Penulis: Genesius Bagas Waradana
Bagi sebagian anak muda, menjelajah dan menyusur menjadi kegiatan yang dihindari, banyaknya rintangan di lapangan menjadi penghalang mereka untuk berekspresi di alam. Hal itu berbeda dengan teman-teman, Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada angkatan 2022 yang melakukan pemetaan di Zona Kendeng. Kavling sebesar 4×5 km menjadi hal yang harus ditaklukan, situasi serba tak pasti, perasaan cemas dan sepi ketika di lapangan menjadi salah satu hal yang terkadang mematahkan langkah. Meskipun beberapa orang terkadang memandang kegiatan ini sedikit miring, ditambah kegiatan ini dilakukan di saat hari libur banyak manfaat yang bisa didapatkan pada masa kuliah lapangan ini yaitu melatih para geologist muda untuk mengambil data permukaan secara terukur dan sistematis sehingga menghasilkan sebuah peta yang komprehensif serta dapat menyinambungkan beberapa aspek geologi seperti litologi, morfologi, struktur, bahkan sejarah geologi.
Pemetaan geologi mandiri ini dilakukan selepas kuliah lapangan bayat diakhiri pada tanggal 11 Juli 2024, teman-teman geologi dapat istirahat sejenak sebelum meluncur pada kavlingnya masing-masing. Durasi pemetaan ini berkisar 2-3 minggu dengan dua kali pengecekan dosen saat reconnaissance dan checking guna merencanakan dan memvalidasi beberapa data sementara yang sudah didapatkan. Penulis Genesius Bagas Waradana, mendapatkan kavling no 135, dimana kavling tersebut terletak di Kabupaten Semarang Kecamatan Ungaran Timur dan Kecamatan Pringaus. Penulis memiliki kavling yang tidak terlalu jauh dengan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Pintu Tol Bawen-Ungaran.
Gambar 1. Kegiatan reconnaissance dan checking selama pemetaan geologi mandiri
Masyarakat di sekitar lokasi pemetaan penulis merupakan masyarakat yang masih hidup sederhana dengan mengandalkan hasil lahan mereka seperti padi dan jagung serta beberapa warga bekerja sebagai pekerja proyek pada Bendungan Jragung. Penulis banyak melakukan interaksi dengan penduduk sekitar selama melakukan pemetaan salah satunya adalah Mbah Temu, dimana Mbah Temu menceritakan banyak sekali cerita terutama tentang keluarganya dan cucunya yang memiliki umur yang tidak jauh dari penulis. Pertemuan dengan beliau menjadi salah satu momen yang cukup lucu dikarenakan beliau memberikan penulis bekal berupa satu lirang pisang raja, “sinau sek niat yo le aja dibuang-buang kesempatan kuliahmu,” pesan tersebut Mbah Temu ucapkan selagi saya berpamitan untuk melanjutkan langkah menyusuri bukit di daerah Kawengen.
Kavling 135 menurut saya cukuplah unik dikarenakan hampir setengah bagiannya berisi litologi dan morfologi vulkanik yang jarang ditemui di Zona Kendeng, dimana zona ini umumnya banyak didominasi oleh batuan sedimen karbonatan. Kehadiran litologi vulkanik ini dikarenakan adanya beberapa cinder cone purba yang berperan mengeluarkan material-material vulkaniknya di sekitar kavling. Selain itu beberapa fitur geologi berupa struktur yang umum dijumpai di Zona Kendeng juga ditemukan seperti sesar geser sinistral, sesar naik, sesar turun, antiklin dan sinklin, keberadaan fitur ini menandakan jika kavling 135 merupakan kavling yang cukup kompleks.
Pemetaan ini dilakukan penulis setiap harinya selama total 21 hari dengan 14 hari penulis turun ke lapangan untuk mengambil data. Pengambilan data ini dipermudah oleh kehadiran teman penulis bernama Danarjaya yang membantu menemani dan berdiskusi di lapangan. Kegiatan kuliah lapangan ini menjadi kegiatan yang sangat memorable bagi penulis karena penulis mengalami banyak perasaan yang bercampur sedih, senang, lelah, letih menjadi satu. Perasaan itu tercampur hingga menyingkap menjadi perasaan yang tidak terlupakan bagi penulis dan perjalanan kuliah lapangan ini menjadi susur cerita yang amat panjang bagi penulis selama penulis menjalani pendidikan di Teknik Geologi UGM.
Dewi Indah Kusuma Sari | Desember 2024