Mengungkap Rahasia Lipatan Bumi di Desa Ngluyu, Kabupaten Nganjuk

Penulis: Jullanar Hanun Hanifah

Pada tanggal 14 Juli 2024, Kuliah Lapangan Geologi dilaksanakan secara mandiri oleh Mahasiswa Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada yang mengambil mata kuliah ini. Daerah pemetaan tersebar di Zona Fisiografi Kendeng. Salah satu Mahasiswa Teknik Geologi UGM bernama Hanun mendapatkan daerah pemetaan di Ngluyu dan sekitarnya, Kecamatan Ngluyu dan Temayang, Kabupaten Nganjuk dan Bojonegoro, Jawa Timur. Daerah pemetaan memiliki luas 4 km x 5 km termasuk dalam fisiografis Zona Kendeng bagian timur. Formasi yang menyusun daerah pemetaan meliputi Formasi Klitik dan Formasi Kalibeng.

Pemetaan dilaksanakan selama 16 hari dan didapatkan 99 stasiun titik amat (STA). Pemetaan dimulai di pagi hari setelah sarapan dan selesai di sore hari. Pemetaan berlangsung dengan menjelajahi perkebunan, perhutanan, dataran tinggi, dan lembah. Berdasarkan data yang didapatkan selama pemetaan, diperoleh 4 jenis litologi yaitu batu napal, batupasir karbonatan, batugamping grainstone, dan batugamping rudstone. Daerah dengan penduduk yang sedikit ini ternyata tersusun dari proses geologi yang cukup signifikan. Ditemukan ada banyak struktur yang mengontrol terbentuknya daerah ini. Struktur tersebut meliputi lipatan (sinklin dan antiklin), sesar (naik dan turun), dan kekar (gerus dan ekstensi). Struktur ini diperkirakan terjadi pada Akhir Pliosen berupa pengangkatan bersamaan dengan terjadinya peristiwa Pemendekan Zona Kendeng. Lipatan daerah ini sangat unik karena terjadi berulang, yaitu membentuk sinklin Ngluyu – antiklin Ngluyu – sinklin Bajang – antiklin Ngluyu. Perlapisan yang dijumpai di daerah pemetaan memiliki arah yang saling berlawanan. Pada bagian tengah daerah pemetaan, dijumpai lapisan yang tegak hingga 83⁰. Lapisan yang hampir tegak ini mengindikasikan bahwa aktivitas tektonik pada masa itu sangatlah aktif.

Gambar striasi (kiri) dan lapisan tegak (kanan) pada daerah pemetaan

Pada daerah pemetaan ditemukan Waduk Sumber Ayu. Waduk ini menjadi salah satu mata pencaharian warga seperti untuk memancing dan sebagai saluran irigasi sawah. Morfologi lembah digunakan sebagai pemukiman warga dan pertanian. Pada dataran tinggi dimanfaatkan warga sebagai perkebunan dan perhutanan. Daerah pemetaan memiliki potensi negatif berupa longsor dan pembakaran hutan/kebun. Sebagai penutup, daerah pemetaan sangat relevan untuk digunakan sebagai pembelajaran geologi. Pemetaan ini sangat berkesan, tetapi masih ada banyak hal yang perlu dikaji lebih dalam agar semakin menambah wawasan.

Dewi Indah Kusuma Sari | Desember 2024