Penulis: Aisyah Dewi Khodijah
Daerah Perhutani ini berada di Desa Karanganyar dan sekitarnya, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur. Sebelumnya telah dilakukan pemetaan di daerah ini, tetapi dalam skala regional. Hal tersebut menjadi dasar bagi penulis untuk melakukan pemetaan geologi dengan skala yang lebih detail yaitu skala 1:25.000 di daerah Karanganyar, Bangkleyan, dan sekitarnya, Kecamatan Karanganyar dan Jati, Kabupaten Ngawi dan Blora, Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Pada daerah Perhutani ini, mayoritas pohon yang ditanam adalah pohon jati. Sering kali terjadi kejadian kriminal seperti pencurian pohon jati di Perhutani ini. Ketika penulis melakukan pemetaan, penulis mendapati pencuri kayu jati dalam 2 hari berturut – turut. Pada saat pemetaan area Perhutani, penulis didampingi oleh polisi hutan. Penulis juga diberi pinjaman motor oleh Asper (ketua polisi hutan daerah Karanganyar) untuk melakukan pemetaan di area Perhutani ini. Pada saat pemetaan, hari pertama dan kedua penulis dengan porter didampingi oleh polisi hutan untuk menjamah area Perhutani ini. Pada saat pemetaan, terdapat aktivitas manusia yang mencurigakan dan ternyata ada pencuri kayu yang melancarkan aksinya. Pencuri kayu tersebut untungnya belum sempat membawa pergi kayu, kemudian karena polisi hutan mengetahui aksinya terjadi pengejaran pencuri dengan dibantu oleh porter. Akan tetapi, pada akhirnya pencuri kayu tersebut tidak berhasil tertangkap.
Bukan hanya melakukan pemetaan saja, tetapi juga ikut membantu menjadi polisi hutan untuk menangkap pencuri di area Perhutani Ngawi ini. Berikut dokumentasi barang bukti hasil pengejaran pencuri di area Perhutani Ngawi.
Gambar 1. Barang bukti kayu yang gagal dicuri pada hari pertama di daerah Karanganyar Perhutani Ngawi.
Gambar 2. Barang bukti kayu yang gagal dicuri pada hari kedua di daerah Karanganyar Perhutani Ngawi.
Untuk kenampakan morfologi pada daerah perhutani ini dibagi menjadi 2 satuan geomorfologi, diantaranya :
- Satuan Perbukitan Terdenudasi Rendah Karanganyar
Gambar 3. Satuan Perbukitan Terdenudasi Rendah Karanganyar
Pada satuan ini memiliki pelamparan sekitar 42,2% dari luas daerah pemetaan. Kemiringan lereng pada perbukitan ini yaitu sekitar 14 – 20%. Menurut klasifikasi Van Zuidam, 1985, perbukitan ini termasuk ke dalam lereng yang agak curam dilihat dari persentase kemiringan lerengnya. Pada satuan ini memiliki titik tertinggi sekitar 182 m dan titik terendahnya yaitu sekitar 121 m.
Pada satuan ini berkembang pola penyaluran berupa pola subdendritik dan dendritik dengan densitas penyaluran yang relatif sedang. Pada satuan ini disusun oleh litologi berupa batulanau karbonatan dan batugamping (Wackestone). Struktur yang dijumpai pada area ini yaitu lipatan berupa sinklin, sesar geser sinistral, dan kekar. Untuk proses yang terjadi di satuan ini yaitu proses eksogenik berupa erosi, transportasi, dan terdenudasi hingga menjadi seperti sekarang ini.
Tata guna lahan yang berkembang berupa hutan dan persawahan. Daerah ini merupakan bagian dari Perhutani Kabupaten Ngawi dan dapat dijumpai area ladang jagung yang berkembang. Bencana geologi yang mungkin terjadi berupa kekeringan dan tanah longsor. Daerah ini cukup sulit untuk memperoleh air sebagai sarana irigasi persawahan sehingga jika musim kemarau tiba rawan terjadi kekeringan.
- Satuan Dataran Terdenudasi Sedang Karanganyar dan Bangkleyan
Gambar 4. Satuan Dataran Terdenudasi Sedang Karanganyar dan Bangkleyan
Pada satuan ini memiliki pelamparan sekitar 21,3% dari luas daerah pemetaan. Kemiringan lereng pada perbukitan ini yaitu sekitar 3 – 7%. Menurut klasifikasi Van Zuidam, 1985, perbukitan ini termasuk ke dalam lereng yang sangat landai dilihat dari persentase kemiringan lerengnya. Pada satuan ini memiliki titik tertinggi sekitar 119 m dan titik terendahnya yaitu sekitar 92 m.
Pada satuan ini berkembang pola penyaluran berupa pola subdendritik dan dendritik dengan densitas penyaluran yang relatif sedang. Pada satuan ini disusun oleh litologi berupa batulanau karbonatan, batupasir karbonatan, dan tuf. Pada satuan ini terbentuk lipatan berupa antiklin dan ditemukan pula sesar naik, sesar geser sinistral dan kekar. Untuk proses yang terjadi di satuan ini yaitu proses eksogenik berupa erosi, transportasi, dan terdenudasi hingga menjadi seperti sekarang ini.
Berkembang tata guna lahan berupa hutan dan persawahan. Pada daerah ini merupakan bagian dari perhutani Kabupaten Ngawi. Terdapat pula ladang jagung yang berkembang di daerah ini. Untuk bencana geologi yang mungkin terjadi adalah kekeringan dan juga tanah longsor. Pada daerah ini cukup sulit air untuk sarana irigasi persawahan, sehingga jika musim kemarau rawan terjadi kekeringan.
Dewi Indah Kusuma Sari | Desember 2024