Pembangunan infrastruktur jalan tol di Indonesia, seperti Jalan Tol Trans-Jawa, merupakan salah satu proyek strategis nasional yang bertujuan memperkuat konektivitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Jalan tol ini menghubungkan berbagai kota besar di Pulau Jawa, termasuk Semarang dan Yogyakarta, yang memiliki peran penting dalam sektor pariwisata dan perdagangan. Namun, konstruksi jalan tol di wilayah ini menghadapi tantangan geoteknik yang signifikan, terutama terkait potensi likuefaksi akibat aktivitas seismik. Kecamatan Seyegan, yang terletak di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, menjadi salah satu wilayah yang rawan likuefaksi. Wilayah ini dipengaruhi oleh keberadaan Sesar Opak, yang tercatat menyebabkan gempa bumi besar pada tahun 2006 dengan magnitudo 6,3 Mw. Kejadian ini mengakibatkan kerusakan infrastruktur dan fenomena likuefaksi di beberapa lokasi. Likuefaksi terjadi ketika tanah berbutir halus dan jenuh kehilangan kekuatan akibat gempa bumi, yang dapat mengakibatkan deformasi tanah, penurunan vertikal, serta kerusakan pada struktur di atasnya. Untuk mencegah hal tersebut maka dilakukan penelitian mengenai potensi likuefaksi untuk mencegal kegagalan konstruksi yang dilakukan oleh Setiadi dkk. (2024).
Analisis potensi Likuefaksi
Penelitian dilakukan dengan metode empiris berbasis data uji penetrasi standar (SPT) dan data geofisika dari survei mikrotremor. Analisis meliputi pengumpulan data yang mencakup data uji penetrasi standar, data geofisika, dan data hidrogeologi. Kemudian dilakukan analisis geologi yaitu analisis tanah dan menghitung percepatan tanah maksimum (PGA) dengan menggunakan model atenuasi seperti Boore-Atkinson NGA 2014. Setelah itu, dilakukan analisis geologi seismik dengan analisis potensi likuefaksi menggunakan metode Boulanger dan Idriss (2008) untuk menghitung faktor keamanan (FS) berdasarkan perbandingan Cyclic Stress Ratio (CSR) dan Cyclic Resistance Ratio (CRR). Berdasarkan hasil data yang sudah di olah kemudian dilakukan pemetaan kerentanan likuefaksi menggunakan metode IDW agar dihasilkan peta kerentanan.
Analisis berdasarkan SPT menunjukkan wilayah dengan tanah pasir lepas hingga sedang di kedalaman 2–12 meter memiliki faktor keamanan (FS) <1, menunjukkan potensi likuefaksi. Penurunan vertikal akibat likuefaksi diprediksi berkisar antara 0–44,64 cm. Peta seismik menunjukkan bahwa nilai PGA lebih tinggi di bagian selatan wilayah penelitian, yang berdekatan dengan Sesar Opak. Kondisi ini meningkatkan risiko likuefaksi dan penurunan vertikal di daerah tersebut. Adapun rekomendasi yang dapat dilakukan untuk menghindari dampak likuefaksi yaitu desain fondasi menggunakan teknik perkuatan tanah seperti grouting atau kolom batu untuk meningkatkan stabilitas dan mengelola tingkat air tanah di sekitar Saluran Irigasi Mataram untuk mengurangi risiko likuefaksi.
Studi Likuefaksi sebagai upaya mendukung SDG
Penelitian ini mengidentifikasi bahwa wilayah Kecamatan Seyegan memiliki potensi likuefaksi yang bervariasi dari sangat rendah hingga sedang, terutama di lokasi dengan air tanah dangkal dan tanah berbutir kasar. Penurunan vertikal yang signifikan memerlukan langkah mitigasi, seperti penguatan fondasi dan stabilisasi tanah, untuk memastikan keamanan jalan tol. Melalui penelitian ini diharapkan kegiatan konstruksi dapat berjalan dengan baik sehingga dapat mendukung pencapaian SDG nomor 11 yaitu kota dan pemukiman yang berkelanjutan yang mencakup indikator perencanaan pembangunan, pengurangan risiko bencana, dan perencanaan kota.
Daftar Pustaka
Setiadi, W. P., Faris, F., & Setiawan, H. (2024). Liquefaction potential hazard assessment and its effect on toll road construction in Seyegan Subdistrict, Yogyakarta. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 1314(1). https://doi.org/10.1088/1755-1315/1314/1/012120
Artikel selengkapnya dapat diakses melalui https://www.scopus.com/record/display.url?eid=2-s2.0-85189350553&origin=resultslist
Anggita Yashahila Rahimah | Desember 2024