Pemetaan Geologi dan Potensi Geologi Daerah Bajang dan sekitarnya, Kecamatan Ngluyu, Kabupaten Nganjuk oleh Program Studi Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada sebagai bentuk Integritas Mahasiswa

Penulis: Yudhistira Fajarheza Hermawan

Morfologi Gunung Kendeng

Terdapat 28 kelompok yang masing-masing kelompok dibagi memiliki 4-5 kavling yang berukuran 4x5km yang tersebar di fisiografi Zona Anticlinorium Kendeng. Sudah kurang lebih lima tahun terakhir mahasiswa Teknik Geologi UGM tidak bersinggungan dengan zona antiklinorium Kendeng ini yang identik dengan struktur geologinya yang kompleks. Pemetaan Geologi Mandiri ini satu kelompok dibimbing oleh satu dosen pembimbing, satu orang mahasiswa dijatah satu kavling dan dituntut untuk mampu mengambil data geologi permukaan secara sistematis, mampu membuat preparasi sampel dengan baik, mampu melakukan analisa laboratorium secara komprehensif, dan mampu menyusun laporan geologi yang akurat beserta laporan terkait dalam kavlingnya tersebut.

Gambar Fisiografi Pulau Jawa (van Bemmelen 1949 dengan modifikasi)

Selain berkoordinasi dengan perangkat desa sekitar untuk basecamp, koordinator bersama Perhutani juga diperlukan dalam perizinan sebagai bentuk rasa hormat dan ucapan permisi karena kavling yang diteliti masuk pada wilayah hutan milik Perhutani. Bantuan untuk mengakses jalan juga diberikan oleh Perhutani karena dari polhut sering patroli hutan menggunakan AvenzaMap untuk mengakses rute jalan dalam hutan pengganti dari GoogleMap karena sinyal di hutan sangat sulit.

Pada kavling 57 memiliki empat persebaran satuan batuan, yaitu dari yang paling tua terdiri dari satuan lanau karbonatan, satuan batupasir, satuan batugamping pasiran (wackestone), satuan batugamping kristalin (packstone) dari dua formasi geologi yaitu Formasi Kalibeng yang mendominasi hampir 94% dan ada Formasi Klitik. Yang memiliki struktur major yaitu sinklin yang berada pada lurusan perbukitan Gunung Kendeng (orang desa menyebutnya).

Gambar Peta Geologi Kavling 57

Dari pemetaan yang dilakukan terdapat potensi-potensi yang sangat baik untuk dimanfaatkan warga sekitar khususnya warga Desa Bajang dan Kedungadem. Salah satunya yaitu batugamping yang resisten berada pada Gunung Kendeng di bagian perbukitan sinklin itu tadi bisa dimanfaatkan untuk ditambang sebagai bahan bangunan warga sekitar. Namun, kelemahannya pada napal atau lanau karbonatan yang dominan tersusun di area ini batuan ini mengandung sejumlah lanau dan lempung. Mineral karbonat yang dominan pada kebanyakan marl adalah kalsit, namun mineral-mineral karbonat lain seperti aragonit, dolomit, dan siderit juga dapat hadir. Berbutir sangat halus hingga menengah dan memiliki retakan subconchoidal. Batu napal cenderung lebih mudah pecah daripada serpih, sehingga dapat diasumsikan bahwa kekompakan napal masih termasuk dalam golongan agak kompak. Oleh karena itu, butiran/fragmennya masih dapat dilepas menggunakan tangan atau kuku. Hal ini menyebabkan konstruksi jalanan yang bersinggungan langsung dengan napal ini tadi yang sifatnya elastis dapat mudah hancur. Harus dengan rekayasa geoteknik untuk memecahkan permasalahan ini sehingga jalanan yang berada pada daerah ini bisa direkayasa tanpa dikeluarkan biaya yang besar untuk memanfaatkan napal atau lanau karbonatan yang ada dan harus diteliti lebih lanjut.

Terdapat beberapa potensi geosite yang ditemukan seperti mata air yang dijadikan sendang dan juga air terjun pada litologi batugamping. Banyak mata air dan sendang pada area utara kavling (elevasi lebih tinggi) yaitu Dusun Malangbong, Kecamatan Kedungadem, Kabupaten Bojonegoro, tetapi pada area sana merupakan area yang krisis air yang menyebabkan warga sekitar bergantung pada sendang sendang kecil dan mata air kecil untuk aktivitas mereka. Berbeda halnya dengan bagian selatan kavling (elevasi rendah) memiliki pasokan air yang cukup dibandingkan dengan pasokan air di bagian utara.

Gambar Air terjun pada litologi batugamping (Dokumentasi Pribadi)

Dari hal tersebut bisa dijadikan pengusulan geoheritage serta dapat dikembangkan sehingga menjadi pemasukan bagi warga sekitar jika dikelola dengan baik. Kurangnya hanya di fasilitas yang belum cukup memadai dan juga akses jalan menuju lokasi geosite yang cukup jauh dari pusat kecamatan apalagi pusat kabupaten.

Morfologi Gunung Garingan

Dewi Indah Kusuma Sari | Desember 2024