Indonesia merupakan negara penghasil batubara dan pengekspor batubara terbesar di dunia karena memiliki cadangan batubara yang melimpah. Cadangan batubara tersebut terdapat pada beberapa cekungan, salah satunya yaitu Cekungan Barito. Dalam pemanfaatan batubara tersebut pemerintah dalam Undang-Undang Indonesia mengatur tentang penelitian dan pengembangan hilirisasi batubara. Hal tersebut yang melatarbelakangi Prof. Ferian Anggara, guru besar Departemen Teknik Geologi, dan kawan-kawan untuk melakukan penelitian terkait karakterisasi geokimia batubara Cekungan Barito dan evaluasi critical element pada batubara dan abu batubara.
Batubara yang diteliti pada penelitian ini terfokus pada Formasi Tanjung dan Formasi Warukin yang terletak di Pulau Kalimantan. Batubara di Formasi Tanjung memiliki ciri terdiri atas maseral huminit dan mineral anorganik seperti kaolinit, pirit, kuarsa, karbonat (kalsit, karbonat mengandung Sr), Ti-oxide (anatase atau rutil), klorit, dan apatit. Pada formasi ini terdapat lapisan batubara, seam B3, yang menunjukkan adanya pengayaan kandungan REY atau unsur tanah jarang (unsur Hf, Zr, dan V) dengan kandungan tertinggi hingga 194,56 ppm. Sebaliknya, batubara di formasi Warukin memiliki ciri terdiri atas kadungan inertinit yang tinggi dan mineral anorganik seperti kaolinit, pirit dan kuarsa. Pada formasi ini menunjukkan penipisan pada semua unsur jejak dan REY. Adanya perbedaan karakteristik batubara ini dapat disebabkan oleh adanya infiltrasi air laut saat gambut terakumulasi dan kontrol geologi lokal pada Formasi Tanjung dan proses regresi non-marine pada Formasi Warukin.
Penelitian ini memberikan kontribusi dalam pengimplementasian pembangunan berkelanjutan yang menekankan pentingnya pendidikan berkualitas dan penelitian yang mendukung inovasi serta pengetahuan terkait sumber daya alam. Selain itu, penelitian ini mendukung pada penggunaan sumber daya kelautan secara berkelanjutan mengingat dampak dari eksploitasi batubara terhadap kualitas air dan ekosistem pesisir yang harus diperhatikan dalam pengelolan sumber daya alam. (Dewi Indah Kusuma Sari/UGMAI)
Artikel lengkap dapat diakses melalui http://doi.org/10.1016/j.coal.2023.104423
Humas Departemen │ November 2024