Potensi dan Bencana Geologi berdasarkan Data Pemetaan Geologi Program Studi Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada di Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang

Penulis: Mutiara Nur Hikmah

Pelaksanaan Kuliah Lapangan (KL) oleh mahasiswa program studi S1 Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada di tahun ke-2 dilaksanakan dengan dua rangkaian acara, yaitu Kuliah Lapangan Bayat dan Kuliah Lapangan Mandiri. Pelaksanaan Kuliah Lapangan Bayat ini dilakukan secara berkelompok yang terdiri dari 4 hingga 5 anggota selama 10 hari, yang dilaksanakan pada Kampus Lapangan Geologi Universitas Gadjah Mada, Beluk, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan, Kuliah Lapangan Mandiri dilaksanakan selama 21 hari pada Zona Kendeng yang membentang dari Semarang hingga Lamongan. Kegiatan ini merupakan bagian dari mata kuliah wajib dari program studi Teknik Geologi. Dalam melaksanakan kegiatan ini tidak hanya dengan tujuan pengamatan lapangan yang berkaitan dengan geologi, melainkan ada rasa keterikatan antara satu individu dengan individu lainnya, serta kemampuan dalam bersosialisasi dengan masyarakat juga diuji pada kegiatan ini.

Pelaksanaan kuliah lapangan mandiri ini dilakukan pada area dengan ukuran 4 km x 5 km pada daerah masing – masing yang telah dilakukan undian nomor area untuk masing – masing individu. Salah satu peserta bernama Tiara ini mendapatkan nomor area 48 yang terletak di Desa Plumutan, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi ini dapat ditempuh dengan jarak 26 km dan membutuhkan waktu 1 jam dari jalan raya Boyolali – Semarang. Pelaksanaan kuliah lapangan mandiri ini melalui beberapa rangkaian sebelum terjun langsung ke lapangan, proses ini dimulai dari pelaksanaan mata kuliah Metode Geologi Lapangan yang merupakan tahap awal sebelum dilakukannya kegiatan pemetaan geologi atau biasa disebut pra – pemetaan. Pra – pemetaan ini meliputi studi pustaka penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, mempelajari geologi regional daerah pemetaan, pembuatan peta geomorfologi tentatif, peta pola penyaluran tentatif, dan peta geologi tentatif dengan bantuan data citra satelit, Digital Elevation Model, dan fitur Google Maps, kegiatan ini bersifat interpretatif dan sementara. Setelah kegiatan pra – lapangan ini telah dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan lapangan di lokasi yang telah ditentukan.

Kondisi Desa Plumutan (Dokumentasi Pribadi)

Kegiatan hari pertama yang dilakukan yaitu dengan mengunjungi kantor Kecamatan setempat dan berkoordinasi dengan Bapak Dukuh daerah setempat untuk menyerahkan surat izin berupa surat jalan Pemetaan Geologi di daerah tersebut. Pemetaan lapangan dilakukan pada hari ketiga, pengamatan yang dilakukan oleh Tiara ini mencakup penentuan stasiun titik amat, penentuan aspek geomorfologi setempat, litologi, dan struktur geologi yang berkembang pada daerah tersebut. Semua informasi dan hasil pengukuran data dituliskan pada Buku Catatan Lapangan (BCL) dan lokasi di plot pada lembar peta topografi. Setelah melakukan seminggu kegiatan pemetaan, litologi yang dijumpai berupa batulempung sisipan sandy micrite yang didominasi oleh kehadiran batulempung. Batuan ini dapat dikenali di lapangan yang memiliki ciri berupa warna cenderung abu – abu gelap hingga hitam dengan ukuran butir sangat halus, dan jika batuan tersebut diberi air maka akan membentuk seperti tanah liat atau material yang bersifat plastis. Batulempung ini sangat memengaruhi kondisi di lingkungan sekitar. Terdapat banyak konstruksi jalan lokal yang rusak dan membentuk lubang. Hal ini dapat disebabkan akibat dari pengaruh batulempung yang memiliki sifat swelling, yang berarti jika terkena air batuan tersebut akan mengembang dan jika tidak terdapat air atau saat musim kemarau batuan tersebut akan mengempis atau menyusut, sehingga menyebabkan konstruksi jalan rusak dan berlubang.

    

Kondisi jalan lokal area pemetaan (Dokumentasi Pribadi dan Google Street View)

Setelah melakukan pemetaan geologi selama 12 hari pada bagian selatan area pemetaan, kemudian dilakukan pemetaan geologi pada bagian tengah area pemetaan, pada area ini litologi yang didapatkan berupa konglomerat andesit dengan fragmen berupa batuan beku dan breksi andesit dengan fragmen berupa batuan beku. Potensi positif pada daerah sekitar, digunakan sebagai material konstruksi bangunan, seperti untuk material pembangunan pagar rumah dari beton, pembangunan dinding selokan, serta pembangunan jalan setapak.

Material konstruksi sebagai pembangunan dinding selokan (Dokumentasi Pribadi)

Setelah melakukan pemetaan geologi selama 15 hari, dilanjutkan pada bagian utara area pemetaan, pada saat dijalan menuju area hutan, Tiara bersama dengan Sean bertemu warga setempat yang sedang membawa hasil panennya, kemudian dengan ramah menyapa dan seperti memberi peringatan “Nak, kalian berdua cewek – cewek mau kemana di tengah hutan gini, jangan sampai hutan sana ya, nanti tidak bisa pulang” ujar warga dengan wajah yang terlihat letih. Kemudian, mendengar kata tersebut Tiara dan Sean bergegas untuk berbalik arah dan ditengah perjalanan bertemu kembali dengan warga setempat “Nak, lagi ngapain? Masih ada minum tidak?” teriak warga tersebut dari jarak yang berjauhan. Tiara dan Sean menghampiri warga tersebut dan menerima tawaran untuk mengunjungi rumah warga tersebut, Pak Slamet panggilannya. Pada hari ke–16, Tiara melakukan pemetaan dan ditemani oleh Pak Slamet Kemudian, pada suatu lokasi terdapat tiang penanda jalan yang menunjukkan nama desa tersebut dan tertera “Watu Lemper” dengan spontan Pak Slamet menceritakan sejarah penamaan desa tersebut. Nama tersebut diambil dari keberadaan batuan di desa tersebut yang berbentuk pipih, lebar, dan berlapis, batuan tersebut tersebar luas pada desa tersebut. Batuan yang dimaksud berupa batugamping yang keras dan kompak.

         

Batugamping kompak dan padat (Dokumentasi Pribadi)

Selain itu, pengamatan struktur geologi yang berkembang di area pemetaan ini dilakukan identifikasi berupa patahan, lipatan, dan retakan (kekar). Terdapat suatu lokasi yang mengalami longsor akibat adanya sesar yang mengontrol dari tersebut, sehingga lokasi tersebut menjadi tidak stabil. Longsor ini berskala besar dengan meruntuhkan material batuan dan tanah hingga menjadi pemutus jalan lokal. Saat Tiara mengunjungi lokasi tersebut, terdapat warga yang memperjelas kejadian tersebut “Mbak, itu jalannya sudah putus karena longsor yang besar, sudah beberapa tahun yang lalu tidak ada perbaikan”. Kemudian, saat Tiara mendekati lokasi tersebut benar saja terdapat sesar yang mengontrol berupa sesar turun.

Longsor akibat struktur geologi berupa sesar (Dokumentasi Pribadi)

Pemetaan geologi ini akan mencetak memori dan pengalaman bagi setiap peserta, bagaimana warga dapat menyambut mereka dengan antusias dan mendapatkan dukungan dari pihak setempat yang berwenang, bagaimana rasa peduli terhadap kejadian alam itu terbentuk, serta bagaimana rasa bekerja keras untuk memperoleh data yang lengkap. Pada hari terakhir, Tiara dan teman sekelompoknya berpamitan dengan warga dan pihak yang membantu penuh dalam kegiatan ini. Kemudian, tercetaklah foto bersama yang menjadi tanda kenangan dan menyimpan banyak cerita.

Dewi Indah Kusuma Sari | Desember 2024