Air tanah menjadi sumber utama untuk irigasi di sektor pertanian. Salah satunya yaitu cekungan air tanah Ponorogo-Ngawi yang merupakan wilayah strategis yang memiliki potensi air tanah yang melimpah. Cekungan ini mencakup area seluas 3.902 km², meliputi tujuh kabupaten di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Namun, penggunaan air tanah yang tidak terkendali telah menimbulkan kekhawatiran tentang potensi penurunan kualitas dan kuantitas air tanah. Pemanfaatan air tanah tanpa perencanaan, pengelolaan, dan pengawasan yang memadai dapat menyebabkan berbagai dampak negatif, seperti penurunan muka air tanah, intrusi air laut, dan kerusakan ekosistem lokal. Oleh karena itu pentingnya memahami konsep kerentanan akuifer yang dapat memberikan pendekatan yang penting untuk memahami risiko terhadap kualitas dan kuantitas air tanah. Kerentanan ini mencakup kemampuan zona tidak jenuh untuk melindungi air tanah dari pencemaran. Dalam konteks ini, diperlukan analisis zonasi kerentanan air tanah yang memanfaatkan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian mengenai cekungan air tanah Ponorogo -Ngawi dilakukan oleh Septiani dkk. (2024) dengan tujuan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang zona kerentanan air tanah di wilayah penelitian, serta memberikan dasar bagi pengelolaan sumber daya air tanah yang berkelanjutan.
Indonesia terletak di wilayah cincin api Pasifik, yang menjadikannya rentan terhadap berbagai bencana geologi, termasuk gempa bumi. Salah satu wilayah yang sering terkena dampak gempa adalah Kabupaten Bantul di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Wilayah ini terletak di dekat pertemuan lempeng Eurasia dan Indo-Australia serta dilalui oleh Sesar Opak, yang aktif dan berpotensi menyebabkan gempa besar. Gempa bumi besar pada 27 Mei 2006, dengan magnitudo 6,4, menyebabkan kerusakan luas di Bantul, termasuk ribuan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur yang signifikan. Oleh karena itu Nurhaci dkk. (2024) melakukan penelitian untuk menganalisis zona rawan gempa di Kabupaten Bantul berdasarkan model spasial dan mengevaluasi kesesuaiannya dengan Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) untuk mendukung perencanaan wilayah yang lebih aman. Penelitian ini menggunakan data primer dari pengamatan mikrotermor untuk menghitung kecepatan gelombang geser rata-rata hingga kedalaman 30 meter (Vs.30) serta percepatan puncak tanah (PGA). Analisis dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pedoman Perencanaan Penataan Ruang di Kawasan Rawan Gempa dan Letusan Gunung Berapi. Data lain yang digunakan meliputi peta geologi, topografi, dan struktur geologi.
Sumber daya air merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berperan penting dalam menunjang kehidupan dan aktivitas sehari-hari, terutama untuk kebutuhan domestik, irigasi, dan industri. Ketersediaan air yang semakin terbatas akibat pertumbuhan populasi dan perubahan iklim memerlukan pengelolaan yang berkelanjutan, terutama di wilayah-wilayah dengan potensi kekeringan musiman seperti Pulau Lombok. Bendungan Pandanduri, yang terletak di Desa Suwangi, Kecamatan Sakra, Lombok Timur, merupakan infrastruktur penting untuk memenuhi kebutuhan irigasi di daerah tersebut. Selain sebagai sumber irigasi, wilayah ini juga merupakan bagian dari cekungan air tanah (CAT) Mataram–Selong, yang menjadi sumber air utama bagi masyarakat di sekitarnya. Sistem hidrogeologi di sekitar Bendungan Pandanduri sangat dipengaruhi oleh kondisi geologi dan geomorfologi wilayah tersebut. Kombinasi batuan vulkanik dan aluvial di kawasan ini memungkinkan pembentukan akuifer yang dapat menyimpan dan mendistribusikan air tanah. Namun, pemahaman mendalam mengenai pola aliran air tanah, kondisi akuifer, dan sifat geologi bawah permukaan di daerah ini masih terbatas. Oleh karena itu, Mararis dkk. (2024) melakukan penelitian yang bertujuan untuk memahami pola aliran air tanah dan distribusi akuifer di area tersebut.
Kawasan Trowulan yang terletak sekitar 10 km di barat daya Kota Mojokerto, Jawa Timur, dipercaya sebagai pusat Kerajaan Majapahit pada abad ke-13 hingga 15 Masehi. Banyaknya temuan artefak dan struktur bangunan yang berada dalam kondisi rusak dan terkubur, memunculkan dugaan bahwa bencana geologi memiliki peran dalam kemunduran dan penguburan kota ini. Oleh karena itu, Putra dkk. (2024) melakukan penelitian untuk mengidentifikasi jenis bencana geologi yang terjadi di masa lalu di kawasan Trowulan berdasarkan data stratigrafi dan granulometri dari lapisan pengubur di beberapa situs utama, seperti Kumitir, Kedaton, dan Minakjinggo. Studi ini juga mencoba menentukan periode terjadinya bencana melalui korelasi antara data geologi dan catatan tertulis masa Majapahit.
Air tanah merupakan salah satu sumber daya air yang paling banyak digunakan karena kualitasnya yang relatif lebih baik dibandingkan sumber air permukaan. Proses infiltrasi dan perkolasi yang dilalui air tanah melalui zona tak jenuh ke zona jenuh memberikan karakteristik kimia yang berbeda pada air tanah. Penggunaan air tanah terus meningkat setiap tahun, baik untuk kebutuhan domestik, industri, maupun pertanian, termasuk di Indonesia. Sayangnya, peningkatan penggunaan air tanah seringkali diikuti oleh ancaman pencemaran. Pencemaran ini dapat berasal dari aktivitas manusia seperti limbah domestik, aktivitas pertanian, dan intrusi air laut di daerah pesisir.
Pada tanggal 18-20 Oktober 2024, SEG UGM-SC akan menyelenggarakan Workshop Internasional dan Fieldtrip. Kegiatan ini dirancang untuk memberikan pengalaman mendalam terkait pemahaman tentang deposit mineral ekonomi. Acara ini menggabungkan workshop dan fieldtrip ke area pertambangan emas PT Bumi Suksesindo di Desa Sumberagung, Banyuwangi serta Kawah Ijen di Jawa Timur.
Workshop internasional dilaksanakan 18 Oktober 2024 dengan pembicara ahli dari berbagai latar belakang:
- Prof. Adam C. Simon (University of Michigan) – Membahas proses pembentukan deposit logam.
- STJ Budi Santoso (CEO PT Geofix Indonesia) – Memberikan wawasan tentang tahapan eksplorasi mineral.
- Dudy Setyandhaka (General Manager PT Merdeka Copper Gold Tbk) – Mengenalkan eksplorasi dan produksi Cu-Au di Sunda Timur.
Tujuan utama dari diadakannya lokakarya ini adalah untuk memperkuat pengetahuan peserta tentang sistem hidrotermal magmatik, tahapan eksplorasi mineral, dan pengelolaan deposit logam mulia. Diskusi yang dilakukan meliputi aspek teoritis hingga aplikatifnya untuk mempersiapkan peserta untuk terjun ke dunia geologi ekonomi.
Pada tanggal 21-24 November 2024 telah dilaksanakan kegiatan bertajuk “Minescape 2023 Fundamentals Training”. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi bekal bagi mahasiswa dengan keterampilan digital yang relevan bagi dunia pertambangan saat ini.
Kegiatan yang diketuai oleh Muhammad Zeva Waliuddin dari Divisi Keprofesian Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi (HMTG FT UGM) menghadirkan Bapak Puji Handoyo S.T sebagai narasumber berpengalaman dalam penguasaan software Minescape. Peserta kegiatan ini yaitu mahasiswa serta beberapa alumni Teknik Geologi UGM.
Departemen Teknik Geologi, melalui Lembaga Kerjasama Fakultas Teknik (LKFT UGM), mendapatkan kepercayaan untuk dapat bekerja sama dengan Badan Geologi dalam program mitigasi di Kawasan Gunungapi Merapi. Prof. Dr. Ir. Agung Harijoko, S.T., M.Eng., IPM., dosen profesor di bidang vulkanologi, menjadi team leader dalam kerja sama ini. Beliau juga dibantu oleh beberapa dosen beserta 2 mahasiswa dalam pelaksanaan kegiatan tersebut sebagai vulcanologist, remote sensing geologist, dan junior geologist.
Kegiatan kerjasama ini dilakukan dalam rangka pembuatan rekomendasi area relokasi bagi masyarakat yang bermukim di area rawan bencana Gunungapi Merapi. Gunung Merapi, yang dikenal dengan salah satu gunungapi yang sangat aktif di Indonesia, menjadi salah satu kawasan gunungapi yang menjadi fokus utama bagi Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan (PATGTL) untuk penyusunan evaluasi geologi lingkungan untuk pengembangan wilayah di lokasi kawasan rawan bencana gunungapi sangat aktif. Letusan Merapi terakhir terjadi pada Oktober 2010 dengan letusan mencapai VEI 4, menjadi letusan erupsi terbesar dalam 80 tahun terakhir. Erupsi ini menimbulkan banyak korban dan kerusakan infrastruktur yang sangat parah. Hal ini menjadi latar belakang dan urgensi dalam pelaksanaan upaya mitigasi bencana letusan Gunungapi Merapi serta penyusunan pedoman teknis evaluasi geologi lingkungan di kawasan rawan bencana Gunungapi Merapi.
Aktivitas manusia seperti eksplorasi, pengolahan, transportasi, dan penyimpanan bahan bakar fosil seringkali menyebabkan pencemaran lingkungan. Salah satu kasus utamanya adalah pencemaran solar yang mengandung hidrokarbon toksik seperti alifatik dan aromatik. Hidrokarbon ini bersifat toksik dan dapat mengganggu ekosistem dengan menyebabkan mutasi genetik serta kematian organisme. Peningkatan insiden pencemaran ini menuntut solusi yang efektif, efisien, dan ramah lingkungan. Bioremediasi merupakan salah satu metode yang menjanjikan untuk mengatasi pencemaran hidrokarbon. Metode ini melibatkan mikroorganisme seperti bakteri yang mampu memanfaatkan hidrokarbon sebagai sumber karbon dan energi. Salah satu mikroorganisme yang efektif adalah Pseudomonas aeruginosa. Bakteri ini memiliki enzim alkana hidroksilase yang dihasilkan oleh gen alkB. Enzim ini memecah rantai alkana menjadi molekul sederhana yang lebih mudah terurai. Untuk meningkatkan efisiensi, bioremediasi sering dilakukan menggunakan bioreaktor kolom yang memungkinkan pengendalian faktor lingkungan seperti pH, suhu, dan aerasi.
Indonesia terletak di wilayah yang sangat rentan terhadap aktivitas seismik karena posisinya di pertemuan empat lempeng tektonik utama: Eurasia, Indo-Australia, Pasifik, dan Laut Filipina. Aktivitas seismik ini menghasilkan gempa bumi yang sering terjadi, termasuk gempa yang mematikan seperti Gempa Bantul pada tahun 2006 yang menyebabkan ribuan korban jiwa serta kerusakan infrastruktur signifikan di Yogyakarta dan sekitarnya. Salah satu fenomena yang menyertai gempa bumi adalah likuefaksi, yaitu kondisi di mana tanah jenuh kehilangan kekuatannya akibat getaran seismik, yang dapat menyebabkan kerusakan serius pada infrastruktur. Kabupaten Sleman, yang terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta, merupakan salah satu wilayah rawan gempa karena kedekatannya dengan Sesar Opak, sesar aktif yang bergerak sekitar 5 mm per tahun. Pembangunan infrastruktur, khususnya jalan tol, menghadapi tantangan besar dalam memastikan keamanan konstruksi terhadap potensi likuefaksi. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi mendalam mengenai potensi likuefaksi dan dampaknya terhadap infrastruktur di wilayah ini.