Gili Air merupakan salah satu pulau kecil yang berada di barat laut Pulau Lombok. Perekonomian di pulau ini sangat dipengaruhi oleh kegiatan pariwisata. Berdasarkan data dinas pariwisata, mulai tahun 2017 terjadi peningkatan wisatawan yang cukup signifikan hingga mencapai 220 ribu wisatawan dalam setahun. Hal ini memicu banyaknya pembangunan penginapan yang mengakibatkan peningkatan jumlah sumur gali. Peningkatan jumlah sumur gali dapat berdampak pada kuantitas air tanah, dimana pulau yang lebih kecil relatif memiliki kapasitas air tanah yang lebih sedikit dibandingkan dengan pulau yang besar. Kapasitas air tanah sangat berkorelasi dengan kondisi akuifer. Gili Air memiliki akuifer yang homogen, air tanah pada pulau ini hadir sebagai freshwater lens (FWL) yang berada di atas air laut karena perbedaan densitas. Zona FWL dengan zona air laut terpisahkan oleh zona transisi yang tersusun oleh batu gamping.
Untuk mengetahui perubahan kapasitas air tanah yang dipengaruhi oleh peningkatan populasi wisatawan, digunakan data presipitasi yang dianalisis berdasarkan nilai rata-rata tiap bulan untuk mengetahui kalkulasi ketebalan FWL dan nilai resapan. Nilai salinitas air diuji untuk mendapatkan data interpolasi yang digunakan untuk analisis distribusi freshwater pada FWL. Kemudian dilakukan pengolahan data dengan software Oracle Crystal Ball untuk mengetahui estimasi ketebalan FWL, volume air, dan serapan tahunan. Berdasarkan pengolahan data didapatkan nilai rata rata presipitasi sekitar 1180 mm. adapun beberapa faktor yang menyebabkan kenaikan nilai presipitasi pada akuifer yaitu curah hujan tahunan yang tinggi, musim penghujan dan densitas pohon yang rendah.
Berdasarkan data yang diolah oleh Tschaikowski et al. (2024), didapatkan bahwa nilai rata-rata resapan tahunan empat kali lebih besar dari nilai kebutuhan air bersih di Gili Air, dan volume air bersih diestimasikan cukup untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat tanpa adanya wisatawan. Sejak tahun 2016, disimpulkan sektor pariwisata sangat berdampak pada kuantitas air bersih dan berpotensi mengakibatkan ketidakberlanjutannya air bersih. Solusi dari masalah tersebut adalah dengan melakukan monitor dan manajemen air tanah adalah satu satunya usaha yang dapat dilakukan untuk menjaga keberadaan dan stabilitas air bersih di Gili Air.
Studi terkait kuantitas air tanah pada Gili Air mendukung target SDGs nomor 6 yaitu air bersih dan sanitasi yang layak yang mencakup indikator air yang dapat diakses, akuifer, air bersih, dan air tanah serta SDGs no 12 yaitu konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab dengan indikator perusahaan komersial dan lingkungan penilaian.
Anggita Yashahila | Desember 2024
Daftar Pustaka :
Tschaikowski, J.M.P., Putra, D.P.E., Pracoyo, A., and Moosdorf, N., 2024, Tourism-Related Pressure on the Freshwater Lens of the Small Coral Island Gili Air, Indonesia: Water (Switzerland), v. 16, doi:10.3390/w16020237.
Artikel lengkap dapat diakses melalui https://www.scopus.com/record/display.url?eid=2-s2.0-85183330252&origin=resultslist