Setiap kegiatan pembangunan infrastruktur memiliki dampak yang negatif bagi lingkungan yang sulit untuk dihindari. Hal tersebut dapat terjadi apabila rencana pembangunan tidak memadai, sehingga memicu munculnya permasalahan lingkungan. Salah satunya yaitu, kontaminasi sumber daya air akibat adanya pembangunan terowongan. Dampak lain dari pembangunan terowongan yang perlu diperhatikan yaitu ketersediaan air berkurang, menurunnya kualitas air, dan kegagalan sistem infrastruktur air. Hal tersebut dapat diatasi dengan melakukan studi lebih lanjut mengenai kondisi hidrogeologi pada daerah pembangunan sebagai kunci untuk mengetahui jenis batuan yang akan mempengaruhi laju air tanah.
Hidrogeologi dan hidrokimia
Kondisi hidrogeologi dan hidrokimia yang tidak tepat dapat mempengaruhi kegagalan pembangunan. Oleh karena itu terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika menentukan lokasi pembangunan. Aspek hidrogeologi yang dapat dijadikan parameter untuk menentukan kelayakan suatu area dilakukan pembangunan terowongan yaitu geomorfologi, kondisi geologi, curah hujan, dan aliran air bawah tanah. sedangkan aspek hidrokimia yang perlu diperhatikan yaitu karakteristik fisik dan kimia air bawah tanah, kandungan ion mayor dalam air tanah dan agresivitas kimia air bawah tanah. Adapun parameter fisik dan kimia air tanah meliputi suhu, pH, TDS, EC (Electrical Conductivity), Na, K, Ca, Mg, HCO3, CL, NO3, SO4.
Nilai parameter kimia air tanah dapat diploting pada diagram piper untuk mengetahui tipe hidrokimia air tanah. Berdasarkan tipe hidrokimia air tanah dapat diketahui asal muasal air tanah, proses geokimia yang terjadi, serta interaksi antara air dan batuan pada permukaan, sehingga dapat dijadikan indikator dalam evaluasi perubahan hidrokimia pada akuifer atau air tanah. Menurut Itsnaini dkk. (2024) agresivitas kimia air bawah tanah dapat menentukan apakah suatu area memiliki tingkat erosi yang tinggi atau rendah. Hal tersebut dilakukan untuk memitigasi adanya potensi kerusakan akibat efek geologi seperti gempa dan longsor dan kontaminasi unsur kimia yang akan berdampak pada keberlanjutan pembangunan dalam jangka panjang.
Studi mengenai hidrogeologi dan hidrokimia dilakukan untuk mencapai kestabilan akan pembangunan infrastruktur dengan kondisi lingkungan sekitar. Adanya kesetimbangan antara kemajuan infrastruktur dan keberlanjutan kualitas air bawah tanah, merupakan salah satu upaya dalam merealisasikan SDGs nomor 6 yaitu air bersih dan sanitasi layak, yang mana mencakup indikator air yang dapat diakses, akuifer, air bersih dan air tanah.
Anggita Yashahila | Desember 2024
Daftar Pustaka
Itsnaini, N., Putra, D.P.E., and Indrawan, I.G.B., 2024, Hydrogeological and hydrochemical condition in planned tunnel B route of the Yogyakarta-Bawen toll road, in E3S Web of Conferences, EDP Sciences, v. 479, doi:10.1051/e3sconf/202447902007.
Artikel lengkap dapat diakses melalui https://www.scopus.com/record/display.url?eid=2-s2.0-85184621333&origin=resultslist