Sumber Berita : https://ft.ugm.ac.id/mengabdikan-hidup-untuk-panas-bumi-perjalanan-dan-dedikasi-pri-utami-penerima-lifetime-achievement-award-inaga/
“Saya pribadi merasa belum melakukan yang maksimum, tetapi ternyata organisasi profesi panas bumi menganugerahi penghargaan ini. Itu menjadi tantangan tersendiri bagi saya,” ujar Ir. Pri Utami, M.Sc., Ph.D., IPM., dosen Departemen Teknik Geologi UGM, ketika ditanya soal penghargaan Lifetime Achievement Award for Commitment and Dedication in Geothermal Education and Science dari Indonesian Geothermal Association (INAGA).
Penghargaan bergengsi tersebut diserahkan sebagai bentuk pengakuan atas dedikasi panjang Pri Utami dalam penelitian, pendidikan, dan pengabdian di bidang energi panas bumi. Sejak awal karier akademiknya pada tahun 1994, Pri Utami telah menekuni panas bumi bukan hanya sebagai disiplin ilmu, melainkan juga sebagai jalan hidup untuk memperkuat ketahanan energi nasional.
Awal Perjalanan Pri Utami: Skripsi yang Tak Biasa
Ketertarikan Pri pada panas bumi dimulai sejak masa kuliah di akhir 1980-an. Ketika sebagian besar mahasiswa lebih memilih minyak, gas, atau tambang sebagai tema skripsi, ia justru “nekat” meneliti panas bumi melalui kerja praktik di Divisi Panas Bumi Pertamina.
“Waktu itu belum ada mata kuliah geosains panas bumi. Saya harus belajar banyak hal sendiri geologi, geokimia, geofisika panas bumi – tentu dengan arahan para dosen pembimbing di kampus dan mentor di perusahaan – supaya bisa menulis skripsi yang pantas,” kenangnya. (19/9/2025)
Pada tahun 1994, Pri Utami mendapat kesempatan mengikuti program “Geothermal Teaching the Teachers” yang diselenggarakan oleh Pemerintah New Zealand bersama BPPT di ITB. Karena keaktifannya dalam mengikuti kursus tersebut, ia kemudian memperoleh hadiah beasiswa berupa kursus intensif selama tiga bulan mengenai rekayasa reservoir panas bumi di University of Auckland, New Zealand. salah satu pusat rujukan dunia untuk pendidikan panas bumi
Di kursus itu, Pri sempat merasa minder karena latar belakangnya adalah geologi, sedangkan semua peserta lain merupakan ahli rekayasa reservoir. Namun, para dosennya di New Zealand justru mendorong agar ia melihat peran besar ilmu geologi dalam mendukung kajian reservoir. Pengalaman tersebut membuatnya semakin yakin bahwa ilmu tidak bisa berjalan sendiri- sendiri.
Keseriusannya membawa Pri melanjutkan studi-studi pasca sarjananya di University of Auckland, Selandia Baru. Setelah meraih gelar doktor, Pri kembali ke UGM dan mengampu seluruh mata kuliah terkait panas bumi untuk jenjang S1 hingga S3. “Saya percaya pendidikan adalah kunci. Jika pendidikan panas bumi berkembang, maka ilmu, teknologi, dan industrinya juga bisa maju, sehingga berdampak bagi kesejahteraan bagi masyarakat,” tuturnya (21/9/2025).
Dedikasi Pri Utami: Ilmu yang Hidup dalam Penelitian dan Pengabdian
Pri Utami menegaskan bahwa dirinya, sebagai akademisi, tidak pernah mengklaim memiliki banyak keahlian. Namun, ia merasa memiliki tanggung jawab untuk terus menyebarkan pengetahuan tentang panas bumi kepada masyarakat luas. Bagi Pri Utami, ketika suatu kajian membutuhkan keahlian di luar bidangnya, kolaborasi dengan para pakar lain adalah langkah yang harus ditempuh.
Selama lebih dari tiga dekade, Pri Utami aktif meneliti berbagai lapangan panas bumi di Indonesia, mulai dari Ulumbu (Flores), Kamojang (Jawa Barat), Lahendong (Sulawesi Utara), dan prospek-prospek panas bumi di pulau-pulau lain. Dalam perjalanan risetnya, ia membangun kolaborasi erat dengan industri energi, pemerintah, dan sesama akademisi.
Sebagai dosen di UGM, Pri Utami tidak hanya mengajar di ruang kelas, tetapi juga konsisten mengembangkan penelitian kolaboratif dengan berbagai pihak. Lebih dari itu, ia selalu menekankan pentingnya pendekatan kepada masyarakat lokal. “Jangan sampai peneliti datang hanya mengambil data lalu pergi. Saya selalu datang ke sekolah-sekolah, ke balai desa, ke kantor-kantor pemerintah, bahkan ke rumah-rumah, untuk menjelaskan apa yang saya lakukan dan apa manfaatnya. Saya sampaikan juga harapan saya agar anak-anak muda di lokasi penelitian saya kelak juga berperan dalam mengembangkan panas bumi” tuturnya (19/9/2025).
Komitmen tersebut diperkuat melalui program KKN Tematik Panas Bumi yang ia pelopori. Melalui program ini, Pri Utami menginisiasi berbagai kegiatan, mulai dari sosialisasi energi panas bumi, pembangunan taman pendidikan panas bumi, hingga penyelenggaraan festival panas bumi.
“Bagi saya, penting sekali mendekatkan energi panas bumi ke hati masyarakat. Tanpa dukungan mereka, pengembangan energi ini sulit berjalan,” ujarnya (19/9/2025).
Tantangan Panas Bumi di Indonesia
Pri Utami menyoroti sejumlah tantangan yang masih dihadapi dalam pengembangan energi panas bumi di Indonesia. Menurutnya, setiap lapangan panas bumi memiliki karakteristik yang sangat spesifik sehingga tidak ada dua prospek yang benar-benar sama. Karena itu setiap lokasi memerlukan penelitian mendalam.
Tantangan lain terletak pada ketergantungan teknologi impor, terutama turbin dan peralatan utama yang masih didominasi produk luar negeri. Dari sisi regulasi, ia menilai masih ada tumpang tindih antar regulasi, sehingga perlu dilakukan sinkronisasi.
Selain itu, penerimaan masyarakat juga menjadi faktor penting, sebab penolakan kerap muncul akibat kurangnya pemahaman ilmiah. Ia juga menegaskan pentingnya keterlibatan masyarakat. “Kita membangun energi ini untuk siapa? Ya untuk masyarakat. Maka masyarakat harus diajak, diberi pengetahuan dan pemahaman, bahkan dilibatkan sejak awal,” tegasnya (19/9/2025).
Visi Global Pri Utami: Panas Bumi untuk Dunia
Bagi Pri Utami, energi panas bumi bukan hanya kebutuhan nasional, tetapi juga solusi global untuk menghadapi krisis energi fosil dan perubahan iklim. Pengalamannya mengajar di University of Auckland dan United Nations University (UNU) Jepang semakin memperluas cakrawala pengabdiannya. Dari sana, ia tidak hanya berbagi pengetahuan, tetapi juga menyampaikan pesan penting: energi panas bumi adalah energi pilihan yang bersih, handal, dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan, sehingga relevan untuk masa depan dunia.
“Energi panas bumi jangan lagi disebut energi alternatif. Ini energi pilihan. Jumlahnya besar, bersih, berkelanjutan, dan tidak perlu impor,” jelas Pri Utami (19/9/2025).
Selain listrik, panas bumi juga berpotensi untuk pemanasan dan pendinginan dalam proses industri, pengolahan produk pertanian, hingga menghasilkan mineral berharga sebagai produk samping. Penelitiannya bahkan berhasil mengolah mineral ikutan panas bumi menjadi booster penyubur dan penguat tanaman.
Pri Utami berharap Indonesia dan dunia semakin serius mengembangkan panas bumi sebagai energi masa depan. “Bumi sudah memberi kita sumber panas yang terbentuk sejak 4,5 miliar tahun lalu. Panas ini terus ada. Tugas kita menjaga bumi dan memanfaatkan energi panasnya dengan berwawasan kelestarian lingkungan dan keselamatan manusia,” pungkasnya (19/9/2025).
Sumber: Wawancara langsung dengan Ir. Pri Utami, M.Sc., Ph.D., IPM. (19/9/2025)
Penulis: Radaeva Errisya
Humas Departemen | Oktober 2025