Penulis: Muhammad Hafizh Gusriansyah
Batuan yang ada di sekitar kita tak lepas dari berbagai proses pembentukan yang bermacam-macam sejak dahulu kala. Berbagai proses geologi berlangsung hingga membentuk batuan yang tersingkap di sekitar kita baik berupa proses endogenik maupun eksogenik. Setiap daerah memiliki jenis batuan dan persebaran yang berbeda-beda. Contohnya pada daerah dekat Gunung Merapi memiliki litologi berupa batuan vulkanik, sedangkan daerah dekat Pegunungan Sewu di Gunungkidul memiliki litologi batugamping.
Saya selaku penulis dan juga mapper melakukan pemetaan di Desa Ngrombo dan sekitarnya, Kecamatan Tangen, Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah. Wilayah tersebut termasuk ke dalam Zona Fisiografis Kendeng. Daerah tersebut saya dapatkan setelah melakukan undian kavling pada bulan Februari lalu.
Pada 16 Juli 2024 pagi saya beserta kelompok, yang kami namai Doa Ibu, beserta beberapa porter kami berangkat dari Jogja menuju basecamp penginapan kami selama melakukan pemetaan yaitu di rumah Bapak Pagon di Desa Ngrombo. Perjalanan memakan waktu 3 jam yang mana terdapat suatu insiden teman kami, Alif, dihentikan oleh orang tak dikenal saat berada di Solo. Setelah sedikit berbincang-bincang kami melanjutkan perjalanan menuju Sragen.
Masyarakat penghuni daerah sekitar hidup dalam kesederhanaan. Mata pencaharian yang mayoritas berupa kebun yang secara spesifik dominan kebun jagung digunakan untuk menghidupi sehari-hari. Jalan yang ada di daerah ini tergolong besar, tetapi kondisinya buruk dikarenakan litologi bawah permukaan dominan napal yang menyebabkan konstruksi jalan tidak kuat menahan beban. Elevasi di daerah ini tidak terlalu tinggi. Pada area kavling 130, titik terendahnya di 78 mdpl, sedangkan titik tertingginya ada di 172 mdpl. Hal itu memudahkan saya untuk melakukan pemetaan, sehingga tidak perlu untuk menaiki dan menuruni lereng yang tinggi sehingga dapat menghemat tenaga.
Kondisi Area Pemetaan Kavling 130 (Dokumentasi Pribadi)
Setelah sampai kami disambut baik oleh keluarga Bapak Pagon dan Ibu Haryati lalu kami beres-beres untuk menempati rumah tersebut selama kegiatan pemetaan. Setelah itu kami mengurus perizinan di Kantor Desa Ngrombo, Kantor Kecamatan Tangen, dan Kantor Perhutani Tangen. Namun, saat di kantor Perhutani, kami belum mendapatkan izin karena harus melakukan perizinan ke KPH Surakarta terlebih dahulu sehingga kami belum bisa memasuki area Perhutani.
Area Perhutani (Dokumentasi Pribadi)
Keesokan harinya kami memulai pemetaan. Saya bersama porter saya, Rafi, mulai menyusuri area kavling 130. Kejadian yang tidak mengenakkan terjadi pada Rafi. Saat menuruni area persawahan yang cukup tinggi dan terjal, Rafi terpeleset hingga wajahnya terkena ranting pohon yang keras sehingga membuat kelopak matanya terluka. Setelah luka dibersihkan, kami melanjutkan ke beberapa titik pengamatan dan pulang lebih cepat karena kondisi Rafi yang kurang baik.
Kejadian lain juga menimpa teman kami Nia. Saat melakukan pemetaan, motor yang digunakan tiba-tiba tidak bisa dihidupkan sehingga meminta teman kelompok lainnya untuk meminta bantuan. Saya yang kebetulan pulang lebih awal kemudian bergegas pergi menemui Nia yang malang. Saat sampai disana, beruntung ada penduduk lokal yang mengerti permasalahan pada motor sehingga dapat dihidupkan kembali.
Kegiatan reconnaissance dan checking diperlukan untuk memberikan arahan kepada mahasiswa dari dosen pembimbing. Kami dibimbing oleh seorang guru besar sedimentologi yaitu bapak Sugeng Sapto Surjono selama kegiatan pemetaan. Kami beruntung mendapat dosen pembimbing Pak Sugeng karena cocok dengan area pemetaan kami yang berupa batuan sedimen serta kepribadian beliau yang ramah dan sangat baik hati.
Hari-hari kami berjalan cukup baik. Pagi hingga sore kami melakukan pemetaan, kemudian pada malam hari kami istirahat bersantai sambil melakukan backup data. Di sela-sela kesibukan itu kami masih sering bermain game uno, truth or dare, bahkan sampai bermain mobile legends dan efootball mobile. Selain itu kami juga sering jalan-jalan ke pusat kecamatan hanya untuk sekedar membeli jajanan dan melepas penat.
Pada suatu waktu kami mulai jenuh dengan kegiatan pemetaan. Setelah itu kami berencana untuk healing dengan pergi ke Air Terjun Grojogan Sewu di Tawangmangu serta Telaga Sarangan di Magetan. Suhu yang dingin membuat kami menggigil kedinginan dan berbanding terbalik dengan kondisi saat kegiatan pemetaan yang sangat panas di bawah terik matahari siang bolong. Satu hari penuh kami rest day hingga pulang pada malam hari.
Air Terjun Grojogan Sewu (Kamera Ghoni)
Terdapat 2 kejadian yang menyedihkan dan unik terjadi pada hari itu. Pertama teman kami Ghoni beserta porternya Kayla terjatuh saat perjalanan pulang dari Telaga Sarangan. Ban motor mereka bocor sehingga terjatuh dan ditolong warga setempat. Kami menunggu cukup lama untuk melakukan pengobatan dan menunggu perbaikan motor sehingga bisa digunakan lagi. Kejadian kedua menimpa teman kami Alif. Saat perjalanan pulang, dia nekat untuk makan sempol sambil mengendarai motor yang mengakibatkan saos sempol yang dimakan masuk ke matanya. Kondisi matanya memburuk saat sampai rumah terlihat memerah seperti “Mangekyou Sharingan”. Kondisinya semakin buruk. Keesokan harinya, dia tidak melakukan pemetaan dan melakukan pengobatan di puskesmas terdekat.
Ghoni dan Kayla Setelah Terjatuh (Kamera Alif)
Untuk yang paling menyebalkan mungkin kejadian yang dialami Bile. Mungkin tidak ada kejadian spesifik tertentu, tetapi dialah yang menjadi objek “bully” dari teman-temannya, terutama Alif dan saya sendiri. Setiap hari ada saja masalah yang dilakukan Alif terhadap Bile. Dikunci di luar rumah, ditirukan suara yang serak ketika sakit, rebutan alat bersih-bersih, menyembunyikan barang-barangnya, dan masih banyak lagi. Saya pun mengikuti jejak Alif yang selalu mengganggu Bile yang mana dapat menambah keceriaan dikala rasa letih yang menyelimuti saat pemetaan.
Kejadian unik juga menimpa saya sendiri sebagai mapper. Pada suatu hari saya membawa tas yang cukup besar untuk membawa sampel batuan yang sudah dikumpulkan. Setelah mengumpulkan 2 sampel dan menuju ke sampel ke 3, tiba-tiba saya dan Rafi baru sadar bahwa tas berisi sampel tersebut hilang. Kemudian kami menyisiri setiap titik pengamatan yang sudah kami datangi, tetapi hasilnya tidak berjumpa. Sampel tersebut kemudian saya ambil lagi pada titik pengamatan tadi. Keesokan harinya, tiba-tiba secara tidak sengaja saya menemukan plastik sampel milik saya yang sebelumnya ada di dalam tas yang hilang tersebut. Uniknya hanya dijumpai plastik sampel dengan kode nama saya tanpa ada isi batu dan tas yang hilang tersebut. Kami kebingungan dan langsung beranggapan bahwa ada warga yang mengira batu tersebut memiliki kekuatan tertentu sehingga hanya diambil batunya saja dan plastiknya dibuang.
Penemuan Plastik Sampel yang Hilang (Dokumentasi Pribadi)
Pemetaan ini ditutup dengan kejadian checking dadakan yang diinginkan oleh Pak Sugeng. Checking yang semula direncanakan tanggal 1 Agustus tiba-tiba berubah menjadi tanggal 31 Juli secara mendadak yang baru diberi kabar ketika siang hari tanggal 30 Juli. Kami semua kemudian panik dan begadang tengah malam untuk mempersiapkan checking esok harinya. Kami menuju lapangan siang hari dengan keadaan kurang tidur. Kegiatan berlangsung dengan lancar hingga sore harinya. Keesokan harinya kami mulai mempersiapkan untuk kembali pulang ke Jogja.
Kegiatan pemetaan berlangsung sangat seru. Selain kejadian unik ketika pemetaan, terdapat beberapa hal penting lainnya mengenai kondisi geologi yang cukup berbeda dengan kondisi geologi di Jogja. Pada area pemetaan didominasi oleh banyak pemukiman dan perkebunan serta terdapat beberapa area hutan yang dikelola oleh Perhutani. Disana terdapat 2 embung utama yang menjadi tempat pengairan utama bagi perkebunan penduduk sekitar yaitu Embung Ngrombo dan Pungkruk Dam. Keadaan geologi yang didominasi oleh batuan napal membuat area tersebut cukup sulit mendapatkan air. Pada musim kemarau, penduduk setempat bahkan harus membeli air bersih untuk mencukupi kebutuhan air bersihnya. Kontrol struktur yang sangat intensif membuat banyaknya tersingkap perlapisan batuan yang terlihat tegak sehingga cukup membuat tricky.
Embung Ngrombo (Dokumentasi Pribadi)
Kegiatan pemetaan ini dapat menjadi manfaat bagi masyarakat setempat. Pemetaan ini dapat kemudian dikembangkan lebih lanjut dan digunakan untuk studi air tanah pada area pemetaan yang sulit air. Hal tersebut dapat membantu masyarakat dan memudahkan aktivitas di Desa Ngrombo dan sekitarnya. Mungkin saja struktur geologi yang berkembang sangat kompleks pada area pemetaan dapat menjadi sumber keluarnya air melalui rekahan yang mana hal tersebut membutuhkan studi lebih lanjut.
Kegiatan Lapangan Bersama Pak Sugeng (dari Instagram @sugengssurjono)
Dewi Indah Kusuma Sari | Desember 2024