Penulis: Azkia Pramesti Trapsila Siwi
Para mahasiswa Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada kembali menghadapi salah satu tantangan terbesar dalam studi mereka, yaitu Kuliah Lapangan Pemetaan Geologi. mereka memikul tanggung jawab besar untuk mengeksplorasi geologi di Desa Mlale, Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen. Selama lebih dari dua minggu, mereka mengandalkan kemampuan dan kerja sama untuk menjalankan tugas ini. Para mahasiswa tiba di Mlale dengan kendaraan pribadi, membawa perlengkapan lengkap mulai dari palu geologi hingga kompas geologi.
Selama di Mlale, kelompok ini tinggal di rumah seorang warga yang ramah. Tuan rumah, Bu Rini, dengan ramah menyambut mereka dan kerap bercerita tentang kehidupan di desa. Keluarga tuan rumah menyediakan tempat untuk beristirahat dan menawarkan hidangan tradisional sebagai pelengkap makan malam. Kehangatan warga setempat menjadi penghibur setelah seharian lelah di lapangan.
Setiap malam, para mahasiswa berkumpul untuk memproses data yang mereka kumpulkan di siang hari. Dalam suasana sederhana tetapi penuh semangat, mereka berdiskusi, membuat peta, dan menyusun laporan harian. Pemetaan di Mlale bukanlah tugas mudah. Medan yang curam, semak belukar yang rapat, dan panas terik menjadi ujian sehari-hari. Namun, kerja sama yang solid membuat mereka mampu mengatasi semua tantangan.
Setelah dua minggu kerja keras, pemetaan di Mlale pun selesai. Sebelum kembali ke Yogyakarta, mereka berpamitan dengan warga yang telah banyak membantu selama di desa tersebut. Tidak sedikit yang merasa haru, karena mereka sudah merasa menjadi bagian dari Mlale. “Mlale bukan hanya tempat pemetaan, tapi juga tempat belajar kehidupan,” ujar Masya, salah satu mahasiswa. Pengalaman pemetaan mandiri ini menjadi momen penting bagi mahasiswa Teknik Geologi UGM. Di Mlale, mereka bukan hanya belajar tentang batuan dan struktur geologi, tetapi juga menemukan arti kerja sama, kemandirian, dan rasa hormat kepada masyarakat setempat.
Dewi Indah Kusuma Sari | Desember 2024