Tim Gajah Mungkur yang beranggotakan mahasiswa dari Departemen Teknik Geologi Fakultas Teknik angkatan 2019 yaitu Aldian Fahrialam, Clara Helena Putri, Muhammad Zulfiqar Jihad P, dibawah bimbingan Ir. I Gde Budi Indrawan, S.T., M.Eng., Ph.D., IPM, berhasil meraih Juara 1 pada kompetisi Pemetaan Geologi dengan tema “Penentuan Tapak Bendungan” yang diselenggarakan oleh HMTG “dr.Bumi” Universitas Jenderal Soedirman pada tanggal 6-12 Agustus 2022 berlokasi di Zona Serayu Utara Kecamatan Karangmoncol-Kertanegara, Purbalingga.
1. Sari :
Penelitian ini dilakukan di Cekungan Surat, Queensland, Australia dimana cekungan ini memiliki potensi untuk produksi dan pengembangan gas metana batubara. Gas metana batubara merupakan salah satu energi altertanif yang dapat membantu mencukupi permintaan gas alam dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengelompokkan batubara berdasarkan parameter analisis proksimat yaitu lengas, abu, zat terbang, dan karbon tertambat serta gas content dari 43 sumur pengeboran. Penelitian dilakukan pada 5 coal seam group yaitu Macalister, Wambo, Iona,
Argyle, dan Condamine. Metode yang digunakan untuk mengelompokkan batubara adalah metode Agglomerative Hierarchical Clustering (AHC). Analisis data dimulai dengan melakukan korelasi data antar sumur untuk setiap coal seam group dan selanjutnya dilakukan composite data. Berikutnya dilakukan perhitungan jarak euclidean yang kemudian akan digunakan untuk mengelompokkan data yang dibantu dengan aplikasi SPSS. Secara umum, pada lokasi penelitian batubara terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok bagian South West (SW) dan kelompok bagian North East (NE) pada kedalaman –200 m hingga –550 m. Kelompok NE memiliki kandungan lengas, zat terbang, dan karbon yang relatif tinggi serta kandungan abu dan gas content yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok SW. Pengelompokan ini terbagi berdasarkan kedalaman dan morfologi cekungan yang dipengaruhi oleh sistem sesar berarah utara–selatan yaitu Moonie Goondiwindi Fault System (MGFS) dan Leichhardt Burunga Fault System (LBFS). Hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai persebaran batubara dengan karakteristik yang beragam yang disederhanakan dan dapat dijadikan sebagai referensi untuk menentukan strategi eksplorasi. Selain itu, eksplorasi pada daerah ini juga dapat dijadikan sebagai analog eksplorasi yang nantinya juga dapat diterapkan di Indonesia.
1. Sari :
Industri baja merupakan salah satu indrustri strategis di Indonesia. Sayangnya, sampai saat ini bahan baku industri baja masih menggunakan besi impor. Berdasarkan penelitian sebelumnya, diketahui bahwa pasir besi di Cipatujah dan Cikalong, Tasikmalaya, Jawa Barat memiliki potensi dalam pemanfaatannya, sehingga dilakukan penelitian mengenai karakteristik pasir besi di kedua daerah tersebut dengan metode penelitian berupa perhitungan derajat kemagnetan (MD), perhitungan bobot isi (SG), analisis mineralogi butir ayak, analisis mikroskopi bijih, analisis XRF, analisis ICP–OES, dan analisis mikro–XRF. Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut, diketahui bahwa endapan pasir besi di kedua daerah memiliki warna yang gelap dengan ukuran butir bervariasi dari very coarse hingga very fine sand dengan nilai MD 0,408% – 55,8% dan SG 1,47 gr/cm3 – 4,17 gr/cm3. Mineral yang dijumpai di kedua kecamatan adalah magnetit, ilmenit, hematit, hydrous iron oxide, piroksen, amfibol, garnet, kuarsa, ankerit, zirkon, dan plagioklas. Selain itu, dijumpai pula fragmen batuan, cangkang kerang/fosil, serta lempung. Kelimpahan magnetit bertambah seiring dengan titik pemboran yang semakin menjauhi pantai, dan semakin banyak sungai yang memasok material endapan, maka kandungan
magnetitnya juga akan semakin tinggi. Pasir besi daerah Cipatujah dan Cikalong, Tasikmalaya secara umum berasal dari Gunung Cikuray dan batuan vulkanik berkomposisi andesit–mafik dari Formasi Jampang yang berasal dari tatanan tektonik continental arc dengan maturitas sedimen rendah.
1. Sari :
Daerah penelitian terletak di Desa Kebonharjo dan Sekitarnya, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo. Daerah penelitian memiliki deret perbukitan dengan kemiringan lereng yang relatif curam, kondisi batuan yang lapuk, serta struktur geologi yang intensif sehingga rawan terjadinya gerakan longsor. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik geologi teknik, analisis kestabilan terutama pada area lereng, dan dilakukan perbandingan peta kerentanan longsor dengan Tangasa (2018) yang menggunakan metode AHP.
Data yang digunakan dalam penentuan karakteristik geologi teknik daerah penelitian, terdiri dari geomorfologi, batuan, struktur geologi, muka air tanah, tingkat pelapukan, dan kualitas massa batuan. Klasifikasi massa batuan Geological Strength Indeks (GSI) digunakan sebagai penentuan dalam kualitas massa batuan permukaan. Kriteria keruntuhan batuan Generalized Hoek–Brown dan metode kestabilan lereng digunakan berupa Limit Equilibrium Method (LEM). Metode penelitian yang digunakan, yaitu pemetaan geologi teknik tingkat pelapukan, kualitas massa batuan, dan tingkat kestabilan lereng dengan skala 1:25.000 khususnya pada area lereng serta pengujian sifat keteknikan pada sampel batuan untuk mengetahui sifat indeks dan kekuatan batuan. Hasil penelitian terdapat 3 (tiga) satuan geomorfologi, yaitu satuan perbukitan sisa gunungapi berlereng curam, perbukitan sisa gunungapi berlereng agak curam, dan perbukitan karst berlereng curam. Daerah penelitian tersusun oleh satuan breksi andesit dan batugamping. Terdapat struktur geologi berupa kekar gerus, sesar sinistral menurun, sesar dekstral menurun, sesar geser sinistral, dan sesar turun. Kedalaman muka air tanah pada area sekitar analisis lereng sekitar 1 – 5 m dengan elevasi 495 – 560 m. Tingkat kemiringan lereng daerah penelitian berupa datar, agak miring, miring, sangat curam, dan sebagian besar agak curam serta curam. Tingkat pelapukan batuan pada area lereng penelitian, yaitu breksi andesit lapuk sedang (30.4 – 169.8 MPa), breksi andesit lapuk tinggi (1.89 – 6.4 MPa), dan batugamping (75.5 MPa). Kualitas massa batuan terbagi menjadi 3 (tiga) zona dengan rentang nilai 21 – 35, 36 – 50, dan 51 – 65. Berdasarkan analisis kestabilan pada area lereng penelitian terbagi menjadi 3 (tiga) tingkat, yaitu zona lereng stabil, kritis, dan tidak stabil. Hasil perbandingan peta tingkat kestabilan lereng dengan penelitian sebelumnya menunjukkan perbedaan yang signifikan. Terdapat zona lereng stabil sebanyak 9 (sembilan) yang berada pada zona
kerentanan gerakan tanah sangat tinggi dan 6 (enam) pada zona kerentanan gerakan tanah sedang. Zona kritis sebanyak 2 (dua) yang berada pada zona kerentanan gerakan tanah tinggi. Zona tidak stabil sebanyak 5 (lima) pada zona kerentanan gerakan tanah sangat tinggi dan 1 (satu) pada kerentanan gerakan tanah tinggi.
1. Sari :
Penelitian dilakukan di Bowen Basin, Queensland, Australia dengan fokus penelitian pada cleat system, faktor pembentukan, dan pengaruhnya terhadap permeabilitas. Data yang diperoleh data pengukuran cleat oleh Pattinson et al., 1996 dan data primer berupa log FMI yang diperoleh dari laporan pemboran dalam website GSQ Open Data Portal (laman: https://geoscience.data.qld.gov.au). Dilakukan tabulasi data pengukuran arah strike cleat system oleh Pattinson et al.,1996 pada tiga area pengukuran yaitu German – Oaky Creek, Tambang Blackwater, dan Tambang Moura. Log FMI diinterpretasi untuk menentukan drilling induced fracture dan borehole breakout yang berguna dalam menentukan arah maximum horizontal stress (SHmax). Selain itu, diidentifikasi pula struktur geologi berupa kekar dan sesar mikro. Hasil interpretasi log FMI ini ditabulasi dan digunakan untuk menganalisis proses pembentukan cleat secara semi kualitatif. Hasil perhitungan permeabilitas dianalisis dengan antribut – atribut cleat menggunakan metode regresi linear sederhana. Trend arah face cleat dan butt cleat adalah sebagai berikut: di Area German – Oaky Creek arah strike face cleat dominan barat laut – tenggara dan butt cleat timur laut – barat daya; arah strike face cleat yang dominan di Area Tambang Blackwater dan Moura adalah timur laut – barat daya dengan butt cleat barat laut – tenggara. Rata – rata panjang cleat adalah 0, 5 – 35 cm. Rata – rata apertur cleat adalah 0, 25 – 3, 5 mm. Intensitas cleat bervariasi dari 4 – 118. Densitas cleat berkisar antara 0, 001 – 0, 023 cm/cm2. Rata – rata spacing face cleat adalah 5 – 50 mm dan butt cleat 13, 333 – 35 mm. Cleat system di daerah penelitian terbentuk oleh proses pembebanan saat pembentukan batubara yang dibuktikan dengan trend cleat yang tegak lurus terhadap perlapisan batuan. Trend arah strike yang dominan paralel terhadap struktur geologi dan tektonik regional menunjukkan arah strike cleat yang sudah terubah oleh struktur geologi dan gaya tektonik. Hasil perhitungan permeabilitas cleat batubara menggunakan rumus Robertson dan Christiansen (2006) berkisar antara 7 – 324 mD. Atribut cleat yang berpengaruh signifikan terhadap permeabilitas adalah apertur; apertur yang besar meningkatkan nilai permeabilitas.
1. Sari :
Cekungan Kutai Bawah merupakan salah satu cekungan tersier tertua penghasil hidrokarbon di Indonesia. Pada saat ini, Cekungan Kutai merupakan salah satu bagian kontrak kerja lapangan minyak dan gas bumi Regional III.
Analisis tekanan bawah permukaan penting dalam kegiatan eksplorasi, salah satunya guna mencegah berbagai masalah saat pengeboran berlangsung seperti kick, blowout, stuck pipe, lost circulation, collapse. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi overpressure berupa penentuan kedalaman top overpressure dan mekanisme pembentukan overpressure pada Blok “TYAS” offshore, Cekungan Kutai Bawah, Kalimantan Timur. Metode Eaton (1975) dipergunakan dalam penelitian ini untuk analisis perhitungan tekanan pori. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi data log sumur, data tes tekanan, data LOT, data drilling report, dan data mudlog dari empat sumur yakni sumur T, sumur Y, sumur A, dan Sumur S. Kedalaman top overpressure masing–masing sumur pada daerah penelitian memiliki kedalaman yang berbeda–beda. Pada Sumur T, kedalaman top overpressure berada pada kedalaman ±3050 mTVDSS. Pada Sumur Y, kedalaman top overpressure berada pada kedalaman ±2830 mTVDSS. Pada Sumur A, kedalaman top overpressure berada pada kedalaman ±2770 mTVDSS. Pada Sumur S, kedalaman top overpressure berada pada kedalaman ±2600 mTVDSS. Secara keseluruhan persebaran top overpressure pada lokasi penelitian mengalami pendangkalan kearah timur (pada kontur yang lebih dangkal) dan dimana litologi shale mulai dominan. Mekanisme pembentukan overpressure pada daerah penelitian disebabkan oleh mekanisme loading (disequilibrium compaction) dan mekanisme unloading (diagenesis mineral lempung). Berdasarkan data tekanan bawah permukaan, pada daerah penelitian dijumpai fenomena efek sentroid (lensa batupasir diantara batulempung) yang disebabkan oleh adanya peristiwa rapid sedimentation. Peristiwa rapid sedimentation (sedimentasi cepat) pada daerah penelitian disebabkan oleh kontrol struktur berupa sesar turun saat fase saging Cekungan Kutai (Eosen Akhir– Oligosen Akhir) yang terjadi di area laut dalam.
Tim Gamafiy yang beranggotakan mahasiswa dari Muhammad Najmi Hafiy (Teknik Geologi-2020), Fikri Riyadi Ulhaq (DTNTF-2020), Muhammad Tanzilul Alif (DTNTF-2020), Habib Lutfi Ashiddiqqie (Teknik Mesin-2020), danYudha Arisandhy S. (Geofisika-2020) berhasil meraih Juara 3 pada kompetisi Energy Case Study Competition yang diselenggarakan oleh SPE (Society of Petroleum Engineering) UTM (Universiti Teknologi Malaysia) SC pada tanggal 25 Juni 2022.
Society Petroleum Engineer Case Study Competition merupakan salah satu kompetisi bertaraf Internasional yang bertujuan untuk mencari suatu gagasan atau solusi dalam menghadapi suatu permasalahan yang berkaitan dengan industri dan energi. Adapun kompetisi ini memiliki dua subtema yang dapat diambil oleh setiap kelompok yaitu renewable energy atau supply chain.
1. Sari :
Jalur Pantai Selatan Jawa (Pansela) merupakan proyek konstruksi pembangunan Jalan Lintas Selatan Jawa, meliputi Ruas Planjan, Baron, hingga Tepus Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini
berfokus pada Ruas Jalan Planjan – Baron khususnya pada STA 0+000 hingga STA 4+050, membahas perihal karakteristik geologi teknik pada lokasi penelitian. Penyelidikan lapangan sebelumnya telah dilakukan oleh PT. Adhi Karya selaku pelaksana, namun pada penelitian ini dilakukan pengamatan yang lebih detail untuk mendapatkan nilai kualitas massa batuan khususnya sepanjang trase jalan.
Data yang digunakan dalam penentuan karakteristik geologi teknik meliputi aspekmorfologi, batuan, tanah, struktur, dan kualitas massa batuan. Metode penelitian yang digunakan berupa pemetaan geologi teknik berskala 1:25.000, pengujian sifat indeks dan sifat keteknikan, perhitungan diskontinuitas, penilaian sifat fisik,
dan analisis laboratorium. Metode klasifikasi massa batuan yang digunakanberupa Rock Mass Rating (RMR) dan Geological Strength Index (GSI) untuk menentukan secara rinci dan akurat perihal kualitas massa batuan permukaan. Hasil penelitian menunjukkan daerah penelitian termasuk dalam bentang alam karst dengan satuan perbukitan kerucut berlereng curam dan satuan lembah uvala berlereng sedang. Daerah penelitian tersusun atas satuan batugamping rudstone dan batugamping floatstone, dengan kondisi pelapukan rendah hingga sedang.
Kualitas massa batuan pada lokasi penelitian terbagi menjadi dua yaitu batuanberkualitas baik dan batuan berkualitas sedang. Struktur yang mengontrol daerah penelitian adalah kekar dan sesar turun berorientasi barat daya – timur laut. Daerah penelitian termasuk dalam zona hidrologi kering dengan sistem sungai
bawah tanah.