1. Sari :
Kebutuhan akan logam dalam kehidupan sehari-hari tidak bisa dilepaskan,
salah satunya adalah emas. Proses terbentuknya endapan emas erat kaitannya
dengan proses mineralisasi dan proses alterasi hidrotermal di suatu daerah,
dimana proses tersebut sangat erat dengan proses magmatisme. Di Indonesia
proses magmatisme sudah terjadi sejak Pra-Tersier sampai sekarang dengan
periode magmatisme yang berbeda-beda. Proses magmatisme dengan periode
magmatisme yang berbeda-beda menghasilkan endapan hidrotermal yang
berbeda. Salah satu endapan hidrotermal yang banyak dijumpai di Indonesia
adalah endapan epitermal sulfidasi rendah. Endapan mineral bijih pada endapan
epitermal berkaitan dengan pengisian larutan hidrotermal berupa larutan silika
yang mengisi pada rekahan-rekahan yang dihasilkan oleh struktur ekstensional.
Salah satu keterdapatan deposit epitermal di Indonesia berada pada daerah Jawa
Barat yang terletak pada busur kontinen Sunda-Banda yang merupakan busur
vulkanik yang terbentuk pada umur Kenozoik. Menurut Zheng, dkk., (2017),
busur kontinen yang terletak di Jawa Barat menghasilkan 2 sabuk magmatisme,
yaitu sabuk magmatisme tua berumur Eosen-Miosen Awal dan sabuk
magmatisme muda berumur Miosen-Pliosen yang menghasilkan mineralisasi
Busur Sunda Banda Tua yang berumur Miosen (mineralisasi Cijulang (Tun, dkk.,
2014), Arinem (Yuningsih, dkk., 2012), Cibaliung (Harijoko, dkk., 2004), dan
Ciemas (Wu, dkk., 2014; Zhang, dkk., 2015)) dan mineralisasi Busur Sunda
Banda Muda yang berumur Pliosen Pleistosen (mineralisasi Pongkor (Milesi,
1999), Cirotan (Milesi, dkk., 1994), dan Cikidang (Rosana dan Matsuda, 2002)).
Penelitian ini dilakukan pada Desa Kertajaya, Kecamatan Simpenan,
Kabupaten Sukabumi, yang termasuk ke dalam Formasi Jampang, sebelah Timur
Wilayah Izin Usaha Pertambangan PT. Generasi Muda Bersatu. Metode penelitian
yang digunakan pada penelitian ini berupa pemetaan lapangan untuk mendapatkan
data morfologi, litologi, struktur geologi, persebaran urat hidrotermal, persebaran
alterasi hidrotermal, dan persebaran mineral bijih. Analisis laboratorium yang
digunakan pada penelitian ini berupa analisis petrografi sebanyak 12 sampel,
analisis mineragrafi sebanyak 5 sampel, analisis XRD sebanyak 5 sampel, analisis
mikro XRF sebanyak 2 sampel, analisis geokimia bijih sebanyak 16 sampel.
Dari hasil penelitian diperoleh litologi penyusun daerah penelitian berupa
satuan breksi tuf, satuan andesit, satuan dasit, dan satuan lempung kerakalan.
Struktur geologi yang ditemukan di daerah penelitian berupa kekar gerus, sesar
geser dekstral, sesar geser sinistral dengan tegasan utama yang didapatkan berarah
NE-SW. Zona alterasi yang ditemukan di daerah penelitian diantaranya zona
silisifikasi (kuarsa-silika), zona silica-clay (kuarsa-silika-illit-kaolinit), zona
argilik (illit-kaolinit), dan zona propilitik (klorit-epidot±kalsit). Urat hidrotermal
yang ditemukan di daerah penelitian berupa urat kuarsa yang memiliki tekstur
masif, comb, breksi hidrotermal, lattice bladed, kalsedon dengan arah urat
dominan NNW-SSE dan NNE-SSW. Mineral bijih yang ditemukan di daerah
penelitian diantaranya emas, pirit, galena, sfalerit, kalkopirit, arsenopirit, mineral
supergen yang ditemukan diantaranya kalkosit, kovelit, mineral oksida yang read more