Penulis: Aulia Putri Ramadhani
Tidak selesai hanya di Bayat, kegiatan pemetaan geologi dilanjutkan dengan pemetaan mandiri di kavling masing-masing. Entah kesialan apa yang menimpa, kavling saya berada di wilayah Kendeng Barat yang konon katanya memiliki struktur yang sangat kompleks. Mendengarnya saja sudah membuat saya berpikir yang tidak-tidak. Berminggu-minggu melakukan pemetaan terdengar membosankan, setidaknya itulah ekspektasi kami semua. Bangun tidur, mandi, sarapan, pemetaan, merekap data, lalu tidur. Ya kurang lebih seperti itulah rutinitas mahasiswa geologi selama pemetaan mandiri.
Namun, banyak hal tidak terduga selama pemetaan. Warga menyambut baik kedatangan kami. Di waktu yang sama pula, KKN sedang berlangsung di desa yang menjadi wilayah pemetaan kami. Di hari pertama, tidak ada kendala yang terjadi, ya seperti pemetaan biasanya saja. Sepulang dari pemetaan, kami bersiap untuk makan malam. Nasi goreng menjadi makan malam pertama kami kala itu. Obrolan hangat seputar pemetaan tadi pagi bersama dengan teman-teman menjadi pelengkap makan malam.
Hari-hari terus berlalu, jika ditanya bosan atau tidak, tentu jawabannya iya. Oleh karena itu, kami memutuskan untuk mengunjungi basecamp teman kami yang dekat dengan wilayah pemetaan kami. Namun, bodohnya kami baru berangkat menuju lokasi setelah adzan maghrib berkumandang. Dengan jarak tempuh 15 km, kami pikir itu adalah jarak yang cukup dekat. Memang benar sih dekat, tapi hampir 10 km lebih jalan yang kami lewati adalah hutan. Bayangkan saja, melewati hutan setelah maghrib hanya berdua? Sepanjang jalan saya berharap tidak ada yang terjadi, terutama dengan motor saya. Di tengah perjalanan, karena jalan yang berkerikil, kami terjatuh dari motor, di tengah hutan. Ya, di tengah hutan. Mau minta tolong pun entah ke siapa. Akan tetapi, tenang saja, kami sampai dengan selamat. Namun paginya, kami memutuskan untuk melewati jalan yang lebih jauh dibandingkan harus melewati hutan tersebut untuk kedua kalinya.
Setelah kurang lebih tiga minggu, kami kembali ke Yogyakarta dengan tumpukan batuan yang siap memenuhi halaman depan kamar kami masing-masing. Berpamitan dengan warga sekitar, membereskan basecamp, kemudian bersiap pulang. Perjalanan pulang ke Yogyakarta hanya membutuhkan waktu kurang lebih 3 jam. Di sela-sela perjalanan, kami memutuskan untuk istirahat makan siang terlebih dahulu. Hingga
Dewi Indah Kusuma Sari | Desember 2024