Tim peneliti UGM yang diketuai oleh Prof. Ferian Anggara berhasil memanfaatkan batu bara kalori rendah menjadi pembenah tanah atau soil stabilizer bernama Gamahumat. Batu bara kalori rendah merupakan batubara yang tidak dapat digunakan sebagai feed coal di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Untuk meningkatkan nilai guna batubara tersebut dilakukan ekstraksi sehingga dihasilkan senyawa humat, yaitu asam humat dan asam fulvat, yang digunakan sebagai pendamping pupuk. Hasil penelitian oleh tim UGRG (Unconventional Geo Resources Research Group) ini telah diujicobakan pada kawasan persawahan Bimomartani. Penggunaan prosentase 15% Gamahumat memiliki andil 80% dari penggunaan full NPK dan urea sehingga penggunaannya dapat dikurangi menjadi 15-20% dari takaran normal.
Dalam penelitian Gamahumat dilakukan kerja sama dengan PT. Bukit Asam dalam menjamin ketersediaan bahan baku sejak tahun 2018. Dengan pendanaan berskema matching fund Kedaireka dilakukan analisis laboratorium untuk mendapatkan proses ekstraksi paling optimal dan prototipenya pada tahun 2023. “Saat ini, alat tersebut mampu memproduksi 20 liter senyawa humat basah per hari dari 5 kilogram batubara umpan,” ujarnya.
Dalam rencana keberlanjutan penelitian ini, Prof. Ferian berencana membawa Gamahumat ke level pilot project dengan melakukan fabrikasi alat di Jogja pada tahun ini. Hal ini untuk mempersiapkan pengoperasian berskala komersial di lokasi Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT Bukit Asam, Peranap, Riau yaitu 60 ton senyawa humat per tahun. Lembaga Pengelola Dana Pendidikan Tinggi (LPDP) turut mendukung penelitian ini dengan memberikan pendanaan hingga tahun 2026 mendatang. Pendanaan ini juga dialokasikan dalam pengembangan inovasi yang dapat berkolaborasi dengan Gamahumat yaitu produk nanosilika yang dibutuhkan tanaman pada lahan yang kekurangan unsur hara. Selain produk tersebut, adapula produk hidrogel yang digunakan sebagai media tanam yang digunakan dengan kombinasi air, asam humat, dan nanosilika. Hidrogel ini ditempatkan pada lahan yang sulit air seperti lahan reklamasi tambang atau tadah hujan sehingga awal masa tanam tidak perlu rutin disiram. “Saat akar tanaman sudah kuat, tanaman dapat mencari air secara mandiri. Ketiga produk itu dihasilkan sebagai salah satu luaran penelitian yang didanai LPDP dengan topik circular economy,” ujarnya.
Prof. Ferian berharap produk-produk inovasi yang diciptakan oleh peneliti dibawah UGRG (Unconventional Geo Resources Research Group) Fakultas Teknik UGM dapat mendukung terciptanya swasembada pangan yang sejalan dengan misi pemerintah dalam pengentasan kelaparan dengan peningkatan hasil pertanian. Inovasi yang dihasilkan diharapkan dapat memenuhi tujuan kehidupan berkelanjutan seperti konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab dengan mengoptimalkan sumber daya batubara yang terbuang. Selain itu dengan pengembangan teknologi Gamahumat dan nanosilika dapat menekankan pentingnya inovasi dan infrastruktur berkelanjutan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan pembangunan industri yang inklusif. (Dewi Indah Kusuma Sari/UGMAI)
Humas Departemen │ November 2024
Sumber berita terkait: