Pada Jumat, 2 September 2022, telah dilaksanakan Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Fakultas Teknik UGM dengan Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Penandatanganan dilakukan oleh Prof. Dr. Ir. Selo, S.T., M.T., M. Sc., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Teknik UGM bersama dengan Dr. Siti Sumilah Rita Susilawati selaku Kepala Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan dihadiri juga oleh Ketua Departemen, Pengelola Program Studi dan Dosen Teknik Geologi FT UGM.
1. Sari :
Jatimulyo Village, Girimulyo District, Kulon Progo Regency is predicted to continue an increase due to the construction of the NYIA (New Yogyakarta International Airport), toll road project planning and the area has natural tourist destinations, so it has the potential to use space for residential areas. The development of residential areas in Jatimulyo Village currently does not have a development plan based on geological studies from the aspect of geological sources and geological hazards. The purpose of the study is to determine the parameters that influence the geological zoning of regional development for residential areas based on geological sources and potential for
geological disasters. The supporting data for the research are primary data and secondary data. Primary data includes data taken from the field such as lithology type, rock hardness, shrinkage rate, TDS value, groundwater table depth, and soil type. Secondary collected form of slope and mass movement susceptibility adjusted to field
conditions. There are 6 parameters used, namely mass movement susceptibility, slope, rock hardness, swelling–shrinkage of soil, TDS value and depth of ground water table. These parameters can be divided into several sub–parameters which are analyzed using the Analytical Hierarchy Process (AHP) method and get the score for each parameter and then overlaying. The land capability category is determined based on the interval of the highest score and the lowest score then based on the number of categories desired. The results of the Analytical Hierarchy Process (AHP) analysis are mass movement susceptibility (30%), slope (23%), rock hardness (16%), soil swelling–shrinkage (13%), face depth groundwater (10%), TDS (7%). Determining the sub–parameters is divided into three classes, namely very capable, capable and unable. The results of the overlay to produce a zoning map of the land capability of the residential area. Jatimulyo Village is divided into three zones of land capability for the development of residential areas, namely the very capable zone (35%), the capable zone (45%) and the poor zone (20%).
1. Sari :
Sungai Cisaat yang terletak dalam situs Bumiayu – Tonjong, Brebes, Jawa Tengah termasuk ke dalam kawasan penemuan fosil vertebrata dan manusia purba yang terbesar di Pulau Jawa. Formasi–formasi pembawa fosil tersebut yaitu Formasi Kalibiuk, Kaliglagah, Mengger, dan Gintung berdasarkan penanggalan relatif memiliki rentang umur Pliosen Akhir – Pleistosen Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik litofasies, elemen arsitektural, asosiasi fasies, dan interpretasi lingkungan pengendapan dan dinamika sedimentasi dari kawasan Bumiayu– Tonjong, khususnya pada formasi–formasi pembawa fosil. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembuatan kolom stratigrafi terukur dari pengukuran stratigrafi dan pengamatan singkapan di lapangan untuk mendeterminasi litofasies, serta analisis petrografi untuk mengetahui lebih lanjut tekstur, struktur, dan komposisi litologi yang diamati. Stratigrafi terukur Lintasan Sungai Cisaat terbagi ke dalam 15 litofasies, yaitu konglomerat clast–supported masif (Gcm), konglomerat matrix–supported gradasi (Gmg), konglomerat silang siur planar (Gp), konglomerat silang siur trough (Gt), konglomerat stratifikasi horizontal (Gh), batupasir silang siur planar (Sp), batupasir silang siur trough (St), batupasir silang siur sudut rendah (Sl), batupasir gelembur riak (Sr), batupasir stratifikasi horizontal (Sh), batupasir masif (Sm), batupasir scours (Ss), batulempung–lanau–pasir laminasi (Fl), batulempung–lanau masif (Fm), dan batulempung–lanau karbonan (C). Elemen arsitektural yang teridentifikasi yaitu sediment gravity flows (SG), sand bedforms (SB), gravel bars and bedforms (GB), crevasse splay deposits (CS), levee deposits (LV), overbank fines (FF), dan cone apron (CA). Berdasarkan asosiasi litofasies dan elemen arsitektural, terdapat 4 asosiasi fasies dan lingkungan pengendapan, yaitu river dominated delta front (Af1), meandering fluvial (Af2), volcanogenic sedimentary deposits (Af3), dan braided
fluvial (Af4). Dinamika sedimentasi daerah penelitian diawali dari pengendapan Formasi Kalibiuk pada lingkungan laut dangkal dan transisi secara progradasi. Kemudian lingkungan semakin mendangkal menuju darat tepatnya sistem fluvial meandering pada Formasi Kaliglagah. Setelahnya pada Formasi Mengger terjadi aktivitas vulkanik bersamaan dengan sedimentasi sistem fluvial yang sedang berlangsung. Kemudian pada Formasi Gintung pengaruh vulkanisme berhenti dansedimentasi menjadi sistem fluvial braided.
Tim Gajah Mungkur yang beranggotakan mahasiswa dari Departemen Teknik Geologi Fakultas Teknik angkatan 2019 yaitu Aldian Fahrialam, Clara Helena Putri, Muhammad Zulfiqar Jihad P, dibawah bimbingan Ir. I Gde Budi Indrawan, S.T., M.Eng., Ph.D., IPM, berhasil meraih Juara 1 pada kompetisi Pemetaan Geologi dengan tema “Penentuan Tapak Bendungan” yang diselenggarakan oleh HMTG “dr.Bumi” Universitas Jenderal Soedirman pada tanggal 6-12 Agustus 2022 berlokasi di Zona Serayu Utara Kecamatan Karangmoncol-Kertanegara, Purbalingga.
1. Sari :
Penelitian ini dilakukan di Cekungan Surat, Queensland, Australia dimana cekungan ini memiliki potensi untuk produksi dan pengembangan gas metana batubara. Gas metana batubara merupakan salah satu energi altertanif yang dapat membantu mencukupi permintaan gas alam dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengelompokkan batubara berdasarkan parameter analisis proksimat yaitu lengas, abu, zat terbang, dan karbon tertambat serta gas content dari 43 sumur pengeboran. Penelitian dilakukan pada 5 coal seam group yaitu Macalister, Wambo, Iona,
Argyle, dan Condamine. Metode yang digunakan untuk mengelompokkan batubara adalah metode Agglomerative Hierarchical Clustering (AHC). Analisis data dimulai dengan melakukan korelasi data antar sumur untuk setiap coal seam group dan selanjutnya dilakukan composite data. Berikutnya dilakukan perhitungan jarak euclidean yang kemudian akan digunakan untuk mengelompokkan data yang dibantu dengan aplikasi SPSS. Secara umum, pada lokasi penelitian batubara terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok bagian South West (SW) dan kelompok bagian North East (NE) pada kedalaman –200 m hingga –550 m. Kelompok NE memiliki kandungan lengas, zat terbang, dan karbon yang relatif tinggi serta kandungan abu dan gas content yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok SW. Pengelompokan ini terbagi berdasarkan kedalaman dan morfologi cekungan yang dipengaruhi oleh sistem sesar berarah utara–selatan yaitu Moonie Goondiwindi Fault System (MGFS) dan Leichhardt Burunga Fault System (LBFS). Hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai persebaran batubara dengan karakteristik yang beragam yang disederhanakan dan dapat dijadikan sebagai referensi untuk menentukan strategi eksplorasi. Selain itu, eksplorasi pada daerah ini juga dapat dijadikan sebagai analog eksplorasi yang nantinya juga dapat diterapkan di Indonesia.
1. Sari :
Industri baja merupakan salah satu indrustri strategis di Indonesia. Sayangnya, sampai saat ini bahan baku industri baja masih menggunakan besi impor. Berdasarkan penelitian sebelumnya, diketahui bahwa pasir besi di Cipatujah dan Cikalong, Tasikmalaya, Jawa Barat memiliki potensi dalam pemanfaatannya, sehingga dilakukan penelitian mengenai karakteristik pasir besi di kedua daerah tersebut dengan metode penelitian berupa perhitungan derajat kemagnetan (MD), perhitungan bobot isi (SG), analisis mineralogi butir ayak, analisis mikroskopi bijih, analisis XRF, analisis ICP–OES, dan analisis mikro–XRF. Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut, diketahui bahwa endapan pasir besi di kedua daerah memiliki warna yang gelap dengan ukuran butir bervariasi dari very coarse hingga very fine sand dengan nilai MD 0,408% – 55,8% dan SG 1,47 gr/cm3 – 4,17 gr/cm3. Mineral yang dijumpai di kedua kecamatan adalah magnetit, ilmenit, hematit, hydrous iron oxide, piroksen, amfibol, garnet, kuarsa, ankerit, zirkon, dan plagioklas. Selain itu, dijumpai pula fragmen batuan, cangkang kerang/fosil, serta lempung. Kelimpahan magnetit bertambah seiring dengan titik pemboran yang semakin menjauhi pantai, dan semakin banyak sungai yang memasok material endapan, maka kandungan
magnetitnya juga akan semakin tinggi. Pasir besi daerah Cipatujah dan Cikalong, Tasikmalaya secara umum berasal dari Gunung Cikuray dan batuan vulkanik berkomposisi andesit–mafik dari Formasi Jampang yang berasal dari tatanan tektonik continental arc dengan maturitas sedimen rendah.
1. Sari :
Daerah penelitian terletak di Desa Kebonharjo dan Sekitarnya, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo. Daerah penelitian memiliki deret perbukitan dengan kemiringan lereng yang relatif curam, kondisi batuan yang lapuk, serta struktur geologi yang intensif sehingga rawan terjadinya gerakan longsor. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik geologi teknik, analisis kestabilan terutama pada area lereng, dan dilakukan perbandingan peta kerentanan longsor dengan Tangasa (2018) yang menggunakan metode AHP.
Data yang digunakan dalam penentuan karakteristik geologi teknik daerah penelitian, terdiri dari geomorfologi, batuan, struktur geologi, muka air tanah, tingkat pelapukan, dan kualitas massa batuan. Klasifikasi massa batuan Geological Strength Indeks (GSI) digunakan sebagai penentuan dalam kualitas massa batuan permukaan. Kriteria keruntuhan batuan Generalized Hoek–Brown dan metode kestabilan lereng digunakan berupa Limit Equilibrium Method (LEM). Metode penelitian yang digunakan, yaitu pemetaan geologi teknik tingkat pelapukan, kualitas massa batuan, dan tingkat kestabilan lereng dengan skala 1:25.000 khususnya pada area lereng serta pengujian sifat keteknikan pada sampel batuan untuk mengetahui sifat indeks dan kekuatan batuan. Hasil penelitian terdapat 3 (tiga) satuan geomorfologi, yaitu satuan perbukitan sisa gunungapi berlereng curam, perbukitan sisa gunungapi berlereng agak curam, dan perbukitan karst berlereng curam. Daerah penelitian tersusun oleh satuan breksi andesit dan batugamping. Terdapat struktur geologi berupa kekar gerus, sesar sinistral menurun, sesar dekstral menurun, sesar geser sinistral, dan sesar turun. Kedalaman muka air tanah pada area sekitar analisis lereng sekitar 1 – 5 m dengan elevasi 495 – 560 m. Tingkat kemiringan lereng daerah penelitian berupa datar, agak miring, miring, sangat curam, dan sebagian besar agak curam serta curam. Tingkat pelapukan batuan pada area lereng penelitian, yaitu breksi andesit lapuk sedang (30.4 – 169.8 MPa), breksi andesit lapuk tinggi (1.89 – 6.4 MPa), dan batugamping (75.5 MPa). Kualitas massa batuan terbagi menjadi 3 (tiga) zona dengan rentang nilai 21 – 35, 36 – 50, dan 51 – 65. Berdasarkan analisis kestabilan pada area lereng penelitian terbagi menjadi 3 (tiga) tingkat, yaitu zona lereng stabil, kritis, dan tidak stabil. Hasil perbandingan peta tingkat kestabilan lereng dengan penelitian sebelumnya menunjukkan perbedaan yang signifikan. Terdapat zona lereng stabil sebanyak 9 (sembilan) yang berada pada zona
kerentanan gerakan tanah sangat tinggi dan 6 (enam) pada zona kerentanan gerakan tanah sedang. Zona kritis sebanyak 2 (dua) yang berada pada zona kerentanan gerakan tanah tinggi. Zona tidak stabil sebanyak 5 (lima) pada zona kerentanan gerakan tanah sangat tinggi dan 1 (satu) pada kerentanan gerakan tanah tinggi.
1. Sari :
Penelitian dilakukan di Bowen Basin, Queensland, Australia dengan fokus penelitian pada cleat system, faktor pembentukan, dan pengaruhnya terhadap permeabilitas. Data yang diperoleh data pengukuran cleat oleh Pattinson et al., 1996 dan data primer berupa log FMI yang diperoleh dari laporan pemboran dalam website GSQ Open Data Portal (laman: https://geoscience.data.qld.gov.au). Dilakukan tabulasi data pengukuran arah strike cleat system oleh Pattinson et al.,1996 pada tiga area pengukuran yaitu German – Oaky Creek, Tambang Blackwater, dan Tambang Moura. Log FMI diinterpretasi untuk menentukan drilling induced fracture dan borehole breakout yang berguna dalam menentukan arah maximum horizontal stress (SHmax). Selain itu, diidentifikasi pula struktur geologi berupa kekar dan sesar mikro. Hasil interpretasi log FMI ini ditabulasi dan digunakan untuk menganalisis proses pembentukan cleat secara semi kualitatif. Hasil perhitungan permeabilitas dianalisis dengan antribut – atribut cleat menggunakan metode regresi linear sederhana. Trend arah face cleat dan butt cleat adalah sebagai berikut: di Area German – Oaky Creek arah strike face cleat dominan barat laut – tenggara dan butt cleat timur laut – barat daya; arah strike face cleat yang dominan di Area Tambang Blackwater dan Moura adalah timur laut – barat daya dengan butt cleat barat laut – tenggara. Rata – rata panjang cleat adalah 0, 5 – 35 cm. Rata – rata apertur cleat adalah 0, 25 – 3, 5 mm. Intensitas cleat bervariasi dari 4 – 118. Densitas cleat berkisar antara 0, 001 – 0, 023 cm/cm2. Rata – rata spacing face cleat adalah 5 – 50 mm dan butt cleat 13, 333 – 35 mm. Cleat system di daerah penelitian terbentuk oleh proses pembebanan saat pembentukan batubara yang dibuktikan dengan trend cleat yang tegak lurus terhadap perlapisan batuan. Trend arah strike yang dominan paralel terhadap struktur geologi dan tektonik regional menunjukkan arah strike cleat yang sudah terubah oleh struktur geologi dan gaya tektonik. Hasil perhitungan permeabilitas cleat batubara menggunakan rumus Robertson dan Christiansen (2006) berkisar antara 7 – 324 mD. Atribut cleat yang berpengaruh signifikan terhadap permeabilitas adalah apertur; apertur yang besar meningkatkan nilai permeabilitas.