Perjalanan Seorang Mahasiswi Geologi dalam Menelusuri Wilayah Pemetaan di Desa Lengkong Lor, Ngluyu, dan Bajang

Penulis: Lulu Salsabilla

Bulan Juli merupakan bulan penuh perjuangan karena pada bulan tersebut lahirlah sosok yang memiliki semangat juang tinggi dan pantang menyerah. Pada bulan tersebut, terdapat rangkaian kegiatan yang wajib untuk diikuti para mahasiswa Program Studi S-1 Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada yang bernama Pemetaan Geologi 2024. Pemetaan Geologi 2024 ini memiliki beberapa rangkaian acara yang dibagi menjadi dua, yaitu pemetaan geologi secara berkelompok yang berlokasi di Bayat, Klaten serta pemetaan geologi secara mandiri di wilayah yang sudah ditentukan. Wilayah tersebut memiliki luas 4 x 5 km2 yang biasa disebut kavling.

Kavling yang saya dapatkan berlokasi di Desa Lengkong Lor, Ngluyu dan sekitarnya, Kecamatan Ngluyu, Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa Timur yang berada di Zona Fisiografi Kendeng Bagian Timur. Ada banyak hal yang membuat saya takjub pada saat pertama kali datang ke lokasi pemetaan, karena sebagian besar wilayah dari Kecamatan Ngluyu merupakan perkebunan, hutan, ladang, dan sedikit pemukiman. Selain itu, sebagian besar mata pencaharian di desa ini adalah bertani. Kecamatan Ngluyu juga termasuk daerah dengan pemasok bawang merah yang tinggi.

Hari pertama saya melakukan pemetaan banyak kesulitan yang saya alami salah satunya adalah dengan jalan yang sulit diakses serta licin dan sedikit curam. Namun, walaupun begitu pemetaan yang saya lakukan berjalan sangat baik. Tidak banyak hal yang terdapat di wilayah pemetaan karena memiliki akses yang lumayan jauh dari kota. Pada daerah pemetaan tersusun dari litologi berupa batunapal yang mana jalannya pun merupakan batunapal. Hal itulah yang membuat akses jalan pada wilayah pemetaan sulit dilewati.

Wilayah pemetaan memiliki litologi yang dominan sama yaitu batunapal. Dikarenakan sebagian besar wilayah pemetaan saya berupa sungai, maka saya harus mencari titik sungai tersebut dan menyusurinya selama hampir 2 minggu. Sungai pada daerah pemetaan merupakan jenis sungai intermitten yaitu jenis sungai yang sesuai dengan musimnya yang pada waktu pemetaan berlangsung sungai tersebut kering. Masih terdapat banyak hewan di sungai yang dikelilingi perhutanan tersebut. Saat pemetaan saya masih menjumpai ular, burung dengan warna biru terang yang indah, kalajengking, hingga babi. Tidak heran masih banyak warga yang masuk hutan membawa senapan angin dan anjing penjaga karena masih banyaknya hewan yang terdapat di daerah pemetaan.

Menurut Lulu, selaku mahasiswi penulis artikel ini, dia sangat senang dapat melakukan pemetaan di Desa Ngluyu karena memiliki warga yang ramah dan kepala desa yang sangat baik dan membantu dalam pemetaan geologi tersebut. Pemetaan ini sangatlah berkesan bagi para peserta terutama saya sendiri karena dengan ini saya mendapatkan banyak ilmu, relasi, serta lebih tau caranya menghargai waktu. Dengan pemetaan ini juga, saya dapat mengenali budaya daerah lain. Terima kasih saya ucapkan untuk Desa Ngluyu karena telah menjadi saksi perjuangan seorang mahasiswi geologi untuk menyelesaikan pemetaannya.

Dewi Indah Kusuma Sari | Desember 2024