Penulis: Farhan Izzat
Kuliah Lapangan Geologi (KLG) merupakan salah satu momen paling berharga dalam perjalanan akademik saya sebagai mahasiswa Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada. Kegiatan tersebut terbagi menjadi dua bagian besar: Kuliah Lapangan Bayat dan Kuliah Lapangan Mandiri, yang memberikan pengalaman berbeda tetapi saling melengkapi. KL Bayat adalah langkah awal yang penuh tantangan tetapi kami tetap antusias, sedangkan KL Mandiri menjadi tantangan besar yang membawa kami ke dalam dunia nyata seorang geologist.
KL Bayat berlangsung pada 2–12 Juli 2024 di Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. Saya tergabung dalam kelompok 10, yang diberi nama “Besutan,” bersama teman-teman saya: Bajra, Tyo, Meisya, dan Isti. Selama empat hari pertama, kami diperkenalkan pada geologi regional Bayat, termasuk teknik dasar pemetaan geologi dan penggunaan alat seperti kompas geologi. Hari-hari kami dimulai sejak subuh dengan senam pagi, dilanjutkan sarapan, dan pengecekan peralatan sebelum menuju stasiun pengamatan geologi atau STA. Setiap STA memberikan wawasan baru tentang litologi dan struktur geologi daerah Bayat, yang terkenal dengan kekayaan geologinya. Setelah empat hari pengenalan, kami mendapat tugas untuk memetakan kavling secara mandiri, menganalisis data, dan menyajikannya dalam bentuk poster. Meskipun padat dan melelahkan, KL Bayat diakhiri dengan malam apresiasi seni dan ritual pembakaran poster yang membahagiakan kami sebagai satu angkatan yang solid.
Dokumentasi hasil akhir poster Kuliah Lapangan Bayat kelompok 10 dengan dosen pembimbing kami, Dr. Ir. Haryo Edi Wibowo, S.T., M.Sc.
Sesi pembakaran poster Kuliah Lapangan Bayat bersama teman-teman angkatan 2022.
Tantangan terbesar datang pada KL Mandiri, yang berlangsung dari 16 Juli hingga 10 Agustus 2024. Kavling saya berada di Desa Kenongorejo, Napis, Bringin, dan sekitarnya, mencakup Kecamatan Tambakrejo dan Bringin di Kabupaten Bojonegoro dan Ngawi. Pondokan kami berada di Desa Gandong, Ngawi, tempat kami tinggal selama pemetaan. Perjalanan menuju pondokan yang ditempuh dengan sepeda motor selama lima jam menjadi awal dari petualangan panjang ini. Sesampainya di sana, kami langsung berbaur dengan warga setempat, memperkenalkan diri, dan menjelaskan tujuan kami.
Setiap hari di KL Mandiri dimulai dengan perencanaan rute dan pengecekan alat sebelum terjun ke lapangan. Bersama porter saya, Rafael, yang merupakan adik tingkat dari angkatan 2023, kami menjelajahi kavling yang cukup luas. Aktivitas utama yang dilakukan adalah identifikasi litologi, pengukuran struktur geologi seperti jurus dan kemiringan lapisan, serta pengambilan sampel batuan untuk analisis lebih lanjut setelah surface mapping selesai dilaksanakan. Pola penyaluran yang berkembang di daerah penelitian ini yaitu subdendritik. Geomorfologi daerah tersebut dapat dibagi berdasarkan Van Zuidam dan Brahmantyo & Bandono. Litologi di area kaveling saya didominasi oleh batupasir karbonatan dari Formasi Kerek dan batulanau karbonatan dari Formasi Kalibeng, yang mencerminkan lingkungan pengendapan laut dangkal hingga transisi. Struktur geologi utama berupa lipatan dan sesar geser memberikan gambaran mengenai dinamika tektonik yang telah terjadi di Zona Kendeng. Berdasarkan analisis struktur diketahui bahwa arah gaya utama yang mengontrol kavling yaitu berarah utara-selatan. Satuan litologi yang dijumpai terbentuk dari Miosen Tengah hingga Pliosen Awal.
Namun, KL Mandiri bukan hanya tentang pemetaan. Kami juga berusaha menyatu dengan kehidupan masyarakat sekitar. Momen tak terlupakan terjadi ketika kami menyaksikan pertunjukan ekstrakurikuler dari siswa SD setempat, ikut menonton pasar malam di desa tetangga, hingga berbagi cerita dengan warga di sore hari. Kedekatan ini membuat pengalaman lapangan terasa lebih bermakna. Dari sisi geologi, hasil pemetaan kami memiliki potensi untuk mendukung pengembangan lokal, terutama dalam mengevaluasi sumber daya alam seperti hidrokarbon dan air tanah. Data geologi juga dapat dimanfaatkan untuk mitigasi bencana, khususnya di kawasan yang dipengaruhi aktivitas tektonik. Selain itu, kekayaan geologi lokal memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi destinasi geowisata yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar.
Foto seluruh penghuni pondokan dengan mbah pemilik pondokan.
Kami menyempatkan untuk mendatangi pasar malam dari desa sekitar pondokan.
Kuliah Lapangan Geologi ini tidak hanya mengajarkan saya tentang ilmu geologi, tetapi juga memberikan pengalaman hidup yang tak ternilai. Berhadapan langsung dengan medan yang menantang, bekerja sama dengan teman-teman satu kelompok, hingga berinteraksi dengan masyarakat setempat. Kuliah lapangan Mandiri telah membentuk pemahaman baru tentang bagaimana ilmu geologi yang dipelajari di kelas dapat diaplikasikan di dunia nyata.
Kami turut menyaksikan kegiatan pertunjukan ekstrakulikuler dari sekolah dasar di sekitar pondokan
Dokumentasi kelompok bersama dosen pembimbing pada saat Kuliah Lapangan Mandiri.
Dewi Indah Kusuma Sari | Desember 2024