Penulis: Bimo Satrio Dwiputro Widodo
Memasuki semester baru dengan membawa semangat baru. Semester 4 menandakan waktunya untuk menghadapi Pemetaan Geologi Lapangan bagi mahasiswa jurusan Teknik Geologi UGM Angkatan 2023. Hal pertama yang saya dan kami satu angkatan lakukan dimulai dengan pengundian kavling untuk pemetaan mandiri bagi masing-masing mahasiswa sekaligus menentukan kelompok untuk membersamai selama rangkaian Pemetaan Geologi Lapangan 2025. Pengundian dilakukan sebelum pembelajaran semester 4 dimulai. Saya mendapatkan kavling nomor 6 dan tergabung dalam kelompok 8 yang berisikan saya, Bagas, Tiwi, dan Dhani. Setelah itu, kami memulai untuk mengumpulkan data-data sekunder daerah kavling kami untuk membantu dan menyiapkan pemetaan. Pengolahan data dilakukan selama kami mengikuti mata kuliah Metode Geologi Lapangan (MGL).
Dalam mata kuliah MGL, kami diberikan materi mengenai dasar-dasar ilmu pemetaan lapangan yang akan sangat membantu kami pada saat melakukan praktik langsung di lapangan. Pada mata kuliah ini juga kami diberikan tugas-tugas untuk membuat peta-peta tentatif kavling masing-masing. Selain itu, kami juga diberikan pembekalan mengenai SHE dan prosedur keamanan yang wajib diterapkan selama melakukan pemetaan di lapangan. Jujur saja, melakukan proses pengolahan data memakan waktu yang sangat banyak sehingga saya seringkali kekurangan istirahat, apalagi saya masih harus mengikuti perkuliahan wajib dan praktikum serta fieldtrip selama semester 4. Kebetulan pada saat periode sibuk pengolahan data untuk MGL bertepatan dengan bulan Ramadhan dan tidak jarang saya bertemu dengan teman-teman satu angkatan saya pada saat sahur dengan pakaian yang masih sama dengan pada saat mengikuti perkuliahan di siang hari, menunjukkan betapa lelah dan sibuknya kami selama masa tersebut.
Kemudian setelah melalui proses pembelajaran di kelas pada mata kuliah MGL, kami melakukan fieldtrip MGL dan diakhir rangkaian fieldtrip, kami melakukan pengundian untuk kavling kelompok kami untuk kegiatan Kuliah Lapangan Geologi di Kampus Bayat (KL Bayat) selama kurang lebih 11 hari. KL Bayat ini ditujukan untuk melatih kemampuan pemetaan lapangan kami, mulai dari pengamatan litologi, pengamatan kenampakan morfologi, pengukuran struktur geologi, berlatih stratigrafi dengan menggunakan measured section, hingga pembuatan peta lintasan, geomorfologi, dan geologi sampai menjadi poster. 11 hari di Bayat menjadi pengalaman yang tidak akan saya lupakan dan saya menamakan pengalaman ini dengan “11 days full of insight, but sleepless night”.
Lalu, yang ditunggu-tunggu pun akhirnya terlaksana. 4 hari setelah KL Bayat selesai, kami berangkat untuk melakukan Pemetaan Geologi Mandiri di kavling masing-masing. Saya melakukan pemetaan di daerah Kecamatan Pucakwangi, Kab. Pati serta Kecamatan Todanan, Kab. Blora dan sekitarnya. Iya benar, setiap hari bisa dibilang saya melakukan perjalanan antar-kabupaten untuk melakukan pemetaan. Pada kavling 6, kenampakan morfologi nya berupa perbukitan terdenudasi kuat sehingga cukup sulit untuk menemukan singkapan batuan karena daerah nya sudah beralih fungsi menjadi ladang serta sawah milik warga. Pada kavling 6 saya menemukan litologi yang didominasi oleh beragam jenis batugamping dengan sisipan batupasir serta batulempung hitam menunjukkan bahwa energi dan lingkungan pengendapan pada daerah pemetaan cenderung berubah-ubah.
Tidak hanya melakukan pemetaan, kami sekelompok terkadang mengambil hari “istirahat” atau day-off untuk mencari hiburan setelah dihajar oleh kavling dengan ukuran 4 x 5 km. Kegiatan yang kami lakukan beragam, seperti menonton film bersama hingga mengunjungi alun-alun kota terdekat dari pondokan. Saya mendapatkan pengalaman yang cukup berarti bagi saya, baru saja melakukan pemetaan 2 hari, saya harus mengantarkan porter saya yang akan pulang terlebih dahulu untuk menghadiri acara keluarga ke terminal bus terdekat. Pada saat perjalanan kembali ke pondokan, saya mengalami kecelakaan sehingga terpaksa saya tidak bisa melakukan pemetaan selama 3 hari untuk proses pemulihan luka-luka yang saya alami. Hal ini menyadarkan saya bahwa bahaya bisa datang dari mana saja dan membuat saya lebih berhati-hati dalam setiap langkah yang saya jalani. Kembali ke kavling 6, fitur-fitur geologi lokal yang saya temukan berupa struktur-strukutr geologi berupa lipatan dan sesar geser dextral. Selain itu, terdapat beberapa tambang lokal milik warga yang melakukan aktivitas penambangan dengan komoditas utama batugamping.
Setelah melalui proses pemetaan kurang lebih selama 3 minggu, pada tanggal 19 Juli, kelompok kami melakukan checking bersama dosen pembimbing dan setelah mendapat persetujuan mengenai data-data yang dikumpulkan, kami kembali ke Jogja untuk memulai kegiatan pengolaham data dan penyusunan laporan. Selama proses Pemetaan Geologi Lapangan 2025, mulai dari kelas hingga ke lapangan memberikan begitu banyak pelajaran yag berharga bagi saya. Pengalaman ini membentuk saya menjadi pribadi yang lebih bertanggungjawab bukan hanya terhadap diri sendiri, namun juga terhadap orang-orang dan lingkungan di sekitar saya. Jika batuan memberikan petunjuk mengenai kehidupan di bumi ini, maka PGL 2025 memberikan pandangan yang lebih luas untuk memaknai setiap jengkal kehidupan yang kita Jalani.
Humas Departemen | Oktober 2025