Penulis: Muhammad Ghirazdha Achyar
Di balik keindahan Perbukitan Blora dan Bojonegoro, tersimpan sebuah kisah geologi yang panjang dan penuh dengan misteri. Melalui pemetaan geologi mandiri yang dilakukan oleh mahasiswa Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada, kita diajak untuk menyelami kompleksitas formasi batuan yang terbentuk selama jutaan tahun. Di sini, setiap lapisan batuan dan struktur geologi tidak hanya menceritakan sejarah bagaimana bumi terbentuk, namun juga membuka peluang bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan keberlanjutan dari sumber daya alamnya.
Kegiatan Pemetaan Geologi Mandiri 2024 merupakan salah satu komponen esensial dalam kurikulum pendidikan geologi di Departemen Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada. Kegiatan ini dirancang untuk membekali mahasiswa dengan keterampilan praktis dalam mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasi data geologi lapangan. Melalui kegiatan ini, mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan teori-teori geologi yang telah dipelajari dalam konteks studi kasus nyata, serta mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah. Dengan fokus pada wilayah Kendeng, kegiatan ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk memahami proses-proses geologi yang kompleks dan kontribusinya terhadap pembentukan bentang alam.
Mengungkap Misteri Geologi Daerah Matar Selama kegiatan pemetaan geologi, Egi melakukan serangkaian pengamatan rinci terhadap kondisi geologi di daerah ini. Mulai dari geomorfologi, pola penyaluran sungai, stratigrafi, hingga struktur geologi, semua tercatat dengan baik dalam dokumentasinya. Hasil pemetaan yang dilakukan oleh Egi menunjukkan bahwa daerah perbukitan Matar dan sekitarnya memiliki keberagaman bentuk permukaan bumi yang mencerminkan sejarah pembentukan dan evolusi geologi yang panjang. Satuan geomorfologi di wilayah ini terbagi menjadi empat, mulai dari perbukitan berlereng landai hingga dataran banjir berlereng landai.
Selain melakukan pemetaan, Egi dan teman-teman kelompoknya juga sering bercengkrama dengan warga sekitar Desa Kalangan dimana tempat mereka beristirahat. Kegiatan utama warga di Desa Kalangan ialah menjadi petani dan beberapa ada yang bekerja di Kota Ngawi. Terkadang Egi dan teman-temannya sering bertukar ilmu maupun pendapat dengan warga Desa Kalangan ketika waktu senggang. Mulai dari musim panen mereka, hingga pertanyaan-pertanyaan warga kepada Egi dan teman-teman mengenai batuan yang ada di sekitar Desa Kalangan ini. Dengan ilmu yang seadanya, Egi dan teman-teman berusaha menjawab dengan baik pertanyaan dari warga-warga yang penasaran. Potensi utama dari Daerah Matar dan sekitarnya ialah perkebunan dan persawahan, sehingga tidak heran jika Kabupaten Bojonegoro disebut sebagai lumbung padi nasional.
“Menyusuri jejak geologi di Daerah Matar merupakan perjalanan yang mengungkap misteri alam yang tersimpan selama ribuan tahun. Kompleksitas geologi yang tergambar dalam hasil pemetaan ini menunjukkan betapa kekayaan dan keunikan fitur geologis di Indonesia dapat memberikan wawasan yang berharga” ungkap Fiqry, ketua kelompok 21.
Kuliah lapangan yang dilakukan sangat berkesan bagi setiap anggota kelompok, pengalaman ini menjadi pelajaran yang berharga melebihi mengetahui bagaimana kondisi geologi di Daerah Matar.
Foto Bersama sebelum pulang ke Jogja (dokumentasi pribadi)
Dewi Indah Kusuma Sari | Desember 2024