Air bersih merupakan salah satu kebutuhan primer setiap manusia. Kebutuhan terhadap air bersih menjadi tantangan yang serius dalam mencapai pembangunan keberlanjutan khususnya di beberapa daerah yang sulit mengakses air bersih. Peristiwa krisis air bersih sangat sering terjadi umumnya pada musim kemarau, hal ini berdampak signifikan di beberapa sektor seperti agrikultur, peternakan, kesehatan masyarakat, dan industri lainnya. Suatu upaya untuk menangani masalah krisis air salah satunya yaitu melakukan pemetaan air bawah permukaan untuk mengetahui letak cadangan sumber daya air. melalui pemetaan tersebut diharapkan kegiatan eksplorasi air bawah permukaan dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Pemetaan air bawah permukaan dapat dilakukan dengan mengetahui kondisi geologi suatu daerah untuk menentukan apakah di daerah tersebut terdapat akuifer yang berpotensi menyimpan air bawah permukaan.
Penentuan indeks GPI
Metode yang digunakan untuk melakukan pemetaan ini adalah Groundwater Potentiality Indeks (GPI). Metode ini mencakup lima parameter yaitu rekahan, litologi, topografi, drainage dan curah hujan. Persentase setiap parameter yang mempengaruhi air bawah permukaan tergantung dengan kondisi geologi yang ada. Semakin banyak rekahan maka persentase keberadaan air bawah permukaan akan semakin tinggi hal ini ditunjukan oleh nilai GPI yang semakin besar. Hal tersebut sejalan dengan curah hujan dan drainase, semakin tinggi curah hujan dan saluran air yang ada maka indeks GPI akan semakin besar. Kemudian untuk parameter topografi, semakin rendah angka kemiringan lereng maka nilai indeks GPI akan semakin besar. Sedangkan untuk parameter litologi, batuan yang memiliki nilai indeks GPI tinggi adalah batuan yang memiliki karakteristik terdapat rekahan, berpori besar, atau memiliki tekstur vesikular sehingga memiliki permeabilitas yang tinggi. Batuan dengan nilai GPI yang rendah memiliki karakteristik tekstur yang kompak dan tidak terdapat rekahan sehingga tidak memungkinkan adanya jalur air, batuan tersebut memiliki permeabilitas yang buruk. Setelah itu dilakukan perhitungan menggunakan persamaan nilai GPI untuk mengetahui bobot yang menggambarkan kontribusi tiap parameter terhadap ketersediaan air tanah.
Pemetaan dilakukan dengan menentukan nilai indeks GPI pada setiap stasiun titik amat, kemudian data diolah menjadi peta tematik yang menunjukan perbedaan nilai indikator pada setiap parameter. Setelah itu, setiap parameter diintegrasikan untuk dapat menghasilkan peta GPI dan peta distribusi persebaran mata air dan sumur yang berpotensi menjadi sumber air bawah permukaan. Berdasarkan peta GPI dapat diketahui luas daerah yang memiliki nilai GPI sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Data tersebut dapat diverifikasi di lapangan dengan membandingkan nilai indeks GPI yang ada pada peta dengan keberadaan mata air dan kehadiran air bawah permukaan pada sumur bor.
Studi pemanfaatan terhadap SDGs
Pemetaan air bawah permukaan merupakan salah satu upaya dalam mencapai tujuan SDGs nomor 6 yaitu air bersih dan sanitasi layak, yang mana didalamnya terdapat indikator air yang dapat diakses, air minum terjangkau, akuifer, air tanah dan pasokan air. informasi lebih lengkap mengenai pemetaan air bawah permukaan dapat diakses melalui jurnal Mapping groundwater potential zone using groundwater potentiality index in Sulamu, Central Fatuleu and West Fatuleu, Kupang, East Nusa Tenggara yang ditulis oleh Adelin dkk. (2024)
Anggita Yashahila | Desember 2024
Daftar pustaka:
Adelin, A.N., Hartono, H.I.R., Putra, D.P.E., and Pranantya, P.A., 2024, Mapping groundwater potential zone using groundwater potentiality index in Sulamu, Central Fatuleu and West Fatuleu, Kupang, East Nusa Tenggara, in IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, Institute of Physics, v. 1311, doi:10.1088/1755-1315/1311/1/012024.
Artikel lengkap dapat diakses melalui https://www.scopus.com/record/display.url?eid=2-s2.0-85189338580&origin=resultslist