Penulis: Istiqomah Nur Priyono
Kegiatan Kuliah Lapangan Geologi adalah kegiatan wajib yang tidak dapat lepas dari mahasiswa Teknik Geologi UGM. Kegiatan ini dilaksanakan pada libur semester 4. Kegiatan Kuliah Lapangan ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu Kuliah Lapangan Geologi yang dilaksanakan di Kampus Lapangan Geologi Bayat dan Pemetaan Geologi Mandiri yang dilaksanakan di Pegunungan Kendeng. Pemetaan Geologi Bayat dilaksanakan selama 10 hari dan Pemetaan Geologi Mandiri dilaksanakan kurang lebih 21 hari.
Gambar 1 Kampus Lapangan Geologi UGM Bayat (Dokumentasi Pribadi)
Pada Hari pertama Kuliah Lapangan Geologi di Bayat diawali dengan kegiatan mapping di Lintasan Jiwo Timur yang memiliki litologi batuan beku di Gunung Pendul, batuan metamorf di Gunung Konang, dan berbagai macam batuan dari vulkanik hingga sedimen di Gunung Temas. Pada hari pertama ini saya dikejutkan dengan track di Gunung Pendul yang cukup sulit bagi saya. Pada hari kedua dilanjutkan dengan Lintasan Jiwo Barat yang berisi litologi batuan metamorf, melewati Gunung Sari dan Gunung Tugu yang ternyata menjadi kavling pemetaan kelompok saya pada hari kelima sampai kedelapan. Hari ketiga dilanjutkan dengan Lintasan Cermo, di Lintasan Cermo saya belajar mengenai cara melakukan measure section yang benar. Selanjutnya, pada hari keempat dilanjutkan dengan Lintasan Jentir. Lintasan Jentir ini unik karena memiliki struktur geologi yang cukup kompleks seperti Pegunungan Kendeng.
Gambar 2 Singkapan Pada Jiwo Timur (Dokumentasi Pribadi)
Gambar 3 Singkapan Pada Lintasan Jentir Bagian Barat (Dokumentasi Pribadi)
Gambar 4 Singkapan Pada Lintasan Jentir Bagian Timur (Dokumentasi Pribadi)
Kuliah Lapangan Geologi di Bayat ini memiliki kesan tersendiri untuk saya dan teman-teman. Mulai dari bangun pagi, ke lapangan, hingga kelas dan mengerjakan tugas laporan pada malam hari. Semua itu dilakukan selama kurang lebih 10 hari di Kampus Lapangan Geologi Bayat dan memberikan kesan yang tidak akan pernah terlupakan. Menurut saya, di Bayat saya belajar mengenai pentingnya menghargai waktu karena jadwal yang sangat padat dari pagi hingga malam hari. Selain kesan yang tidak akan terlupakan, Kuliah Lapangan di Bayat akan menjadi bekal untuk para mahasiswa dalam melaksanakan Pemetaan Geologi Mandiri di Zona Fisiografi Kendeng.
Setelah rangkaian kegiatan Kuliah Lapangan Geologi di Bayat selesai disambung dengan kegiatan Pemetaan Geologi Mandiri di Pegunungan Kendeng. Saya mendapatkan kavling 30 yang berada di Kecamatan Bringin, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Pada daerah pemetaan saya terdapat waduk yang Bernama Waduk Pondok. Hari-hari kegiatan Pemetaan Geologi Mandiri di kavling saya di lewati dengan penuh suka-cita. Perjalanan dari basecamp ke kavling dapat ditempuh sekitar 5 km. Kavling pemetaan 30 dengan luas 4 x 5 km selalu menyajikan banyak cerita disetiap STA (Stasiun Titik Amat ) yang saya temukan.
Gambar 5 Waduk Pondok (Dokumentasi Pribadi)
Pada siang hari yang terik, saya dan porter saya berteduh dan makan snack di bawah pohon pinggir jalan. Tiba-tiba ada bapak polisi hutan yang datang dan bertanya mengenai kepentingan saya berada di tempat tersebut, kemudian saya menjelaskan bahwa saya adalah mahasiswi Teknik Geologi UGM yang sedang melakukan Pemetaan Geologi Mandiri di daerah tersebut. Setelah berbincang-bincang kemudian bapak polisi hutan mengajak saya dan porter saya berfoto untuk dokumentasi. Terdapat cerita menarik lainnya, yaitu ketika saya mendapatkan bantuan untuk menyeberangi Waduk Pondok. Jadi, pada suatu pagi saya pergi ke kavling saya, tepatnya di kavling 30. Pada saat sampai, saya memarkirkan motor saya di pinggir kebun kemudian saya berjalan untuk mencari singkapan. Saya melihat terdapat singkapan bagus di seberang waduk. Setelah melihat adanya singkapan atau singkapan tersebut, saya buru-buru mencari jembatan untuk menyeberang waduk tetapi ternyata tidak ada jembatan yang dekat. Setelah menyusuri tepi waduk untuk mencari jembatan, saya bertemu dengan ibu-ibu yang sedang mencuci dan dengan baiknya ibu tersebut menawarkan bantuan untuk menyeberangkan saya ke seberang waduk menggunakan sampan yang ibu tersebut gunakan.
Selain cerita-cerita menarik tersebut, tujuan utama dari Pemetaan Geologi Mandiri adalah untuk mengetahui karakteristik geologi yang ada pada daerah pemetaan saya. Daerah ini terdiri atas beberapa satuan geomorfologi yaitu satuan perbukitan lipatan, satuan dataran bergelombang kuat terpengaruh sesar, satuan daratan bergelombang lemah terpengaruh sesar. Sedangkan pola penyaluran yang berkembang yaitu salah satunya subdendritik. Pada daerah pemetaan saya tersebut memiliki beragam litologi, dari mulai breksi andesit, batugamping, batupasir karbonatan, dan batulanau karbonatan yang akan dibedakan menjadi lima satuan. Lima satuan tersebut adalah satuan breksi andesit, satuan batugamping, satuan batulanau karbonatan, satuan batulanau karbonatan sisipan batupasir karbonatan, dan satuan batupasir karbonatan. Struktur geologi yang saya temukan, yaitu sesar turun dan beberapa sesar minor berupa sesar geser sinistral dan dekstral. Terdapat antiklin dan sinklin yang saya analisis dari perbedaan arah dip.
Gambar 6 Kaveling 30 (Dokumentasi Pribadi)
Kegiatan Pemetaan Geologi Mandiri ini dapat berkontribusi untuk warga sekitar. Seperti tujuan utama dari Pemetaan Geologi Mandiri yaitu untuk mengetahui litologi dan struktur geologi daerah pemetaan. Pengetahuan mengenai litologi dapat digunakan untuk mengetahui jenis tanaman apa yang cocok untuk ditanam di daerah pemetaan tersebut dan potensi tambang yang dapat dikembangkan. Pengetahuan mengenai struktur geologi dapat digunakan untuk mengetahui potensi bencana seperti gempa bumi dan tanah longsor pada daerah tersebut.
Gambar 7 Kenampakan satuan batugamping pada singkapan bekas tambang
Gambar 8 Singkapan dengan perlapisan tegak (Dokumentasi Pribadi)
Dewi Indah Kusuma Sari | Desember 2024
Poin SDG: SDG 4, SDG 11