Pulau Pisang, sebuah pulau kecil dengan luas sekitar 1,5 km², terletak di Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung. Pulau ini berbatasan langsung dengan Samudera Hindia di bagian barat dan selatan serta Pulau Sumatera di bagian utara dan timur. Selain pulau ini juga menjadi tempat tinggal bagi 1626 penduduk, Pulau Pisang memiliki potensi yang besar sebagai destinasi wisata dengan keindahan pantai, kegiatan memancing, dan pesona alam lain. Akan tetapi, peningkatan jumlah penduduk sekitar 3% per tahun dan potensi pengembangan wisata menimbulkan peningkatan permintaan terhadap sumber daya air.
Permasalahan utama di pulau kecil seperti Pulau Pisang yaitu keterbatasan kualitas dan kuantitas air. Dari pengamatan yang dilakukan, diketahui bahwa banyak sumur yang terisi ketika musim penghujan, tetapi mengering pada musim kemarau. Sebagai sumur terasa payau atau asin yang menandakan adanya potensi intrusi air laut yang mengancam keberlanjutan air tanah.
Dalam upaya keberlanjutan sumber daya air di Pulau Pisang, Sinaga dan Prof. Heru Hendrayana, melakukan penelitian untuk memetakan geologi, menganalisis resistivitas batuan, analisis hidrometeorologi, dan mengukur kualitas air tanah. Hasil dari penelitian ini yaitu sistem akuifer di Pulau Pisang tergolong akuifer bebas dan terdiri dari litologi calcareous gravelly sand, calcareous sandstone, dan porous limestone. Litologi pasir kerikil karbonatan ditemukan pada bagian utara pulau dengan ketebalan 15-90 meter, batupasir karbonatan terletak di lereng lipatan dengan ketebalan 3-5 meter, dan batugamping berpori menyebar di seluruh pulau dengan ketebalan 30-170 meter. Aliran air tanah di pulau ini bergerak dari area berbukit ke dataran rendah di kawasan pesisir dengan muka air tanah berada pada kedalaman 4-6 meter dan elevasi antara 2 hingga 19,77 meter.
Berdasarkan hasil pengukuran, diketahui bahwa Pulau Pisang memiliki infiltrasi yang relatif rendah dibandingkan curah hujannya. Hal ini menjadi tantangan utama dalam menjaga cadangan air tanah. Selain itu, dari analisis fisik dan kimia air tanah menunjukkan adanya indikasi intrusi air laut di bagian utara pulau. Permasalahan ini memerlukan adanya penelitian lanjutan terkait geokimia air tanah untuk mengetahui penyebab beserta solusinya.
Artikel lengkap dapat diakses melalui https://www.scopus.com/record/display.url?eid=2-s2.0-85189372169&origin=resultslist
Dewi Indah Kusuma Sari | Desember 2024