Kenangan Unik dalam Kuliah Lapangan Mandiri: Pemetaan Geologi, Program Studi Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada  

Penulis: Nauval Dzaky Aryasatya

Setelah menjalani kuliah di semester 4 pada Prodi Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada, para mahasiswa semester 4 termasuk saya sendiri, Nauval Dzaky Aryasatya, melanjutkan program Kuliah Lapangan di Bayat lebih tepatnya berlokasi di Kampus Lapangan Geologi UGM, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 2 Juli 2024 yang berlangsung selama 10 hari. Kegiatan ini bertujuan agar mahasiswa dapat belajar mengumpulkan data geologi permukaan secara sistematis, melakukan preparasi sampel dengan baik, serta melaksanakan analisis secara komprehensif. Selain itu, mahasiswa diharapkan mampu menyusun laporan geologi. Kegiatan lapangan dilaksanakan secara mandiri oleh setiap kelompok yang terdiri atas 4 sampai 5 orang, kegiatan lapangan yang dilakukan oleh setiap kelompok tidak hanya untuk menyelesaikan mata kuliah dan meningkatkan keterampilan geologi, tetapi juga memperkuat ikatan antar peserta.

Setelah menjalani kegiatan Kuliah Lapangan di Bayat yang berakhir pada tanggal 12 Juli 2024, kelompok saya memutuskan untuk istirahat sejenak selama dua hari sebelum menjalani kegiatan Kuliah Lapangan Mandiri, dimana setiap orang memiliki lokasi kavling yang berbeda-beda. Kelompok saya mendapatkan lokasi yang termasuk dekat dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) jika dibandingkan dengan kelompok lain, yaitu terletak di perbatasan antara Kabupaten Semarang dan Kabupaten Demak. Kelompok kami memutuskan untuk berangkat pada tanggal 14 Juli 2024, dimana sesampainya disana langsung mengurus perizinan di kantor kecamatan dan Perhutani. Setelah mengurus perizinan yang diperlukan untuk pemetaan mandiri, kami pun langsung mendatangi tempat singgah sementara yang merupakan rumah dari salah satu  warga Kawengen, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah bernama Bu Nanik yang sudah tidak dihuni lagi sejak tahun 2021.

Tempat singgah sementara pemetaan mandiri

Kesan pertama saat menempati tempat singgah Bu Nanik terasa menyeramkan karena merupakan bekas dari puskesmas untuk merawat orang yang sakit dan juga terdapat kamar-kamar yang terasa horor. Tetapi seiring waktu mulai terbiasa dengan suasana horornya dan menganggap seperti hal yang biasa ditambah lagi terdapat balkon pada rumah ini dan biasa dijadikan spot untuk melihat pemandangan dan menghela nafas sejenak.

Pemandangan balkon di tempat singgah

Di hari pertama pemetaan mandiri saya memutuskan untuk jalan-jalan memutari kavling untuk mengetahui medan, jalanan, warung makan, serta singkapan yang ada di pinggir jalan. Di hari kedua dan seterusnya saya mulai pemetaan mandiri yang sebenarnya disertai hal-hal unik yang terjadi, seperti saat saya melakukan pemetaan di Gunung Girikusumo saya dan porter saya menemukan makam, dimana makam tersebut merupakan makan dari Syeh Ibrohim Girikusumo yang memiliki panjang sekitar 2,5 meter.

Makam Syeh Ibrohim Girikusumo di puncak gunung

Tidak hanya itu, setelah saya dan porter menuruni Gunung Girikusumo kami menemukan tempat yang cocok dijadikan sebagai tempat wisata dan dapat dijadikan sebagai prospek geowisata berupa perlapisan batugamping dengan sisipan batupasir yang dilewati oleh aliran sungai.

Stop site prospek geowisata

Hal unik juga terjadi saat saya mengagendakan untuk memetakan daerah sekitar sungai, di awal hari sebelum pemetaan saya mencoba bertanya kepada tetangga apakah boleh untuk meminjam Motor Jagung yaitu motor (kendaraan roda dua) yang digunakan oleh warga lokal untuk mengangkut hasil panen di sekitar sawah dan sungai, dan diluar ekspektasi ternyata saya dibolehkan untuk mengendarai motor tersebut. Tanpa disangka-sangka hal diluar rencana juga terjadi, saya dan porter saya ingin mencoba motor tersebut apakah dapat menyusuri sungai, alhasil motor tersebut dipenuhi dengan lumpur dan saya harus bertanggung jawab untuk membersihkan motor tersebut.

Motor warga berada di sungai

Setelah melakukan kegiatan Kuliah Lapangan Mandiri, kelompok kami memutuskan untuk menyelesaikan kegiatan ini pada tanggal 8 Agustus 2024 dan kembali menuju Daerah Istimewa Yogyakarta pada jam 21.30. Kepulangan ini memberikan kesan campur aduk antara rasa bahagia dan sedih, karena banyak hal yang telah dilalui seperti berdiskusi bersama teman satu kelompok, hal-hal unik yang terjadi, mendengarkan cerita dari teman-teman satu kelompok dan cerita dari warga sekitar yang hanya bisa menjadi kenangan yang dilalui.

-Terimakasih kepada Bapak Didit Hadi Barianto yang sudah membimbing dengan baik dan sabar serta saya ucapkan terimakasih banyak kepada Kelompok 1 (Kelompok Semangka) yang sudah berbagi cerita bahagia, derita, keluh kesah yang akan selalu saya kenang dan tidak bisa dilupakan. (Nauval Dzaky Aryasatya)

Dewi Indah Kusuma Sari | Desember 2024