Petualangan di Desa Bangsri dan Jambangan

Penulis: Nakula Fattah Satriya

Sebagai mahasiswa Teknik Geologi semester 5, pengalaman kuliah lapangan menjadi momen yang sangat berharga dan mendalam. Kali ini, saya mendapat kesempatan untuk melakukan penelitian geologi di Desa Bangsri dan Jambangan, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan. Selama hampir satu bulan, saya tinggal di Puskesmas Monggot yang dijadikan basecamp utama. Setiap hari, saya menempuh perjalanan sekitar 30 menit menuju lokasi penelitian, melewati jalan pedesaan yang sebagian berbatu, ladang jagung, dan hutan. Perjalanan ini bukan hanya sekadar rutinitas, tetapi juga memberikan pengalaman unik melihat keindahan alam pedesaan dengan pemandangan yang asri serta interaksi singkat dengan penduduk setempat yang ramah.

Sesampainya di lokasi penelitian, tugas utama saya adalah mencari singkapan batuan. Singkapan merupakan tempat di mana batuan muncul di permukaan dan menjadi objek utama dalam mempelajari geologi suatu daerah. Setiap kali menemukan singkapan, saya melakukan observasi untuk mengidentifikasi jenis dan karakteristik batuan. Tidak hanya itu, saya juga mengukur strike dan dip menggunakan kompas geologi, langkah penting untuk mengetahui orientasi lapisan batuan. Sampel batuan yang diambil dari singkapan akan digunakan untuk analisis lebih lanjut di laboratorium. Selain itu, semua data lapangan dicatat dengan teliti di buku catatan lapangan (BCL), mulai dari deskripsi singkapan, struktur geologi yang ditemukan, hingga catatan tentang kondisi sekitar lokasi penelitian.

Setiap harinya, pekerjaan lapangan ini penuh tantangan. Medan yang saya hadapi beragam, mulai dari hutan yang penuh semak belukar hingga ladang jagung yang sering membuat saya harus berjalan ekstra hati-hati. Cuaca panas menjadi teman setia yang sering menguras tenaga, tetapi semua itu terbayar dengan kepuasan ketika berhasil menemukan singkapan yang menarik dan relevan untuk penelitian. Saya juga belajar untuk lebih sabar dan teliti, karena tidak semua tempat mudah diakses atau memberikan hasil yang langsung sesuai harapan. Setiap langkah di lapangan adalah pelajaran, baik secara akademik maupun dalam membangun ketahanan mental.

Setelah seharian penuh bekerja di lapangan, saya kembali ke basecamp di Puskesmas Monggot. Meski tubuh lelah, ada perasaan puas setiap kali saya menyusun ulang catatan, membersihkan sampel, dan merencanakan rute untuk keesokan harinya. Basecamp menjadi tempat di mana saya merenungkan perjalanan yang telah dilalui sekaligus menyusun strategi untuk tantangan berikutnya. Kehidupan di Puskesmas Monggot cukup sederhana, tetapi sangat berkesan. Di sela-sela waktu senggang, saya juga menikmati kebersamaan dengan teman-teman, berbagi cerita, dan saling membantu menyelesaikan pekerjaan lapangan.

Selain aspek akademik, pengalaman ini memberikan saya pelajaran hidup yang tidak kalah penting. Tinggal di pedesaan selama hampir satu bulan membuat saya lebih menghargai kehidupan sederhana dan kerja keras masyarakat lokal. Interaksi dengan penduduk setempat memberikan wawasan baru tentang cara mereka hidup berdampingan dengan alam, sesuatu yang jarang saya temui di kehidupan perkotaan. Saya juga belajar untuk beradaptasi dengan kondisi yang serba terbatas, dari fasilitas hingga logistik, yang mengajarkan saya pentingnya kreativitas dan kerja sama.

Kuliah lapangan di Desa Bangsri dan Jambangan tidak hanya membekali saya dengan pemahaman geologi yang lebih mendalam, tetapi juga menguatkan karakter saya sebagai calon geologist. Saya belajar untuk tetap semangat meski menghadapi medan yang sulit, bekerja dengan teliti dalam setiap langkah, dan selalu menghargai setiap proses, sekecil apapun hasilnya. Pengalaman ini membuktikan bahwa bumi menyimpan banyak cerita yang hanya bisa dipahami melalui kerja keras dan eksplorasi langsung di lapangan. Saya merasa bangga dan bersyukur telah menjalani pengalaman ini, yang pasti akan selalu menjadi bagian penting dalam perjalanan saya memahami ilmu geologi.

Dewi Indah Kusuma Sari | Desember 2024