Penulis: Madarian Aldo Ardiansyah
Kegiatan Pemetaan Geologi Mandiri 2024, yang bersifat rutin dan dibimbing oleh Dr. Eng. Ir. Lucas Donny Setijadji, S.T., M.Sc., IPU, diawali dengan kegiatan reconnaissance dan kunjungan ke Museum Trinil. Melalui pembacaan referensi, muncul gagasan untuk menjadikan kegiatan pemetaan geologi tidak hanya menghasilkan peta geologi untuk kepentingan akademik, tetapi juga melahirkan penelitian berkualitas tinggi.
Informasi geologi Kuarter di sekitar Museum Trinil memiliki peran penting, meskipun hingga saat ini masih belum sepenuhnya terungkap. Kawasan ini menjadi pusat perhatian, baik oleh peneliti dalam negeri maupun internasional, untuk memperbaiki dan melengkapi pemahaman geologinya. Dengan memanfaatkan pengetahuan yang sudah ada, kami berupaya mengidentifikasi satuan batuan Kuarter di sekitar Museum Trinil. Langkah ini merupakan dasar penting untuk interpretasi dan aplikasi lebih lanjut.
Situs Trinil, yang terletak di tepi Sungai Bengawan Solo, Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur, adalah lokasi bersejarah penemuan fosil Manusia Jawa atau Pithecanthropus erectus (sekarang disebut Homo erectus) oleh Eugene Dubois pada tahun 1890-an. Fosil ini diperkirakan berasal dari Kuarter Awal atau Plistosen, dengan perkiraan usia awal antara 700 ribu hingga 1,49 juta tahun. Namun, penentuan usia yang lebih akurat masih terus dilakukan. Berdasarkan laporan terbaru dari dua lapisan fosil di situs Trinil, usia tersebut kini diperkirakan berkisar antara 830-773 ribu tahun dan 560-380 ribu tahun (Hilgen et al., 2023).
Penentuan berbagai satuan litologi Kuarter sangat penting untuk memahami paleoenvironment selama masa kehidupan Manusia Jawa, serta untuk mendukung penemuan fosil lainnya di masa depan. Hal ini mengingat bahwa hanya lapisan tertentu yang terbukti mengandung fosil. Studi sedimentologi sebelumnya, yang telah berlangsung selama lebih dari 100 tahun, sering kali menghasilkan interpretasi yang saling bertentangan.
Untuk memperoleh pemahaman terbaik mengenai geohistori Kuarter dan geoheritage di situs Trinil, diperlukan identifikasi dan pembagian lima (5) satuan batuan Kuarter yang berumur Plistosen hingga recent, yaitu:
- Formasi Batu Gajah,
- Formasi Trinil,
- Formasi Notopuro,
- Endapan Lawu, dan
- Formasi Solo.
Formasi Batu Gajah dan Formasi Trinil merupakan satuan batuan tertua yang paling penting karena menjadi tempat penemuan fosil hominid dan fosil lainnya. Kedua formasi ini terbentuk dari material vulkanik yang berasal dari aktivitas vulkanik Gunung Lawu, dengan komposisi andesitic-intermediate, serta kontaminasi oleh material sedimen dalam lingkungan danau hingga sungai.
Di bagian selatan, batuan ini ditindih oleh produk vulkanik berbutir kasar dari Formasi Notopuro, yang terbentuk di lembah sungai, serta Endapan Pasir Lawu di area datar hingga miring di antara sungai-sungai. Di sepanjang Sungai Bengawan Solo, Formasi Batu Gajah dan Formasi Trinil sebagian tertutup oleh endapan teras yang membentuk Formasi Solo. Di sekitar Trinil, Formasi Solo didominasi oleh endapan pasir lepas dengan komposisi mineral vulkanik.
Melalui identifikasi ini, diharapkan fondasi ilmiah dapat dibangun untuk interpretasi lebih lanjut, baik dalam memahami evolusi geologi maupun dalam mengembangkan potensi geoheritage kawasan Trinil.
Dewi Indah Kusuma Sari | Desember 2024