Penulis: Galih Hanim Mu’arofah
Angkatan 2022, mahasiswa Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada bersaksi bahwa liburan semester adalah fana adanya. Kuliah lapangan telah mengisi waktu para mahasiswa teknik geologi pada saat liburan kisaran semester 4 hingga 5. Sejumlah 139 mahasiswa telah merasakan suka duka Bayat. Saat di Bayat, para mahasiswa benar-benar dididik. Awalnya semua mahasiswa berbahagia dan merasa penasaran terkait perihal yang akan terjadi di Bayat. Sesampainya di kampus Teknik Geologi Bayat ini, terjawab sudah semuanya rasa penasaran tersebut. STA demi STA terlalui, BCL demi BCL telah tercatat, dan lintasan demi lintasan telah dilintasi bersamaan dengan pengeplotannya sekaligus. Pendidikan mess mulai berjalan hingga dalam pikiranku terbesit, “apakah ini yang para kating bilang dengan istilah neraka bayat”.
Hari demi hari terlalui juga, banyak suka duka yang seiring berjalannya waktu ternyata para mahasiswa-mahasiswi ini lebih dapat menikmatinya. Pengundian dosen pembimbing pun juga dilakukan di kampus lapangan tercinta ini, dan kelompok ‘Kokop Letter L’ mendapatkan dosen pembimbing Pak Sarju Winardi. Belum apa-apa kelompok ini sudah diminta push up karena belum tahu identitas beliau sebab belum pernah diampu, tapi lagi-lagi masih diharuskan push up karena salah satu anggota Kokop Letter L yang disuruh untuk melafalkan nama beliau tidak dapat secara jelas pelafalannya karena ‘cadel’. Keseruan terus berlanjut, pemetaan mulai ditemukan seni-seninya, dan bekerja di dalam pressure semakin lekat dalam proses yang dilalui.
Dokumentasi kegiatan di Kampus Lapangan Geologi Bayat dan lapangan (dokumentasi pribadi)
Pada malam terakhir, tibalah saatnya pembakaran poster yang telah para mahasiswa buat dengan sepenuh hati, jiwa, raga, dan pikiran. “Biarlah yang di Bayat tetap di Bayat,” kalimat tersebut yang melandasi semua ini. Ilmu dan kenangan yang dibawa pulang untuk melanjutkan perjalanan selanjutnya yaitu Kuliah Lapangan Mandiri.
Dokumentasi malam pembakaran poster
Keesokan paginya, seluruh peserta Pemetaan Kuliah Lapangan Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada Tahun Tahun 2024 pulang menuju Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada dan dapat melanjutkan perjalanan selanjutnya sesuai kelompok masing-masing. Kokop Letter L memilih untuk beristirahat terlebih dahulu selama dua hari. Kemudian pada 15 Juli 2024, kelompok ini berangkat menuju Bojonegoro, tepatnya ke Balai Desa Margomulyo yang berada pada Kavling 132 milik Galih. Keberangkatan dimulai pukul 08.00 WIB dari kontrakan Taufiq yang terletak di daerah Klebengan.
Dokumentasi keberangkatan para mapper bersama porter
Tak terasa 3 jam berlalu, sampailah Kokop Letter L di pondokan yang berada di Balai Desa Margomulyo. Sesampainya di sana, kebetulan lampu yang seharusnya digunakan untuk menerangi kamar yang akan ditempati tidak dapat nyala sehingga kami dipindahkan di Perpustakaan Desa dengan kondisi laki-laki dan perempuan dalam satu ruangan yang sama, tetapi dibatasi oleh garis imajiner dengan laki-laki pada bagian barat dan perempuan di bagian timur bersamaan di bawah pengawasan oleh Sekretaris Desa, yaitu Pak Joko.
Dokumentasi kondisi pondokan di Margomulyo (dokumentasi pribadi)
Pondokan yang dihuni oleh Galih, Bima, Taufiq, Mila, dan para porternya dapat dikatakan sangat sederhana, tetapi sangatlah nyaman untuk disebut ‘rumah’ saat pulang sehabis pemetaan mandiri di kavling masing-masing. Pada pondokan ini, selama pemetaan berlangsung kami tidur beralaskan karpet, dan satu kasur dibawa untuk bagian laki-laki karena kasur tersebut milik Taufiq. Selain itu, pondokan ini juga bocor ketika hujan tiba tapi Kokop Letter L belajar bahwa kenyamanan ternyata bukan semata-mata perihal hidup enak dan bisa tidur di kasur yang empuk, tetapi dengan kebersamaan hangat yang dibangun oleh keluarga Kokop Letter L ternyata tidak seburuk itu jika dilakukan justru sangat mengasyikan.
Dokumentasi bersama Pak Joko (Sekretaris Desa Margomulyo), Bu Nanik (Penjual warung langganan yang berada di Kavling 132) (dokumentasi pribadi)
Pemetaan ini memiliki kesan mendalam bagi tiap-tiap peserta. Banyak hal yang dapat dijadikan pembelajaran untuk berproses dan bekal ke depannya, khususnya dalam bermasyarakat. Margomulyo dan seisinya menyimpan beribu-ribu kenangan yang tersimpan rapi di sudut-sudut ruangan dan tempat-tempatnya, terutama untuk para mahasiswa dengan kelompok Kokop Letter L.
Dewi Indah Kusuma Sari | Desember 2024