Jejak di Kendeng: Menembus Tantangan, Mengasah Keilmuan

Penulis: Kharysmaputri Thessa Wardana

Pada libur akhir semester 4, mahasiswa Teknik Geologi Angkatan 2022 melaksanakan kegiatan akademik yang penuh tantangan dan pembelajaran, yaitu Pemetaan Geologi 2024. Kegiatan ini terdiri dari dua tahapan utama: pemetaan geologi di Bayat dan pemetaan geologi mandiri. Pemetaan geologi mandiri menjadi pengalaman istimewa, di mana setiap mahasiswa secara individu harus mengerjakan tugas pemetaan pada lokasi yang telah ditentukan sejak awal semester. Tahun ini, Zona Pegunungan Kendang menjadi medan eksplorasi, menyajikan lanskap geologi yang kaya dan penuh keunikan untuk diteliti lebih dalam. Kegiatan ini bukan sekadar tugas akademik, tetapi juga momen untuk mengasah kemampuan analisis, eksplorasi, dan pemahaman geologi secara nyata.

Pemetaan Geologi di Bayat menjadi tantangan pertama yang nyata, mempersiapkan mahasiswa menghadapi pemetaan mandiri di Zona Pegunungan Kendang. Selama 11 hari penuh pengalaman tak terlupakan, Bayat menyuguhkan perjalanan seru dan penuh dinamika. Setiap pagi diawali dengan aktivitas lapangan yang melelahkan namun penuh pembelajaran, sementara malamnya diisi dengan ke-hectican mengerjakan laporan, tes peraga, hingga membuat poster manual dengan tulisan tangan—sebuah seni yang membutuhkan ketelitian dan kesabaran. Awalnya, bertahan di Bayat terasa berat, namun siapa sangka, enam bulan telah berlalu, meninggalkan kenangan manis dan rasa bangga. Pemetaan Bayat bukan sekadar tugas akademik, tetapi juga ujian mental dan fisik yang kini menjadi bekal berharga untuk menaklukkan tantangan-tantangan berikutnya.

Pemetaan geologi mandiri menjadi tantangan besar, terutama karena untuk pertama kalinya mahasiswa harus memetakan area seluas 20 km² secara individu dalam waktu kurang lebih tiga minggu. Di hari pertama, saat memetakan wilayah Kedungadem, Bojonegoro, Jawa Timur, tantangan langsung menghadang. Saya tersesat di tengah hutan, menemukan sungai kering tanpa jalur yang jelas, dan kebingungan menentukan arah. Beruntung, saya bertemu warga setempat yang membantu menunjukkan jalan keluar.

Perjalanan mulai menemukan titik terang dengan menemukan jalur menuju area kavling tujuan, meskipun kondisi jalan yang buruk dan sulit diakses menjadi hambatan utama. Setiap pagi dimulai dengan menempuh jalan berbatu yang sering merusak sepeda motor, mengajarkan pentingnya persiapan logistik dan ketahanan mental menghadapi kondisi lapangan ekstrem. Selama pemetaan, banyak pengalaman tak terlupakan terjadi: hampir tertimpa rock fall, terjebak di lubang air saat menyusuri sungai, hingga disangka oleh warga sebagai pencari sumber minyak—sesuatu yang sebenarnya relevan dengan potensi geologi di lokasi tersebut. Melakukan pemetaan mandiri memberikan banyak dampak positif, terutama dalam membiasakan membaca peta, melakukan observasi lapangan, menggunakan kompas, menjalankan prosedur lapangan, dan mencatat temuan secara terstruktur di buku catatan lapangan. Data yang diperoleh dari lapangan kemudian diolah lebih lanjut setelah kembali ke Yogyakarta.

Proses analisis data melibatkan berbagai tahapan, seperti petrografi, paleontologi, analisis struktur geologi, dan morfologi, untuk menghasilkan output berupa poster. Meskipun banyak tantangan yang dihadapi, pengalaman ini menjadi pembelajaran berharga, terutama dalam memperbaiki kemampuan analisis data. Selama proses tersebut, saya semakin memahami pentingnya ketelitian dan metodologi yang baik, menjadikan analisis data sebagai pengalaman yang bermanfaat dan membentuk keterampilan dasar yang penting bagi seorang geologi.

Rangkaian kegiatan mulai dari Pemetaan KL Bayat, Pemetaan KL Mandiri di Zona Kendeng, pembuatan poster, presentasi, hingga penyusunan laporan telah berhasil dilalui satu per satu. Meski penuh rintangan, pengalaman ini menjadi pelajaran berharga. Bagi seorang mahasiswa geologi, pemetaan mandiri ini bukan hanya sekadar tugas akademik, tetapi juga ajang untuk memahami realitas lapangan yang dihadapi oleh seorang ahli geologi. Belajar menghadapi kondisi sulit, mengasah kemampuan analisis dalam situasi tak terduga, dan memahami tanggung jawab besar di balik profesi tersebut. Lebih dari sekadar menambah wawasan, perjalanan ini juga membentuk karakter dan mentalitasnya dalam pembelajaran.

Dewi Indah Kusuma Sari | Desember 2024