Arsip:

SDG 11: Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan

Awal Bencana Geologi di Kawasan Cagar Budaya Majapahit Trowulan

Kerajaan Majapahit, yang mencapai puncak kejayaan pada abad ke-14, dianggap sebagai salah satu kerajaan terbesar di Indonesia. Trowulan, yang berlokasi di Mojokerto, Jawa Timur, diyakini sebagai ibu kota Majapahit dan telah ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya. Banyak situs arkeologi di Trowulan ditemukan dalam kondisi rusak dan terkubur, menimbulkan hipotesis bahwa kawasan ini pernah dilanda bencana geologi besar. Bukti-bukti berupa catatan kuno seperti Kitab Pararaton, Serat Kanda, dan Babad Tanah Jawi menunjukkan adanya peristiwa seperti “Guntur Pawatugunung,” “Banyu Pindah,” dan “Pagunung Anyar” yang dapat diinterpretasikan sebagai bencana geologi. Penelitian mengenai identifikasi bencana geologi berdasarkan catatan kuno dilakukan oleh Putra dkk. (2024) bertujuan untuk mengidentifikasi jenis dan asal bencana geologi yang berkontribusi pada terkuburnya kawasan Trowulan dengan menggunakan studi literatur dan analisis GIS (Sistem Informasi Geografis). Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai kronologi dan mekanisme bencana di kawasan ini. read more

Identifikasi Fenomena Geothermal di Kawah Sikidang

Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi energi geotermal terbesar di dunia, berkat posisinya di jalur Cincin Api Pasifik. Di antara berbagai kawasan geotermal di Indonesia, Kompleks Vulkanik Dieng menonjol sebagai salah satu wilayah dengan aktivitas vulkanik dan geotermal aktif. Kawah Sikidang, yang terletak di Kompleks Vulkanik Dieng, tidak hanya merupakan destinasi wisata terkenal tetapi juga pusat aktivitas geotermal yang signifikan. Manifestasi geotermal seperti kolam lumpur, solfatara, fumarol, dan batuan teralterasi mendominasi lanskap kawah ini. Namun, aktivitas vulkanik yang berkelanjutan juga menimbulkan risiko geologi seperti gas beracun, semburan lumpur, dan letusan freatik. Pemahaman yang mendalam tentang kondisi bawah permukaan Kawah Sikidang sangat penting untuk mitigasi bencana dan pengelolaan kawasan. Penelitian ini dilakukan oleh Nurapita dkk. (2024) yang bertujuan untuk menganalisis fenomena geotermal di bawah permukaan Kawah Sikidang menggunakan metode Ground Penetrating Radar (GPR), guna memberikan informasi yang relevan untuk pengelolaan dan mitigasi risiko bencana di kawasan ini. read more

Analisis dan Evaluasi Zona Rawan Gempa Sebagai Dasar Pengembangan Wilayah

Indonesia terletak di wilayah cincin api Pasifik, yang menjadikannya rentan terhadap berbagai bencana geologi, termasuk gempa bumi. Salah satu wilayah yang sering terkena dampak gempa adalah Kabupaten Bantul di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Wilayah ini terletak di dekat pertemuan lempeng Eurasia dan Indo-Australia serta dilalui oleh Sesar Opak, yang aktif dan berpotensi menyebabkan gempa besar. Gempa bumi besar pada 27 Mei 2006, dengan magnitudo 6,4, menyebabkan kerusakan luas di Bantul, termasuk ribuan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur yang signifikan. Oleh karena itu Nurhaci dkk. (2024) melakukan penelitian untuk menganalisis zona rawan gempa di Kabupaten Bantul berdasarkan model spasial dan mengevaluasi kesesuaiannya dengan Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) untuk mendukung perencanaan wilayah yang lebih aman. Penelitian ini menggunakan data primer dari pengamatan mikrotermor untuk menghitung kecepatan gelombang geser rata-rata hingga kedalaman 30 meter (Vs.30) serta percepatan puncak tanah (PGA). Analisis dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pedoman Perencanaan Penataan Ruang di Kawasan Rawan Gempa dan Letusan Gunung Berapi. Data lain yang digunakan meliputi peta geologi, topografi, dan struktur geologi. read more

Identifikasi Bencana Geologi di Situs Majapahit

Kawasan Trowulan yang terletak sekitar 10 km di barat daya Kota Mojokerto, Jawa Timur, dipercaya sebagai pusat Kerajaan Majapahit pada abad ke-13 hingga 15 Masehi. Banyaknya temuan artefak dan struktur bangunan yang berada dalam kondisi rusak dan terkubur, memunculkan dugaan bahwa bencana geologi memiliki peran dalam kemunduran dan penguburan kota ini. Oleh karena itu, Putra dkk. (2024) melakukan penelitian untuk mengidentifikasi jenis bencana geologi yang terjadi di masa lalu di kawasan Trowulan berdasarkan data stratigrafi dan granulometri dari lapisan pengubur di beberapa situs utama, seperti Kumitir, Kedaton, dan Minakjinggo. Studi ini juga mencoba menentukan periode terjadinya bencana melalui korelasi antara data geologi dan catatan tertulis masa Majapahit. read more

Mitigasi Bencana Merapi: Kolaborasi Teknik Geologi UGM dan Badan Geologi untuk Rekomendasi Area Relokasi

Departemen Teknik Geologi, melalui Lembaga Kerjasama Fakultas Teknik (LKFT UGM), mendapatkan kepercayaan untuk dapat bekerja sama dengan Badan Geologi dalam program mitigasi di Kawasan Gunungapi Merapi. Prof. Dr. Ir. Agung Harijoko, S.T., M.Eng., IPM., dosen profesor di bidang vulkanologi, menjadi team leader dalam kerja sama ini. Beliau juga dibantu oleh beberapa dosen beserta 2 mahasiswa dalam pelaksanaan kegiatan tersebut sebagai vulcanologist, remote sensing geologist, dan junior geologist.

Kegiatan kerjasama ini dilakukan dalam rangka pembuatan rekomendasi area relokasi bagi masyarakat yang bermukim di area rawan bencana Gunungapi Merapi. Gunung Merapi, yang dikenal dengan salah satu gunungapi yang sangat aktif di Indonesia, menjadi salah satu kawasan gunungapi yang menjadi fokus utama bagi Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan (PATGTL) untuk penyusunan evaluasi geologi lingkungan untuk pengembangan wilayah di lokasi kawasan rawan bencana gunungapi sangat aktif. Letusan Merapi terakhir terjadi pada Oktober 2010 dengan letusan mencapai VEI 4, menjadi letusan erupsi terbesar dalam 80 tahun terakhir. Erupsi ini menimbulkan banyak korban dan kerusakan infrastruktur yang sangat parah. Hal ini menjadi latar belakang dan urgensi dalam pelaksanaan upaya mitigasi bencana letusan Gunungapi Merapi serta penyusunan pedoman teknis evaluasi geologi lingkungan di kawasan rawan bencana Gunungapi Merapi. read more

Potensi Likuefaksi dan Implikasinya : Pembangunan Jalan Tol Sleman, Yogyakarta

Indonesia terletak di wilayah yang sangat rentan terhadap aktivitas seismik karena posisinya di pertemuan empat lempeng tektonik utama: Eurasia, Indo-Australia, Pasifik, dan Laut Filipina. Aktivitas seismik ini menghasilkan gempa bumi yang sering terjadi, termasuk gempa yang mematikan seperti Gempa Bantul pada tahun 2006 yang menyebabkan ribuan korban jiwa serta kerusakan infrastruktur signifikan di Yogyakarta dan sekitarnya. Salah satu fenomena yang menyertai gempa bumi adalah likuefaksi, yaitu kondisi di mana tanah jenuh kehilangan kekuatannya akibat getaran seismik, yang dapat menyebabkan kerusakan serius pada infrastruktur. Kabupaten Sleman, yang terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta, merupakan salah satu wilayah rawan gempa karena kedekatannya dengan Sesar Opak, sesar aktif yang bergerak sekitar 5 mm per tahun. Pembangunan infrastruktur, khususnya jalan tol, menghadapi tantangan besar dalam memastikan keamanan konstruksi terhadap potensi likuefaksi. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi mendalam mengenai potensi likuefaksi dan dampaknya terhadap infrastruktur di wilayah ini. read more

Mengurai Penyebab Banjir: Pendekatan Multiparameter untuk Mitigasi Risiko

Banjir adalah salah satu bencana alam yang sering terjadi di berbagai wilayah di Indonesia, termasuk di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Dampaknya yang besar, baik secara ekonomi maupun sosial, menjadikan banjir sebagai isu kritis yang memerlukan perhatian serius. Setiap tahun, banjir melanda Luwu Utara, menyebabkan kerusakan pada infrastruktur, lahan pertanian, dan pemukiman, serta mengancam keselamatan jiwa masyarakat setempat. Wilayah Luwu Utara mencakup tiga daerah aliran sungai (DAS) utama, yaitu Rongkong, Balease, dan Amas Sang An. Dengan karakteristik geografis dan hidrologis yang beragam, penyebab banjir di wilayah ini bersifat kompleks dan multidimensional. Faktor-faktor seperti intensitas curah hujan, penggunaan lahan, kemiringan lereng, jenis tanah, dan kerapatan drainase saling berinteraksi menjadi penyebab banjir. Penelitian mengenai banjir di Luwu Utara dilakukan oleh Hendrayana dkk. (2024) dengan tujuan untuk mengidentifikasi parameter-parameter utama penyebab banjir di Luwu Utara dengan menggunakan pendekatan multiparameter. read more

Mencegah Kegagalan Konstruksi : Mengetahui Potensi Likuefaksi

Pembangunan infrastruktur jalan tol di Indonesia, seperti Jalan Tol Trans-Jawa, merupakan salah satu proyek strategis nasional yang bertujuan memperkuat konektivitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Jalan tol ini menghubungkan berbagai kota besar di Pulau Jawa, termasuk Semarang dan Yogyakarta, yang memiliki peran penting dalam sektor pariwisata dan perdagangan. Namun, konstruksi jalan tol di wilayah ini menghadapi tantangan geoteknik yang signifikan, terutama terkait potensi likuefaksi akibat aktivitas seismik. Kecamatan Seyegan, yang terletak di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, menjadi salah satu wilayah yang rawan likuefaksi. Wilayah ini dipengaruhi oleh keberadaan Sesar Opak, yang tercatat menyebabkan gempa bumi besar pada tahun 2006 dengan magnitudo 6,3 Mw. Kejadian ini mengakibatkan kerusakan infrastruktur dan fenomena likuefaksi di beberapa lokasi. Likuefaksi terjadi ketika tanah berbutir halus dan jenuh kehilangan kekuatan akibat gempa bumi, yang dapat mengakibatkan deformasi tanah, penurunan vertikal, serta kerusakan pada struktur di atasnya. Untuk mencegah hal tersebut maka dilakukan penelitian mengenai potensi likuefaksi untuk mencegal kegagalan konstruksi yang dilakukan oleh Setiadi dkk. (2024). read more

Optimalisasi Laju Infiltrasi Tanah di Kecamatan Gunungpati, Semarang

Kecamatan Gunungpati, yang terletak di bagian selatan Kota Semarang, merupakan kawasan strategis yang berperan sebagai daerah penyangga untuk menjaga keseimbangan ekosistem perkotaan. Namun, pesatnya urbanisasi di Semarang telah memengaruhi kondisi lingkungan di Gunungpati. Kebijakan ekspansi kota ke wilayah selatan menyebabkan berkurangnya ruang terbuka hijau, meningkatnya zona kedap air, dan menurunnya area resapan air. Dampaknya adalah meningkatnya risiko banjir, dengan tiga kejadian banjir tercatat di Gunungpati antara tahun 2018 hingga 2022. Proses infiltrasi tanah, yang mencerminkan kemampuan tanah untuk menyerap air, menjadi faktor kunci dalam mitigasi banjir. Laju infiltrasi tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti penggunaan lahan dan kemiringan tanah. Perubahan pola penggunaan lahan, termasuk meningkatnya area permukiman dan aktivitas pertanian, serta variasi topografi, dapat mengurangi efektivitas infiltrasi. read more

Analisis Kerentanan Air Tanah Dengan Metode DRASTIC

Air tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting untuk menunjang kebutuhan air bersih masyarakat. Di wilayah Kecamatan Limboto Barat dan Limboto, Kabupaten Gorontalo, Indonesia, air tanah dangkal menjadi sumber utama untuk memenuhi kebutuhan domestik dan pertanian. Namun, aktivitas manusia seperti peningkatan penggunaan pupuk di sektor pertanian, pertumbuhan populasi, dan pengembangan wilayah pemukiman telah meningkatkan ancaman pencemaran air tanah. Dalam kondisi ini, pencemaran air tanah dapat terjadi akibat infiltrasi polutan seperti nitrat yang berasal dari limbah domestik dan penggunaan pupuk berlebihan. Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi tingkat kerentanan air tanah terhadap pencemaran sebagai langkah awal dalam upaya mitigasi risiko dan perencanaan pengelolaan sumber daya air tanah. Konsep kerentanan air tanah menjelaskan sejauh mana kondisi bawah permukaan tanah mampu melindungi akuifer dari pencemaran. Identifikasi kerentanan air tanah juga memberikan informasi penting untuk penentuan lokasi pembangunan kawasan industri, tempat pembuangan akhir, serta sebagai dasar pemantauan kualitas air tanah. read more