Sumber Panas Radiogenik : Apakah Berpotensi untuk Energi Geothermal?

Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan geologi yang luar biasa, termasuk potensi besar untuk energi geotermal. Sebagian besar sistem geotermal di Indonesia terkait dengan aktivitas vulkanik yang merupakan bagian dari Cincin Api Pasifik. Namun, Pulau Bangka menghadirkan anomali menarik, yaitu sistem geotermal non-vulkanik yang dikendalikan oleh panas radiogenik dari peluruhan radioaktif dalam batuan granit. Manifestasi ini memberikan peluang baru untuk memahami sistem geotermal non-vulkanik. Sistem geotermal radiogenik didasarkan pada proses peluruhan elemen radioaktif seperti uranium (U), thorium (Th), dan kalium (K) yang menghasilkan panas di kerak bumi. Granit, yang kaya akan elemen-elemen ini, menjadi fokus utama dalam penelitian ini. Selain itu, letak Pulau Bangka yang strategis di zona tektonik aktif menjadikannya tempat yang ideal untuk mempelajari hubungan antara struktur geologi dan manifestasi geotermal. Salah satu studi yang membahas mengenai sumber panas radiogenik di Pulau Bangka yaitu Siregar dkk. (2024), studi ini membahas investigasi sumber panas radiogenik di Pulau Bangka dengan fokus pada geokimia dan petrografi granit dari era Trias.

Menghitung produksi panas berdasarkan data geokimia

Pulau Bangka merupakan bagian dari blok Sundaland yang terbentuk akibat subduksi dan kolisi antara blok Sibumasu dan Malaya Timur. Granit di Pulau Bangka memiliki karakteristik unik dibandingkan granit di Semenanjung Malaysia, yang mencerminkan perbedaan asal usul magmatik. Granit di Pulau Bangka mengandung elemen radioaktif yang lebih tinggi, menunjukkan potensi panas radiogenik yang lebih besar. Studi ini dilakukan dengan menganalisis 19 sampel granit untuk dilakukan uji XRF untuk menentukan komposisi elemen mayor dan trace seperti uranium (U), thorium (Th), dan kalium (K). Analisis petrografi dilakukan untuk mengidentifikasi mineral utama dan sekunder yang menjadi host elemen radioaktif. Panas yang dihasilkan dihitung menggunakan model densitas granit berbasis indeks geokimia. Konsentrasi U dan Th di granit Pulau Bangka menunjukkan nilai yang jauh lebih tinggi dibandingkan daerah lain. Panas radiogenik yang dihasilkan berkisar antara 28,5 hingga 183,76 mW/m³. Sampel dari mata air panas Terak memiliki produksi panas tertinggi, mencapai 183,76 mW/m³, dengan konsentrasi U dan Th masing-masing sebesar 282 ppm dan 813 ppm.

Potensi panas radiogenik sebagai sumber energi mendukung SDG

Sistem geotermal radiogenik di Pulau Bangka dapat dijadikan area eksplorasi geotermal non-vulkanik. Potensi panas yang tinggi di daerah ini terutama dikontrol oleh peluruhan elemen radioaktif dalam granit. Penelitian ini menunjukkan bahwa granit dengan produksi panas radiogenik tinggi dapat menjadi sumber energi geotermal yang signifikan, meskipun tidak terkait dengan aktivitas vulkanik. Penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk mendukung tercapainya SDG nomor 7 yaitu energi bersih dan terjangkau. Penelitian ini memberi peluang untuk pengembangan energi geotermal non-vulkanik di Indonesia. Pendekatan berbasis geokimia dan petrografi seperti yang digunakan dalam studi ini dapat diterapkan untuk eksplorasi di daerah lain yang memiliki karakteristik geologi yang sama.

Daftar Pustaka

Siregar, R. N., Nukman, M., Widana, K. S., Harijoko, A., & Sismanto, S. (2024). Radiogenic geothermal systems of Bangka Island, Indonesia: Implications of high heat production and tectonic framework. Energy Geoscience, 5(4). https://doi.org/10.1016/j.engeos.2024.100306

Artikel selengkapnya dapat diakses di https://www.scopus.com/record/display.url?eid=2-s2.0-85190428740&origin=resultslist

 

Anggita Yashahila Rahimah | Januari 2025