Penulis: Fadhil Muhammad Akbar
Pemetaan geologi bukan hanya sekadar kegiatan akademik, tetapi juga langkah esensial dalam memahami dan mengelola sumber daya alam. Pemetaan Geologi ini dilakukan oleh mahasiswa Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada yang dilakukan dua kali, yang mana pemetaan pertama dilakukan di Bayat, Klaten yang dilaksanakan selama kurang lebih 10 hari yang berisi dengan kegiatan pemetaan, pemberian materi, serta terdapat ujian untuk meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi batuan serta mengukur struktur. Pemetaan mandiri ini dilakukan pada Zona Kendeng, Jawa Timur. Lokasi penelitian pelaksanaan pemetaan geologi pada Kecamatan Ngluyu, Kabupaten Nganjuk. Studi ini melibatkan analisis geomorfologi, stratigrafi, dan struktur geologi untuk memetakan fitur-fitur geologi unik di kawasan ini. Aktivitas ini tak hanya mendukung eksplorasi geologi, tetapi juga membuka potensi geowisata.
Gambar 1 Kenampakan punggungan homoklin Ngluyu dari atas bukit
Zona Kendeng memiliki ciri khas geomorfologi yang beragam, termasuk Punggungan Homoklin Ngluyu dan Dataran Denudasional Patahan Tempuran. Satuan Punggungan Homoklin, dengan relief yang cukup tinggi, menunjukkan pola aliran sungai trellis dan dendritik, yang mengindikasikan pengaruh struktur geologi seperti sesar naik. Sementara itu, Dataran Denudasional Patahan Tempuran mencerminkan erosi yang intens, dengan struktur dataran yang rendah dan datar. Di kawasan ini, ditemukan lima satuan batuan utama, mulai dari napal dengan sisipan tuff, grainstone, hingga breksi andesit. Umur batuan yang berkisar dari Pliosen hingga Pleistosen memberikan wawasan tentang sejarah geologi kawasan ini, termasuk aktivitas vulkanik yang menyuplai material seperti tuf dan breksi.
Metode yang digunakan mencakup interpretasi awal data DEM untuk memahami morfologi kawasan, dilanjutkan dengan survei lapangan. Pengamatan detail meliputi pengukuran struktur geologi seperti sesar dan kekar, serta pengambilan sampel untuk analisis petrografi dan paleontologi. Pendekatan ini memastikan data geologi yang akurat dan informatif, yang kemudian digunakan untuk membuat peta geologi dan stratigrafi area pemetaan. Studi geologi ini dapat berkontribusi terhadap pengembangan geowisata di Ngluyu. Struktur geologi unik seperti Sesar Naik Ngluyu dan Punggungan Homoklin dapat dijadikan daya tarik wisata edukatif. Selain itu, litologi beragam dengan fosil-fosil foraminifera kecil memberikan peluang untuk pengembangan museum geologi lokal, yang tidak hanya mendukung pariwisata tetapi juga edukasi masyarakat.
Gambar 2 Kenampakan punggungan homoklin Ngluyu dari tepi jalan
Kawasan ini menghadapi tantangan berupa aksesibilitas medan yang sulit dan keterbatasan data historis. Namun, pemetaan detail yang dilakukan telah memberikan data dasar yang dapat digunakan untuk penelitian lanjutan. Dampak lingkungan dari aktivitas pengelolaan sumber daya juga menjadi perhatian utama, sehingga hasil studi ini dapat menjadi acuan untuk mitigasi risiko. Melalui pemetaan geologi yang mendetail, kawasan Ngluyu tidak hanya teridentifikasi sebagai wilayah dengan fitur geologi yang unik, tetapi juga sebagai potensi geowisata yang menarik dengan terdapatnya Watu Gandul.
Gambar 3 Objek wisata Watu Gandul
Watu Gandul adalah batuan besar yang tampak “menggantung,” menjadi daya tarik visual sekaligus objek studi geologi. Terletak di Zona Kendeng, wilayah ini memiliki karakteristik geologi berupa Punggungan Homoklin dan struktur patahan aktif. Sebagai bagian dari kawasan dengan sejarah tektonik yang kompleks, Watu Gandul menjadi representasi proses geomorfologi yang intens, seperti pelapukan, erosi selektif, dan pergerakan tektonik. Selain aspek ilmiah, Watu Gandul memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai destinasi geowisata, yang dapat memperkaya pengetahuan masyarakat sekaligus meningkatkan ekonomi lokal.
Watu Gandul sendiri merupakan hasil proses erosi selektif. Batuan penyusun Watu Gandul adalah andesit breksian yang memiliki ketahanan terhadap erosi lebih tinggi dibandingkan batuan sekitarnya, seperti napal dan batulempung. Ketidakseimbangan erosi ini menyebabkan batuan keras bertahan, menciptakan formasi batuan yang tampak seperti menggantung di atas lereng. Selain itu, struktur kekar pada batuan andesit berperan dalam pembentukan bentuk unik ini.
Sebagai bagian dari Punggungan Homoklin Ngluyu, Watu Gandul menyimpan potensi sebagai destinasi geowisata berbasis edukasi. Fitur geologi unik ini dapat digunakan untuk menjelaskan konsep-konsep geomorfologi, seperti erosi diferensial dan pelapukan. Selain itu, keberadaan Watu Gandul juga dapat dikaitkan dengan sejarah tektonik Zona Kendeng, memberikan perspektif yang lebih luas kepada pengunjung mengenai dinamika geologi regional.
Gambar 4 Gerbang masuk menuju puncak Watu Gandul
Pengembangan geowisata di Watu Gandul menghadapi tantangan berupa aksesibilitas medan yang sulit dan keterbatasan fasilitas pendukung. Oleh karena itu, perbaikan infrastruktur, seperti pembangunan jalur menuju lokasi, serta peningkatan fasilitas wisata seperti area istirahat dan pusat informasi, sangat diperlukan. Pendekatan partisipatif yang melibatkan masyarakat lokal juga penting untuk memastikan pengelolaan yang berkelanjutan.
Dewi Indah Kusuma Sari | Desember 2024