Penulis: Dhymas Ravi Pratama
Hari demi hari berlalu dengan cepat di Program Studi S1 Teknik Geologi, sampai rasanya kemarin semester 5 tiba secara tiba-tiba. Program studi ini mempunyai sebuah kewajiban untuk angkatan yang sedang melalui semester menengah keatas, yaitu mata kuliah Pemetaan Geologi, yang oleh mahasiswanya sering disebut sebagai kuliah lapangan atau KL. Kegiatan KL ini dipimpin oleh Ibu dosen Esti Handayani dan Bapak dosen Yan Restu Freski. Kegiatan ini bertujuan untuk mengasah dan mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam melakukan pemetaan geologi dengan komprehensif dari sisi batuan penyusun, sejarah geologi, serta proses-proses yang berlangsung di wilayah pemetaan. KL ini tersusun atas 2 tahap, yaitu tahap KL kelompok atau KL Bayat dan KL mandiri.
KL kelompok dimulai dari tanggal 2 Juli 2024, dimana saat pagi hari yang dingin mahasiswa telah berkumpul di Lapangan Satu Bumi Fakultas Teknik UGM dengan semangat yang membara untuk memulai kegiatan. Pukul 07.00 kegiatan dibuka oleh Bapak dosen Agung Setianto selaku Kepala Departemen Teknik Geologi UGM, dilanjutkan dengan pemeriksaan alat oleh tim asisten pemetaan geologi dan keberangkatan ke Kampus Bayat. Di perjalanan, para mahasiswa banyak yang tertidur pulas, beberapa mungkin sadar bahwa ini akan menjadi tidur ternyenyak mereka dalam 9 hari kedepan.
Sesampainya di Kampus Bayat sekitar jam 09.00, para mahasiswa langsung langsung bersiap untuk melakukan KL hari pertama. Para mahasiswa merasa sangat terkejut karena pada hari pertama langsung melakukan trekking yang panjangnya kira-kira mencapai 8 km dengan para asisten dan dosen pemetaan. Selama tracking, mahasiswa mengamati beberapa stasiun pengamatan (STA) yang dipilih dosen, dimana mahasiswa melakukan observasi mengenai geomorfologi, litologi, sampai potensi geologi yang semuanya dituangkan dalam catatan dalam Buku Catatan Lapangan atau BCL. Kegiatan lapangan hari pertama ini berlangsung sampai kira-kira jam 5 sore.
Gambar 1: Contoh isi BCL pada pengamatan lapangan (dokumentasi pribadi)
Sesampainya di Kampus Bayat setelah adzan maghrib, mahasiswa makan malam untuk persiapan tes harian yang dilakukan persis setelah makan. Mahasiswa diberikan serangkaian soal mengenai ilmu yang didapatkan di lapangan tadi, tes ini dilakukan guna mengukur seberapa mengerti tiap mahasiswa terhadap penjelasan yang telah diberikan. Apakah setelah itu kami tidur? Pastinya belum, karena setelah tes tadi ada lagi kuliah penyegaran materi dasar geologi yang diberikan oleh dosen terkait, diikuti dengan penyusunan laporan harian sebagai recap dari hasil menimba ilmu di pagi sampai sore harinya. Setelah itu dilanjutkan dengan ujian kembali. Materi yang diujikan adalah praktik mendeskripsikan sampel batuan setangan dan mengukur jurus kemiringan di lapangan, baru habisnya tidur.
Kegiatan ini berlangsung selama 5 hari dengan pola yang hampir sama, subuh senam, pagi sampai sore di lapangan, malam kuliah, tes harian, dan penyusunan laporan. Namun selama kegiatan ini bukan hanya ilmu lapangan yang didapatkan. Pada hari ke 6 sampai terakhir, dilanjutkan dengan pemetaan geologi berkelompok pada kavling yang diundi, kegiatan ini dilaksanakan oleh 4-5 orang dengan luaran terakhir berupa poster pemetaan geologi yang berisi persebaran lateral litologi, struktur geologi sampai sejarah geologi dari kaveling pemetaan kelompok.
KL kelompok ini ditutup dengan pembakaran poster yang sebelumnya dibuat pada malam hari sebelum berangkat pulang ke Yogyakarta pada besok dini hari. Seperti kata pepatah turun temurun dari para peserta KL Bayat: “Apa yang ada di Bayat tetaplah di Bayat”. Setiap mahasiswa berbeda-beda kegiatannya pada malam hari ini, ada yang bernyanyi di dekat api, ada yang berfoto, ada yang menangis, ada yang mabar, sampai yang sudah tertidur pulas di kamar pun sudah ada. KL Bayat ini memberikan banyak pelajaran bagi mahasiswa yang berpartisipasi, bukan hanya ilmu, melainkan juga pengalaman, silaturahmi antar teman seangkatan yang semakin menjadi kuat.
Gambar 2: Pembakaran poster (foto oleh Saudari Najma Aurora)
Setelah 3 hari beristirahat di Yogyakarta, tanggal 16 Juli 2024 kelompok kami berbondong-bondong berangkat ke daerah pemetaan mandiri kami yaitu di Kabupaten Grobogan. Kami berangkat konvoi memakai motor masing-masing dengan barang bawaan yang banyak seperti orang yang kabur dari rumah.
Sesampainya disana kami langsung disambut hangat oleh Pak Giman dan Ibu Sulastri, warga Desa Bandungharjo yang sebelumnya kami sudah hampiri untuk menentukan basecamp. Keesokan harinya setelah beristirahat, kami memulai perjalanan pemetaan geologi mandiri kami masing-masing di Grobogan.
Aku Dhymas, salah satu anggota kelompok mendapatkan kavling di Desa Asemrudung dan sekitarnya. Selama pemetaan geologi mandiri, aku mengendarai motor Supra tahun 2000 milikku. Aku dengan senang hati menerjang segala kesulitan di medan kavling pemetaannya yang 90% tertutup oleh perhutani. Pada suatu hari aku pernah menyusuri sungai kering dengan motor tersebut, tetapi setelah itu tidak lagi karena sulit menanjak keluar dari sungainya yang diapit oleh lereng yang relatif curam dan tersusun oleh hasil pelapukan batuan lepas yang licin untuk dilalui motor.
Gambar 3, 4, 5, 6, 7, dan 8. Foto dokumentasi selama di lapangan (dokumentasi pribadi)
Setelah melalui 3 minggu pemetaan, Aku dan kelompokku telah menyelesaikan peta geologi tentatif yang disusun dari data peta lintasan selama melakukan pemetaan di lapangan. Pada tanggal 4 Agustus 2024, dosen pembimbing kuliah lapangan kami, Pak dosen Wahyu Wilopo datang dan melakukan checking terhadap progress hasil pengolahan data kami dan pengecekan ulang beberapa STA di lapangan untuk melakukan validasi data.
Gambar 9 dan 10. Foto dokumentasi dengan Pak Wahyu Wilopo selama checking (foto oleh Bapak Wahyu Wilopo)
Selama pemetaan ini, banyak sekali ilmu dan pengalaman yang didapatkan oleh Aku dan rekan kelompokku, mulai dari kondisi kavling pemetaan, kehidupan sosial warga sekitarnya, sampai hal lainnya seperti komoditas pertanian daerah. Aku sangat berterimakasih kepada orang tuaku yang telah mendukung dengan materil, teman-teman sekelompokku yang memberi dukungan moril, Pak Wahyu Wilopo yang telah membimbing kami sampai pada penyusunan laporan, dan banyak pihak lainnya yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu
Selain itu, aku juga sangat senang mendengar cerita pemetaan mandiri dari teman-temanku yang lain yang mendapat daerah pemetaan yang berbeda karena kelompok dan daerahnya pasti memiliki keunikan masing-masing. Pemetaan geologi mandiri ini adalah salah satu hal yang sangat berkesan bagiku, kesan yang nantinya tinggal kenangan, karena hari demi berlalu dengan cepat di Program Studi S1 Teknik Geologi.
Dewi Indah Kusuma Sari | Desember 2024