Penulis: Cindy Putri Permatasari
Bagi mahasiswa tahun kedua Teknik Geologi UGM, liburan bukan hanya waktu untuk beristirahat, tetapi juga kesempatan untuk menjelajahi dunia nyata geologi melalui kegiatan pemetaan lapangan. Kegiatan ini disebut juga sebagai kuliah lapangan yang disingkat sebagai KL, dimana setiap mahasiswa Teknik Geologi UGM wajib untuk mengikutinya sebagai syarat lulus dari jurusan ini. KL terdiri dari dua rangkaian, yaitu KL kelompok dan KL mandiri. Kuliah lapangan secara berkelompok dilaksanakan di Bayat, Klaten, Jawa Tengah, sedangkan untuk kuliah lapangan mandiri dilaksanakan di Zona Fisiografis Kendeng.
Minggu pertama di semester empat merupakan awal bagi kami untuk memulai studi pendahuluan mengenai daerah pemetaan mandiri kami yang telah kami dapatkan berdasarkan hasil undian. Melalui mata kuliah ‘Metode Geologi Lapangan’, kami diajarkan analisis lebih lanjut secara jarak jauh terkait aspek-aspek geologi yang ada di daerah pemetaan kami, dimulai dari penentuan geomorfologi, satuan batuan tentatif, struktur geologi, hingga pembuatan rencana lintasan. Kegiatan ini kami lakukan sepanjang semester empat hingga tiba saatnya libur semester genap yang akan kami isi dengan kesibukan kuliah lapangan secara langsung.
Hari pertama tiba di Bayat, tepatnya tanggal 2 Juli 2024, saya yakin hampir seluruh mahasiswa memiliki pertanyaan di benak mereka “kenapa aku masuk ke teknik geologi ya?”. Namun apa boleh buat, kenyataan terus berjalan dan harus dihadapi salah satunya melintasi Jiwo Timur. Saya masih ingat ekstremnya tracking di hari pertama, dengan morfologi perbukitan yang cukup curam. Selama pemetaan di hari pertama, banyak pembelajaran yang saya dapatkan secara langsung di lapangan. Terdapat singkapan diorit dengan pelapukan membola, singkapan batuan metamorf seperti sekis mika, dan masih banyak lagi. Tidak cukup lelah secara fisik, kami masih harus dapat mengikuti pembelajaran yang disampaikan oleh dosen di kelas dan menjalankan seluruh rangkaian kegiatan termasuk quiz dan pembuatan laporan. Kegiatan seperti ini kami lakukan selama 4 hari, kemudian pada hari ke-5, kami melakukan pemetaan secara berkelompok tanpa dipandu oleh dosen.
Pemetaan di hari ke-5 dilaksanakan dengan sistem buddy, dimana 1 kelompok dibagi lagi menjadi 2 tim. Daerah pemetaan kelompok saya tergolong cukup curam dengan litologi berupa batuan sedimen yang didominasi oleh tuf dan batupasir. Saya masih ingat pada hari ke-6, saya dan buddy saya memotong kontur agar dapat sampai ke puncak lebih cepat. Kegiatan memotong kontur ini dilakukan dua hari berturut-turut, kemudian di hari ke-8 saya tidak ikut pemetaan karena jatuh sakit (pesan untuk buddy saya, terimakasih dan maaf jadi pemetaan sendirian). Saya kembali ke lapangan pada hari ke-9, lalu kami melakukan pemetaan hingga siang hari dan kembali untuk melanjutkan analisis data lapangan serta pembuatan poster. Walaupun sulit, kami sekelompok menyelesaikannya dengan cukup baik dan mendapatkan pembelajaran yang berharga.
Gambar 1. Dokumentasi di lapangan daerah Bayat
Selang beberapa hari, tepatnya di tanggal 15 Juli, saya dan kelompok saya berangkat ke Bojonegoro untuk melaksanakan pemetaan mandiri. Kavling saya sendiri berada di daerah Kecamatan Temayang yang berjarak kurang lebih 4 km dari basecamp, yang berada di Desa Jono. Saya pribadi merasa lebih enjoy dalam menjalani pemetaan mandiri karena dapat mengatur waktu saya sendiri. Selama pemetaan saya ditemani oleh porter saya dan motor kuning saya. Selama beberapa hari pemetaan, saya menemukan beberapa singkapan bagus yang cukup ideal untuk dijadikan STA kunci litologi dan juga struktur. Sepulangnya dari lapangan, saya dan kelompok saya akan berkumpul untuk makan bersama, bermain, lalu dilanjut dengan diskusi mengenai keseharian di lapangan. Saat pengolahan data, saya menemukan hasil strike dip di daerah pemetaan saya yang berlawanan. Pada bagian utara, dipping yang saya temukan cenderung ke arah selatan sedangkan daerah di bagian selatan, dipping-nya cenderung mengarah ke utara. Dengan beberapa data pendukung lain, saya dapat merekonstruksi adanya sinklin di sepanjang bagian tengah kavling saya. Selain itu, hal menarik lainnya adalah, di kavling saya terdiri dari empat formasi, meliputi Formasi Kalibeng, Formasi Klitik, Formasi Sonde, dan Formasi Lidah. Setelah proses analisis yang panjang, saya menginterpretasikan terdapat 7 satuan batuan di daerah pemetaan saya dan 6 dari 7 satuan batuan tersebut menjari antar satu sama lain. Butuh beberapa bulan untuk menghasilkan output berupa poster dan laporan KL yang memuat hasil pemetaan di daerah Temayang. Meskipun sulit, bagi saya pengalaman ini sangat berharga karena bukan hanya menambah pengetahuan dan skill di lapangan, namun juga membentuk pribadi saya yang menjadi lebih kuat dan mampu berinteraksi/beradaptasi dengan lingkungan yang asing bagi saya.
Gambar 2. Dokumentasi di lapangan daerah Temayang
Saya sangat bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menjauhkan kami dari segala macam marabahaya dan memberkati jalannya rangkaian pemetaan ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Selain itu, saya juga sangat berterima kasih kepada kelompok 24, yaitu kelompok ‘Tuhan Memberkati’ yang sudah saling mendukung dan menjaga satu sama lain. Tidak lupa dengan porter-porter kami yang membantu dan menghibur kami selama di lapangan, begitu juga dengan orang tua, sahabat, dan pastinya dosen pembimbing kami yang telah membantu kami dalam menjalani kuliah lapangan ini. Semoga pengalaman ini menjadi ilmu yang berharga kedepannya. Sebagai penutup, penulis pamit undur diri dan terimakasih sudah membaca perjalanan kami.
Gambar 3. Foto bersama kelompok ‘Tuhan Memberkati’ dan dosen pembimbing; Foto porter with a view
-Karena sejatinya, perjalanan adalah bagian penting dari proses belajar yang tak pernah usai-
Dewi Indah Kusuma Sari | Desember 2024