1. Sari :
Sub-Cekungan Madura adalah bagian dari Cekungan Jawa Timur yang merupakan cekungan belakang busur, dinamai letak geografisnya yang berada di Selat Madura (Bransden & Matthews, 1992). Eksplorasi di daerah Selat Madura telah berjalan cukup lama dari tahun 1967 yang dilakukan oleh Citic Service sampai dengan sekarang dan merupakan salah satu bagian kontrak kerja lapangan gas bumi Region IV sampai dengan tahun 2032. Kondisi geologi dari cekungan ini sendiri secara regional cukup menarik untuk dibahas, ditambah dengan potensi sebagai salah satu cekungan penghasil hidrokarbon di Indonesia.
1. Sari :
Pembangunan terowongan 1 Jalan Tol Ruas Sigli ± Banda Aceh merupakan bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera yang akan menghubungkan Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar, dan Kabupaten Pidie. Lokasi pembangunan terowongan 1 secara administrasi berada di Gampong Pulo Hagu, Kecamatan Padang Tiji, Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik geologi teknik meliputi batuan dan tanah, geomorfologi, struktur geologi dan kondisi air tanah serta untuk mengetahui kondisi kestabilan lereng portal inlet dan outlet terowongan. Pengambilan data lapangan permukaan dilakukan dengan melakukan pemetaan geologi teknik menggunakan peta dengan skala 1:12.500. Pengujian laboratorium yang dilakukan berupa pengujian sifat fisik, sifat indeks dan sifat mekanika batuan dan tanah. Hasil dari pengujian laboratorium lalu digunakan untuk menganalisis kondisi tingkat pelapukan batuan, penilaian kualitas massa batuan permukaan berdasarkan GSI, dan kondisi tingkat kestabilan lereng portal inlet dan outlet terowongan
dengan metode kesetimbangan batas.
Litologi daerah penelitian tersusun oleh batupasir karbonatan, batulanau karbonatan dan batupasir dengan tingkat pelapukan lapuk tinggi dan lapuk sedang. Kualitas massa batuan ditentukan berdasarkan klasifikasi Geological Strength Index (GSI) dan kemudian didapatkan tiga kelas kualitas massa batuan yaitu kualitas sangat buruk (nilai GSI <= 20), kualitas buruk (nilai GSI 25-40) dan
kualitas sedang (nilai GSI 45-50). Kondisi kestabilan lereng ditentukan menggunakan analisis kesetimbangan batas dengan metode Bishop’s Simplified dengan kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb dan Generalized Hoek-Brown. Pemodelan dilakukan pada lereng portal inlet dan outlet terowongan. Hasil analisis berupa nilai faktor keamanan (FK) pada masing-masing sayatan, pada lereng portal inlet terowongan sebesar 4,728 secara keseluruhan dan pada salah satu segmen sebesar 2,574 serta pada lereng portal outlet terowongan sebesar 3,191 secara keseluruhan dan pada salah satu segmen sebesar 1,692. Berdasarkan hasil dari analisis kestabilan lereng tersebut dapat diketahui bahwa tingkat
kestabilan lereng portal inlet dan outlet terowongan berada pada kondisi aman dan stabil, baik secara keseluruhan maupun persegmen.
Regional Conference on Geological and Geo-Resource Engineering (RC-GeoE) merupakan sarana bagi para peneliti, akademisi, praktisi, dan komunitas terkait untuk saling berdiskusi dan bertukar gagasan terbaru mereka tentang bidang teknik geologi, teknik geo-sumber daya dan geosains melalui penelitian dan konferensi. Acara puncak berupa konferensi diselenggarakan pada tanggal 20 – 21 Desember 2021 melalui media daring.
Acara tersebut diawali dengan pengumpulan paper pada bulan November lalu dengan topik penelitian berupa rekayasa geologi dan geo-sumber daya dan bidang penelitian terkait termasuk geologi dan geosiensi terapan, geofisika, geokimia, geologi teknik, teknik geo-lingkungan. Terdapat 47 paper yang berpartisipasi pada Regional Conference tersebut.
Tim Expearth yang terdiri dari Aurellia Anindita Rizky (Teknik Geologi 2020), Radista Saga (Teknik Geologi 2020), dan Saeful Ghofar Z. P (Geofisika 2019), meraih Juara 2 pada kompetisi Asia Geoscience Conference and Exhibition bidang Case Study Competition yang diselenggarakan oleh AAPG & EAGE Universiti Teknologi Petronas, Malaysia pada 14 November 2021 – 16 Desember 2021.
Kompetisi bertaraf internasional ini merupakan lomba studi kasus untuk memecahkan permasalahan akibat terjadinya perubahan iklim melalui studi geologi dan geo-engineering. Pada kompetisi tersebut, Tim Expearth membawa ide yang mereka beri judul Advanced Approach for Climate Mitigation through Tackling Permafrost Thawing Catastrophic: New Opportunities for Geoscience Role in Climate Issues.
1. Sari :
Lapangan panas bumi sektor Lahendong terletak di Sulawesi Utara, Indonesia. Lapangan panas bumi ini merupakan bagian dari wilayah kerja panas bumi (WKP) Lahendong yang terdiri dari sektor Lahendong dan Tompaso. Kapasitas total terpasang WKP Lahendong saat ini adalah 120 MW dengan total 46 sumur panas bumi yang diperkirakan dapat dikembangkan lebih lanjut. Pada tahap pengembangan, penyusunan model geologi bawah permukaan secara tiga dimensional perlu dilakukan untuk memberikan pemahaman geologi yang lebih baik, salah satunya adalah persebaran struktur geologi, stratigrafi, dan struktur panas. Penelitian ini dilakukan dengan memanfaatkan Sembilan sumur panas bumi, yaitu LHD1, LHD3, LHD4, LHD5, LHD6, LHD7, LHD8, LHD10, dan LHD13 yang dianggap mewakili kondisi geologi bawah permukaan di sektor Lahendong. Pemodelan tiga dimensional dilakukan dengan pendekatan eksplisit dan implisit menggunakan perangkat lunak Leapfrog Geothermal™.
1. Sari :
Logam tanah jarang (LTJ), galium (Ga), dan vanadium (V) dikelompokkan sebagai Critical Raw Materials seiring dengan aplikasinya sebagai logam penting dalam teknologi tinggi. Oleh karena itu, diperlukan eksplorasi bauksit yang mengandung unsur-unsur tersebut karena kebutuhan bahan teknologi yang semakin meningkat. Di Indonesia banyak ditemukan endapan bauksit laterit dengan beberapa unit pengolahan bauksit domestik, seperti di Tayan yang terus menerus menghasilkan red mud yang menimbulkan masalah baru pada lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi LTJ, Ga, dan V melalui mineralogi dan geokimia pada 2 profil bauksit laterit dengan batuan dasar granodiorit dan kuarsa-diorit yang diambil dari IUP Tayan PT. Aneka Tambang, washed bauxite, residu bauksit, dan red mud sebagai limbah sisa proses Bayer oleh PT. Indonesia Chemical Alumina. Kajian ini dilakukan melalui petrografi, mineralogi (XRD), dan geokimia (XRF dan ICP-MS). Bauksit laterit Tayan terdiri dari 3 zona utama: (1) latosol, di mana sebagian besar unsur tercuci dan membentuk zona yang didominasi kuarsa, (2) bauksit, di mana Al terakumulasi dalam mineral gibsit melalui pengayaan residual, (3) kong, yang didominasi mineral lempung. Dijumpai bahwa LTJ dan Sc terakumulasi dengan konsentrasi tertinggi di zona kong sedangkan Ga dan V sebagian besar terakumulasi di zona bauksit. Pada profil bauksit laterit, LTJ dan Sc yang diadsorpsi oleh mineral lempung melalui lateritisasi, ditemukan berasosiasi dengan SiO2 dan TiO2. LTJ dan Sc juga dijumpai berasosiasi dengan Fe2O3 pada sampel bauksit yang berasal dari batuan induk granodiorit. Kemunculan Ga dan V lebih banyak menjadi substitusi unsur lain yang memiliki geokimia serupa: Ga cenderung berasosiasi dengan Al2O3, sedangkan V dijumpai berasosiasi dengan Fe2O3. Pada bauksit yang berasal dari granodiorit juga dijumpai adanya asosiasi V dengan TiO2. Sedangkan pada bauksit yang berasal dari diorit kuarsa dijumpai adanya asosiasi Ga dengan Fe2O3 serta asosiasi V dengan Al2O3. Proses pencucian crude bauxite menghasilkan konsentrasi REE dan Ga yang lebih tinggi pada washed bauxite,
sedangkan Sc dan V lebih tinggi pada residunya. Reaksi kimia intensif menggunakan NaOH dan pengolahan suhu tinggi dalam ekstraksi alumina pada proses Bayer menghasilkan red mud yang didominasi mineral dengan kandungan besi. Pada sampel red mud ditemukan bahwa LTJ, Sc, Ga, dan V yang secara keseluruhan mengalami pengayaan masing-masing sebesar 1,545 – 5,735, 12,254, 2,913, dan 9,466. Hal ini dapat dijadikan sebagai studi awal untuk unsur-unsur minor, seperti LTJ, Ga, dan V, yang berpotensi sebagai produk sampingan yang ekonomis dari penambangan dan ekstraksi bauksit. Oleh karena itu, studi perilaku unsur perlu dilakukan sebelum dilakukannya eksplorasi dan ekstraksi lanjutan pada bauksit dan red mud untuk memenuhi permintaan global akan material teknologi tinggi.
Sabtu, 18 Desember 2021, Keluarga Alumni Departemen Teknik Geologi Fakultas Teknik UGM atau KAGEOGAMA angkatan 1983 mengadakan acara yang bertajuk Reuni atau Temu Kangen 38th Geologi 83 bertempat di Ballroom UC UGM.
Dalam rangkaian acara tersebut sekaligus menjadi highlight acara tersebut, Kageogama83 meluncurkan sebuah buku yang berjudul “Green Energy, sebuah Keniscayaan (Pemikiran, Solusi dan Rekomendasi dari Ahli Geologi)“. Buku tersebut merupakan karya dari para alumni tahun 1983 dengan latar belakang profesi yang berbeda-beda.
1. Sari :
Kebutuhan akan logam dalam kehidupan sehari-hari tidak bisa dilepaskan,
salah satunya adalah emas. Proses terbentuknya endapan emas erat kaitannya
dengan proses mineralisasi dan proses alterasi hidrotermal di suatu daerah,
dimana proses tersebut sangat erat dengan proses magmatisme. Di Indonesia
proses magmatisme sudah terjadi sejak Pra-Tersier sampai sekarang dengan
periode magmatisme yang berbeda-beda. Proses magmatisme dengan periode
magmatisme yang berbeda-beda menghasilkan endapan hidrotermal yang
berbeda. Salah satu endapan hidrotermal yang banyak dijumpai di Indonesia
adalah endapan epitermal sulfidasi rendah. Endapan mineral bijih pada endapan
epitermal berkaitan dengan pengisian larutan hidrotermal berupa larutan silika
yang mengisi pada rekahan-rekahan yang dihasilkan oleh struktur ekstensional.
Salah satu keterdapatan deposit epitermal di Indonesia berada pada daerah Jawa
Barat yang terletak pada busur kontinen Sunda-Banda yang merupakan busur
vulkanik yang terbentuk pada umur Kenozoik. Menurut Zheng, dkk., (2017),
busur kontinen yang terletak di Jawa Barat menghasilkan 2 sabuk magmatisme,
yaitu sabuk magmatisme tua berumur Eosen-Miosen Awal dan sabuk
magmatisme muda berumur Miosen-Pliosen yang menghasilkan mineralisasi
Busur Sunda Banda Tua yang berumur Miosen (mineralisasi Cijulang (Tun, dkk.,
2014), Arinem (Yuningsih, dkk., 2012), Cibaliung (Harijoko, dkk., 2004), dan
Ciemas (Wu, dkk., 2014; Zhang, dkk., 2015)) dan mineralisasi Busur Sunda
Banda Muda yang berumur Pliosen Pleistosen (mineralisasi Pongkor (Milesi,
1999), Cirotan (Milesi, dkk., 1994), dan Cikidang (Rosana dan Matsuda, 2002)).
Penelitian ini dilakukan pada Desa Kertajaya, Kecamatan Simpenan,
Kabupaten Sukabumi, yang termasuk ke dalam Formasi Jampang, sebelah Timur
Wilayah Izin Usaha Pertambangan PT. Generasi Muda Bersatu. Metode penelitian
yang digunakan pada penelitian ini berupa pemetaan lapangan untuk mendapatkan
data morfologi, litologi, struktur geologi, persebaran urat hidrotermal, persebaran
alterasi hidrotermal, dan persebaran mineral bijih. Analisis laboratorium yang
digunakan pada penelitian ini berupa analisis petrografi sebanyak 12 sampel,
analisis mineragrafi sebanyak 5 sampel, analisis XRD sebanyak 5 sampel, analisis
mikro XRF sebanyak 2 sampel, analisis geokimia bijih sebanyak 16 sampel.
Dari hasil penelitian diperoleh litologi penyusun daerah penelitian berupa
satuan breksi tuf, satuan andesit, satuan dasit, dan satuan lempung kerakalan.
Struktur geologi yang ditemukan di daerah penelitian berupa kekar gerus, sesar
geser dekstral, sesar geser sinistral dengan tegasan utama yang didapatkan berarah
NE-SW. Zona alterasi yang ditemukan di daerah penelitian diantaranya zona
silisifikasi (kuarsa-silika), zona silica-clay (kuarsa-silika-illit-kaolinit), zona
argilik (illit-kaolinit), dan zona propilitik (klorit-epidot±kalsit). Urat hidrotermal
yang ditemukan di daerah penelitian berupa urat kuarsa yang memiliki tekstur
masif, comb, breksi hidrotermal, lattice bladed, kalsedon dengan arah urat
dominan NNW-SSE dan NNE-SSW. Mineral bijih yang ditemukan di daerah
penelitian diantaranya emas, pirit, galena, sfalerit, kalkopirit, arsenopirit, mineral
supergen yang ditemukan diantaranya kalkosit, kovelit, mineral oksida yang