Menelusuri Sungai Tuntang : Sungai Berkelok yang Menyingkap Proses Geologi di Dalamnya

Penulis: Atha Dhimas Putra

Kegiatan pemetaan geologi mandiri merupakan pengalaman yang tak terlupakan bagi mahasiswa Teknik Geologi di Universitas Gadjah Mada. Aktivitas ini bukan hanya sekadar tugas akademik, tetapi juga menjadi momen berharga yang menyatukan pengetahuan teori dengan praktik lapangan. Pemetaan dilakukan dua kali. Pertama dilakukan di Bayat, Klaten selama 11 hari kemudian dilanjut dengan pemetaan mandiri yang berada pada Zona Fisiografi Kendeng.

Pemetaan mandiri dilakukan di daerah Gogodalem, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah yang dilakukan selama kurang lebih 2 minggu. Pemetaan di kavling ini dilakukan dua orang (mapper dan porter). Mapper dan teman-teman kelompoknya (Kelompok SALOKA) memilih rumah singgah yang berada di daerah dekat lokasi pemetaan sekitar 5 km dari kavling pemetaan. Gogodalem adalah sebuah kawasan yang terletak di lereng perbukitan, menawarkan pemandangan alam yang memukau dan kekayaan budaya yang kental. Dikelilingi oleh formasi geologi yang terbentuk melalui proses vulkanik, daerah ini memiliki jalan berkelok-kelok dan lembah-lembah yang indah, memberikan tantangan sekaligus keindahan bagi para pengunjung. Masyarakat setempat hidup dengan tradisi yang kuat, menjaga kearifan lokal melalui kegiatan bertani dan upacara adat yang rutin digelar. Sebagai destinasi wisata, Gogodalem menyuguhkan pengalaman alam yang mempesona, dari tracking di lereng bukit hingga menjelajahi kekayaan hayati, menjadikannya tempat yang ideal untuk ekowisata dan pelestarian budaya.

Keindahan Sungai Tuntang di Sore Hari

Daerah Pemetaan kavling 134 ini dilewati satu sungai besar yang bernama Sungai Tuntang. Sungai ini melampar dari Barat hingga Timur pada daerah pemetaan. Sungai Tuntang merupakan salah satu sungai bersejarah yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat setempat. Sungai ini tidak hanya menjadi sumber air bagi pertanian, tetapi juga menyimpan cerita panjang tentang masa kejayaan kerajaan-kerajaan di Jawa. Konon, sungai ini menjadi jalur transportasi penting pada era Kerajaan Mataram Kuno dan memiliki hubungan erat dengan Danau Rawa Pening di hulu. Sepanjang alirannya, Sungai Tuntang menawarkan pemandangan alam yang memukau, dengan hamparan sawah hijau dan pepohonan rindang di tepiannya. Namun, tantangan lingkungan seperti sedimentasi dan pencemaran mengingatkan kita akan pentingnya menjaga kelestarian sungai ini, agar tetap menjadi aset berharga bagi generasi mendatang. Saya, Atha, bersama porter saya, Yoga, selalu terkagum setiap melakukan pemetaan di daerah ini. Mengapa? Sungai ini selalu memiliki singkapan jelas di setiap dinding sungainya. Sungai ini menyingkap secara jelas proses geologi yang membentuk daerah pemetaan. Meskipun akses menuju sungai lumayan sulit, tetapi sungai ini selalu memberikan ‘hadiah’ di setiap sisinya. Banyak momen tak terlupakan di setiap bagian sungai ini memberikan pengalaman dan Pelajaran hal baru mengenai sungai ini. Banyak petani jagung di daerah sekitar sungai yang nekat menyeberangi sungai tersebut padahal sungai tersebut cukup dalam dan arusnya yang cukup kuat tetapi tidak mengurangi keberanian mereka melewati sungai tersebut. Hewan-hewan seperti ular, babi hutan, dan hewan liar di sekitarnya masih sangat sering dijumpai. Meskipun begitu sungai ini menjadi sumber irigasi utama pada daerah di sekitar sungai.

Singkapan membentang di Sungai Tuntang

Dewi Indah Kusuma Sari | Desember 2024