Eksplorasi geothermal menghadirkan tantangan unik, terutama dalam mendeteksi dan memetakan area alterasi hidrotermal secara remote. Salah satu teknologi penginderaan jarak jauh, yaitu LiDAR (Light detection and Ranging) atau laser scanning, menawarkan solusi untuk menghasilkan data presisi tinggi yang dapat digunakan untuk memahami kondisi manifestasi permukaan yang menggambarkan kondisi bawah permukaan. Sebuah studi terbaru oleh dosen Teknik Geologi UGM, Yan Restu Freski, memanfaatkan potensi LiDAR sebagai alat untuk melakukan pemetaan alterasi hidrotermal di daerah prospek panas bumi di Bajawa, Flores, Indonesia.
Penelitian yang dilakukan di Bajawa, NTT dilakukan pada salah satu wilayah prospektif geothermal di Indonesia. Data LiDAR udara dengan densitas 12 titik per meter persegi dan panjang gelombang 1064 nm digunakan untuk memetakan area hidrotermal tersebut. Lokasi penelitian ini dipilih karena area tersebut telah terbukti memiliki potensi sistem panas bumi dengan keterdapatan alterasi hidrotermal di permukaan.
LiDAR tidak hanya memberikan hasil model elevasi permukaan yang detail, tetapi juga dapat digunakan dalam merekam intensitas pantulan sinyal (LiDAR Return Intensity atau LRI). LRI menunjukkan tingkat reflektifitas permukaan daerah penelitian bergantung pada komposisi fisik dan kimia material. Dalam eksplorasi geothermal, nilai LRI dapat digunakan sebagai indikator alterasi hidrotermal dimana batuan yang teralterasi, yaitu kondisi batuan yang mengalami perubahan akibat reaksi batuan dengan fluida hidrotermal, memiliki reflektifitas yang berbeda dengan batuan yang tidak teralterasi atau fresh.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Yan Restu Freski dan kawan-kawan, dilakukan perbandingan nilai LRI yang diperoleh dari data LiDAR udara dengan hasil pengukuran di laboratorium. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa nilai LRI batuan yang memiliki tingkat alterasi sangat teralterasi lebih tinggi bila dibandingkan dengan batuan yang tidak teralterasi. Disparitas nilai LRI mencapai kurang lebih 28 pada data LiDAR udara dan nilai 12 pada data laboratorium. Kedua nilai tersebut menunjukkan adanya pola yang konsisten dan dapat diandalkan dalam membedakan tingkat alterasi batuan. Selain itu, adanya kesamaan pola antara nilai LRI dari data udara dan laboratorium memberikan validasi terhadap potensi penggunaan LiDAR dalam pemetaan alterasi hidrotermal.
Penelitian ini dapat menjadi langkah awal yang signifikan dalam pemanfaatan data LRI dari LiDAR udara untuk pemetaan alterasi hidrotermal dengan validasi pola dan tren dari data laboratorium yang memperkuat potensinya dalam eksplorasi panas bumi. Teknologi ini sangat berpeluang menjadi teknologi yang membantu dalam deteksi area prospektif dengan efisiensi tinggi, sehingga dapat mendukung eksplorasi energi terbarukan di masa depan.
Artikel lengkap dapat diakses melalui https://www.scopus.com/record/display.url?eid=2-s2.0-85192690823&origin=resultslist
Dewi Indah Kusuma Sari | Desember 2024