan geologi di kawasan ini memiliki berbagai manfaat signifikan bagi pengembangan wilayah. Salah satunya adalah mendukung geowisata dengan memanfaatkan struktur geologi seperti antiklin dan sesar sebagai objek wisata edukatif. Pengunjung dapat mempelajari proses pembentukan dan dinamika geologi kawasan melalui interpretasi visual dari peta dan panduan wisata. Selain itu, hasil pemetaan juga bermanfaat untuk mitigasi risiko bencana, terutama dalam mengidentifikasi daerah rawan longsor di sekitar punggungan sesar. Informasi ini sangat penting untuk perencanaan tata ruang yang aman dan tangguh terhadap bencana. Pemanfaatan lahan juga dapat ditingkatkan, terutama di lembah antiklin yang cocok untuk kegiatan agraris seperti perkebunan dan persawahan. Tidak hanya itu, kawasan ini memiliki nilai edukasi yang tinggi sebagai objek penelitian lanjutan terkait tektonik Jawa Timur, sejarah geologi, dan pengembangan metode pemetaan geologi. Dengan demikian, pemetaan geologi di kawasan Pojok Klitih memberikan wawasan mendalam tentang kondisi geologi lokal serta membuka peluang pengembangan ekonomi berbasis geowisata, mitigasi risiko, dan optimalisasi pemanfaatan lahan yang berkelanjutan.

Selama kegiatan pemetaan, masyarakat Rapah Ombo, Desa Pojok Klitih memberikan kesan yang sangat positif. Warga setempat dikenal ramah dan baik hati, selalu menyambut dengan senyuman serta memberikan bantuan yang diperlukan. Anak-anak kecil di desa ini juga sangat aktif dan hangat, sering kali menemani tim pemetaan dengan semangat yang ceria. Tidak hanya itu, keluarga Pakwo Padi, salah satu tokoh masyarakat setempat, memberikan kontribusi besar dalam mendukung kelancaran kegiatan. Kebaikan hati mereka dalam menyediakan bantuan logistik serta akomodasi membuat pengalaman pemetaan menjadi lebih berkesan dan penuh makna. Dibalik kehangatan warganya dan keindahan alamnya, daerah Rapah Ombo ini memiliki akses jalan yang masih jauh dari kata layak. Waktu tempuh dari pusat Desa Pojok Klitih yang seharusnya bisa 10 menit saja menjadi 1 jam karena jalan yang dilewati rusak. Apabila musim hujan, akses jalan untuk keluar ke pusat desa memerlukan waktu lebih dari 3 jam. Bahkan tim pemetaan hampir setiap hari jatuh dari motor serta motor yang digunakan mengalami kerusakan saat melaksanakan proses pemetaan. Hampir setiap hari ketika berbincang dengan masyarakat, hal yang selalu ditertawakan yaitu sering terjadi kecelakaan yang dialami warga sekitar, bahkan ada yang jatuh dari jembatan yang cukup tinggi. Akan tetapi, keterbatasan akses jalan tidak mengurangi rasa nyaman kami di daerah tersebut karena masyarakat setempat memiliki sifat yang sangat hangat.

Gambar 1. Dusun Rapah Ombo, Desa Pojok Klitih, Kecamatan Plandaan.

Gambar 2. Keadaan jembatan di Dusun Rapah Ombo.

Dewi Indah Kusuma Sari | Desember 2024