Penulis: Gibrannulhaq
Berbicara tentang jurusan Teknik Geologi, tentu tidak terlepas dari kegiatan di lapangan. Departemen Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada sendiri berupaya mengasah kemampuan mahasiswanya dalam dinamika yang tidak hanya terbatas di kelas, tetapi juga dalam mengaplikasikan teori yang telah dipelajari di lapangan. Salah satu usaha untuk menumbuhkan rasa atau jiwa geologist mahasiswa Teknik Geologi adalah melalui kegiatan Kuliah Lapangan. Secara umum, kegiatan ini dibagi menjadi 2 tahapan, yaitu Kuliah Lapangan Kampus Bayat dan Kuliah Lapangan Mandiri. Kuliah lapangan kampus bayat dilaksanakan di Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, yang diisi dengan pembekalan kepada mahasiswa mengenai dasar-dasar pemetaan dan bagaimana cara memetakan suatu daerah. Kegiatan ini berlangsung selama 10 hari, dimulai pada 2 Juli 2024 hingga 12 Juli 2024. Di Bayat, kegiatan pembekalan dan pemetaan memberikan kesan yang mendalam, pasalnya selama 10 hari tersebut, mahasiswa dapat bertemu dan berinteraksi langsung dengan warga setempat. Melalui pertemuan–pertemuan tersebut, mahasiswa banyak belajar tentang bagaimana cara berkomunikasi dan pentingnya untuk saling menghargai sesama. Terlebih lagi, pengambilan data lapangan bertepatan tepat di area pemukiman warga, yang mengharuskan mahasiswa untuk menjalin komunikasi yang baik sebelum pengambilan data lapangan dimulai. Selayaknya kultur budaya Jawa, mereka sangat menghargai tamunya dan menyambut mereka dengan hangat. Suguhan makanan ringan dan obrolan singkat yang hampir setiap hari didapatkan menjadikan Kuliah Lapangan Bayat penuh dengan banyak cerita yang berkesan.
Kegiatan checking bersama dosen pembimbing Bapak Agus Hendratno (dokumen pribadi)
Setelah melakukan pembekalan kuliah lapangan di kampus bayat, tibalah saatnya untuk melakukan pemetaan mandiri. Pemetaan mandiri pada tahun 2024 dilaksanakan di sepanjang Zona Kendeng, mulai dari Kabupaten Semarang hingga Bojonegoro. Mahasiswa kemudian disebar ke berbagai wilayah dan diberikan waktu kurang lebih satu bulan untuk memetakan daerah pemetaan masing-masing. Gibrannulhaq, sebagai salah satu mahasiswa teknik geologi mendapatkan area pemetaan di daerah Grobogan, tepatnya di desa Kedungmulyo, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah yang berjarak sekitar 3 jam perjalanan dari Kota Yogyakarta. Salah satu ciri khas daerah ini, yaitu memiliki waduk yang sekaligus dijadikan sebagai objek wisata bernama Waduk Kedung Ombo.
Waduk Kedung Ombo (dokumen pribadi)
Mayoritas masyarakat setempat bekerja sebagai petani dan mengelola kebun. Berbagai macam tanaman seperti jagung, padi, sawi, hingga lavender, tumbuh subur di daerah sekitar pemetaan. Selama kegiatan pemetaan, interaksi dengan warga setempat sering dilakukan, baik saat melakukan pengambilan data di lapangan maupun ketika berada di basecamp. Kepala Dukuh setempat, Pak Bayan, bersikap hangat saat menyambut dan menerima kami di desa tersebut. Pak Bayan menceritakan tentang desa tersebut dan memperkenalkan kami dengan tetangga setempat. Banyak sekali cerita yang menarik mulai dari asal usul Waduk Kedung Ombo hingga hal-hal yang mungkin bisa kami hindari selama melakukan pemetaan. “Jadi memang disini mayoritas petani, nggih. Hati-hati ya kalau masuk hutan soalnya takutnya ada ular atau binatang yang mungkin bisa berbahaya,” kata Pak Bayan saat menemui kami di basecamp.
Selain itu, banyak juga cerita dari masyarakat tentang keluhan mereka, salah satunya harus pergi ke daerah Juwangi (sekitar 20 menit dari Desa Kedungmulyo) hanya untuk berbelanja ke pasar. Tak jarang juga mereka mengeluhkan cuaca yang membuat mereka kesulitan dalam menjaga tanaman mereka. Namun, terlepas dari kendala-kendala tersebut, mereka mengaku sangat senang bisa tinggal di daerah tersebut, karena kehangatan dan interaksi antarwarga yang masih terjalin dengan baik.
Foto bersama salah satu warga setempat (dokumen pribadi)
Foto Bersama pemilik basecamp (dokumen pribadi)
Perjalanan kegiatan pemetaan yang dilakukan oleh Gibran dan selesai pada tanggal 4 Agustus 2024 menandai akhir dari pengalaman penuh makna di Desa Kedungmulyo. Meskipun harus meninggalkan daerah tersebut, Gibran dan rekan-rekannya tentu membawa pulang kenangan yang tak terlupakan. Tak hanya berkaitan dengan ilmu geologi, tetapi juga dengan hubungan sosial dan kehidupan sehari-hari masyarakat setempat. Interaksi yang terjalin selama Kuliah Lapangan Mandiri mengajarkan mereka banyak hal tentang pentingnya saling menghargai dan mampu beradaptasi dengan budaya setempat. Semua pelajaran tersebut menjadi bagian penting dari perjalanan mereka di Departemen Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada, yang akan terus dikenang sebagai pengalaman yang memperkaya pengetahuan dan membentuk karakter untuk terus berdinamika bersama.
Dewi Indah Kusuma Sari | Desember 2024