Penulis: Naufal Hafish Asa Putra
Pemetaan Geologi 2025 merupakan bagian dari pendidikan Prodi Sarjana Teknik Geologi yang melatih para mahasiswa untuk memahami bumi dari sisi materi, proses serta sejarahnya. Pemahaman tersebut diharapkan membantu mahasiswa menjadi Sarjana Teknik Geologi yang dapat mengelola sumber daya yang ada di bumi ataupun melakukan mitigasi potensi bencananya. Pemetaan Geologi 2025 ini dilaksanakan di Zona Rembang sebagai zona fisiografi di Jawa bagian utara yang memanjang dari Jawa Tengah bagian utara hingga ke Jawa Timur bagian utara. Zona ini merupakan bagian dari Cekungan Jawa Utara (North Java Basin), dan secara geologi dikenal sebagai sabuk antiklinorium yang terbentuk dari serangkaian lipatan dan sesar akibat gaya kompresi. Pemetaan menerapkan teknik dasar dan metode pemetaan geologi di daerah yang ditentukan dengan luas area pemetaan 4 km x 5 km pada skala 1 : 25.000 serta dibimbing oleh dosen pembimbing. Hasil data yang didapatkan di lapangan kemudian diolah serta dianalisis di laboratorium yang kemudian akan disajikan hasil akhirnya dalam bentuk poster.
Penulis mendapatkan kavling pemetaan di Desa Bancar sekitarnya, Kecamatan Bancar, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, berada sekitar 180 km dari Kampus Teknik Geologi UGM. Kegiatan pemetaan ini dilaksanakan pada tanggal 2 Juli-23 Juli 2025. Secara umum, wilayah pemetaan merupakan area pertambangan batupasir. Tambang yang berada di wilayah ini kebanyakan merupakan tambang milik warga dengan golongan bahan galian C, namun juga ada milik perusahaan seperti CV Fajar Putih. Secara umum, persebaran litologi daerah pemetaan dijumpai batupasir kuarsa, batupasir karbonatan, batulanau, dan batugamping. Batupasir kuarsa di tempat ini merupakan bagian dari Formasi Ngerayong diendapkan pada masa Miosen awal di lingkungan transisi-laut dangkal dilihat dari struktur sedimen cross-bedding. Batupasir ini berasosiasi dengan batulanau dan sisipan batubara. Adanya lapisan batubara diinterpretasikan lingkungan pengendapan rawa sehingga dapat disimpulkan terjadi peristiwa naik turun muka air laut berulang pada wilayah ini menciptakan suatu sekuen stratigrafi tersebut. Arah pengendapan dapat diketahui dari dip perlapisan, didapatkan pada bagian utara di kavling ini didapatkan dip kearah Utara hingga Barat laut, sedangkan di bagian selatan didapatkan dip kearah Selatan hingga barat daya. Adanya perbedaan arah dip diinterpretasikan adanya antiklin besar yang memotong wilayah kavling. Apabila ditinjau dari sisi geomorfologi, terdapat perbukitan kuesta di sebelah barat laut dan perbukitan antiklin di sebelah tenggara.

Hal yang menarik perhatian penulis merupakan batupasir kuarsa yang berada di wilayah pemetaan. Saat pemetaan, penulis mengunjungi tambang-tambang dan berinteraksi dengan warga maupun pekerja di wilayah pertambangan tersebut. Salah satunya saat mengunjungi CV Fajar Putih. Saat penulis tiba, penulis izin terlebih dahulu oleh mandor dan didampingi untuk melakukan pemetaan didalam lokasi tambang. Dari penjelasan beliau, dapat diketahui bahwa tujuan dilakukannya penambangan di wilayah ini untuk mengolah silika dari batupasir kuarsa. Batupasir kuarsa yang berbutir kasar digunakan sebagai bahan baku pembuatan kaca, sedangkan batupasir kuarsa yang berbutir sangat halus digunakan sebagai campuran dalam pembuatan semen. Sebelum diolah, batuan ini akan dicuci atau leaching terlebih dahulu untuk menghilangkan pengotor besi didalamnya agar didapatkan kandungan SiO₂ (>99%). Kandungan silika dalam kuarsa ini menjadi mineral indusri penting untuk kebutuhan masa depan. Semakin tinggi kandungan silika, akan bernilai atau memiliki nilai jual tinggi pula. Bahan baku ini kemudian direduksi menjadi metallurgical grade silicon dan dimurnikan lebih lanjut hingga mencapai solar grade silicon, yang selanjutnya diolah menjadi wafer silikon untuk pembuatan sel surya. Sel surya ini dirangkai menjadi modul panel surya yang mampu mengubah energi cahaya matahari menjadi listrik ramah lingkungan. Pemanfaatan batupasir kuarsa untuk produksi panel surya tidak hanya berkontribusi pada peningkatan porsi energi terbarukan dalam bauran energi nasional, tetapi juga mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, mendorong inovasi teknologi energi, serta mendukung upaya mitigasi perubahan iklim melalui pengurangan emisi gas rumah kaca. Potensi ini menjadikan daerah Desa Tenggerkulon dan sekitarnya, Kabupaten Tuban memiliki peran strategis dalam mendukung transisi menuju energi bersih sesuai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 7, yaitu Energi Bersih dan Terjangkau. Meskipun begitu, pemerintah perlu untuk memperhatikan dan memantau aktivitas pertambangan di tempat ini. Selain itu, pemerintah juga perlu untuk mensejahterakan masyarakat Desa Tenggerkulon dan sekitarnya.

Sebagai mahasiswa teknik geologi, kegiatan pemetaan memberikan kesan tersendiri, termasuk bagi penulis, mulai dari jatuh dari motor, menerobos hutan, hingga bertemu dengan hewan buas. Semua jalan dan cuaca dilalui demi mendapatkan data yang bagus. Interaksi dengan warga sekitar dan pekerja tambang juga menambah wawasan yang baru bagi penulis hingga pada akhirnya dapat dicurahkan dalam artikel ini. Dengan penuh rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis menyampaikan terima kasih yang mendalam kepada orang tua atas dukungan yang tiada henti, kepada dosen pembimbing Ir. Nugroho Imam Setiawan, S.T., M.T., D.Sc., IPM. yang dengan sabar memberikan bimbingan, kepada rekan-rekan kelompok Barakallah yang senantiasa bekerja sama dengan dedikasi tinggi, serta kepada masyarakat Desa Tenggerkulon yang menerima kami dengan hangat. Semoga pengalaman berharga ini dapat menjadi bekal yang berguna dalam penerapan ilmu geologi secara nyata di masa mendatang.
Humas Departemen | Oktober 2025