Penulis: Akbar Fitriyanto
Perjalanan Akbar dan teman-teman mahasiswa Teknik Geologi FT-UGM dalam mengikuti rangkaian Pemetaan Geologi 2024 hampir mencapai kata usai. Pada kesempatan ini, Akbar akan menceritakan pengalaman yang sangat berkesan dalam mengikuti rangkaian mata kuliah wajib ini. Dimulai dari undian kavling, pembelajaran di kelas, praktik di lapangan, ujian dan tes di Lapangan Bayat, hingga pemetaan mandiri di kavling masing-masing sampai menemukan litologi, kenampakan morfologi, menceritakan sejarah geologi, hingga beberapa tempat unik yang dapat ditemukan di kavling nomor 123.
Pemetaan ini dimulai dari penentuan kavling masing-masing anak dengan cara diundi hingga mendapatkan teman-teman satu kelompok yang akan menemani selama rangkaian kegiatan ini. Akbar dan teman-teman kelompoknya, kelompok 19 (Desyan, Elang, Dewi, dan Amira), mulai melakukan pencarian data-data sekunder yang dibutuhkan untuk pemetaan selama mata kuliah Metode Geologi Lapangan pada semester 4.
Kegiatan Pengerjaan Data Sekunder Bersama Mas Joshua (Teknik Geologi Angkatan 2020)
Pelaksanaan kegiatan praktik di lapangan seperti kegiatan Ngelapang Bareng oleh HMTG FT-UGM, hingga kegiatan Kuliah Lapangan Geologi di Kampus Bayat, menjadi salah satu pijakan dalam berlatih kemampuan pemetaan geologi. Kemampuan yang dikembangkan mulai dari pengamatan litologi, pengamatan kenampakan morfologi, pengukuran struktur geologi, berlatih stratigrafi dengan menggunakan measured section, hingga pembuatan peta lintasan, geomorfologi, dan geologi sampai menjadi poster. Mahasiswa Teknik Geologi FT-UGM mendapatkan banyak pelajaran dan pengalaman dari kegiatan Kuliah Lapangan ini.
Kuliah Lapangan Geologi Bayat 2024
Hingga yang ditunggu-tunggu yaitu Pemetaan Geologi yang dilaksanakan secara mandiri pada kavling masing-masing dimulai. Kelompok 19 yang dibimbing oleh Bapak Prof. Dr.rer.nat. Ir. Heru Hendrayana IPU. mulai melaksanakan pemetaan pada bulan Juli setelah kegiatan Kuliah Lapangan Bayat selesai. Kelompok 19 bermalam pada salah satu rumah yang direkomendasikan oleh Kepala Desa Bangunrejo, Bapak Sutrisno, pada rumah Mbah Sawi yang telah berbaik hati menampung selama proses kegiatan pemetaan berlangsung.
Foto Kelompok 19 dengan Mbah Sawi (kiri) dan Pak Sutrisno (kanan)
Beralih ke Desa Pandean dan sekitarnya, Kecamatan Karanganyar, Provinsi Jawa Timur, memiliki kenampakan morfologi yang cenderung berbentuk perbukitan bergelombang yang telah terdenudasi. Pada kavling 123 ditemukan litologi yang hampir seragam dengan dominasi batuan batulanau karbonatan atau yang sering disapa napal. Terdapat perselingan antara batupasir karbonatan dan batulanau karbonatan menunjukkan adanya proses perubahan energi pengendapan pada daerah ini.
Tidak hanya pemetaan yang dilakukan di sana, kelompok 19 pun melakukan rekreasi untuk hiburan sejenak setelah melalui letihnya berkeliling kavling dengan ukuran 4 x 5 km tersebut. Kegiatan yang dilakukan seperti melihat sunset bersama, menonton film horror ketika malamnya, rekreasi ke Alun-Alun Kota Ngawi, hingga bermain di swalayan terdekat.
Keseruan kegiatan yang dilakukan selama di Pondokan
Terdapat hal menarik yang dapat dijumpai pada daerah ini. Berlokasi di kawasan milik Perhutani Ngawi, terdapat suatu mata air yang dapat digunakan oleh warga sekitar. Mata air itu bernama Mata Air Sendang Putri. Konon katanya, pada zaman dahulu kala, mata air ini digunakan oleh dayang-dayang putri kerajaan untuk bermandi di sana sehingga dinamakan Mata Air Sendang Putri.
Mata Air Sendang Putri
Setelah melewati perjalan panjang, akhirnya pada pertengahan bulan Agustus, kelompok 19 melakukan checking bersama dosen pembimbing dan dapat kembali ke Jogja untuk melakukan kegiatan pengolahan data hingga pameran dan penyusunan laporan sampai saat ini. Pemetaan ini sangatlah berkesan karena banyaknya ilmu, pengalaman, dan keseruan yang didapatkan selama rangkaian pemetaan. Jika James Hutten mengatakan bahwa “the present is the key to the past”, mungkin penulis ingin menambahkan, bahwa “the past is also the key to the present and the future” yang bermakna, pengalaman yang indah ini memanglah sudah terlewat, tetapi jiwa dan kenangan yang dibawanya akan terus ada sampai saat ini dan masa depan. (Akbar Fitriyanto, 2024)
Kelompok 19 Bersama Pak Heru di Tepi Sungai Bengawan Solo
Dewi Indah Kusuma Sari | Desember 2024