Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi energi geotermal terbesar di dunia, berkat posisinya di jalur Cincin Api Pasifik. Di antara berbagai kawasan geotermal di Indonesia, Kompleks Vulkanik Dieng menonjol sebagai salah satu wilayah dengan aktivitas vulkanik dan geotermal aktif. Kawah Sikidang, yang terletak di Kompleks Vulkanik Dieng, tidak hanya merupakan destinasi wisata terkenal tetapi juga pusat aktivitas geotermal yang signifikan. Manifestasi geotermal seperti kolam lumpur, solfatara, fumarol, dan batuan teralterasi mendominasi lanskap kawah ini. Namun, aktivitas vulkanik yang berkelanjutan juga menimbulkan risiko geologi seperti gas beracun, semburan lumpur, dan letusan freatik. Pemahaman yang mendalam tentang kondisi bawah permukaan Kawah Sikidang sangat penting untuk mitigasi bencana dan pengelolaan kawasan. Penelitian ini dilakukan oleh Nurapita dkk. (2024) yang bertujuan untuk menganalisis fenomena geotermal di bawah permukaan Kawah Sikidang menggunakan metode Ground Penetrating Radar (GPR), guna memberikan informasi yang relevan untuk pengelolaan dan mitigasi risiko bencana di kawasan ini.
Penelitian ini menggunakan metode Ground Penetrating Radar (GPR) untuk memetakan kondisi bawah permukaan di Kawah Sikidang. Alat yang digunakan adalah Akula Geoscanner 9000C dengan frekuensi 64,75 Hz, mampu mencapai kedalaman hingga 50 meter. Proses pengumpulan data dilakukan di jalur yang telah ditentukan, dengan fokus pada kedalaman maksimal 10 meter untuk memastikan akurasi pengukuran. Data yang diperoleh diproses menggunakan perangkat lunak GPRSoft melalui beberapa tahap, termasuk penghapusan noise, filter frekuensi, dan delineasi anomali. Radargram hasil survei GPR menunjukkan variasi amplitudo yang mencerminkan perbedaan densitas material bawah permukaan. Anomali yang teridentifikasi berupa pola “push-down,” yang mengindikasikan adanya aliran fluida geotermal menuju permukaan. Berdasarkan kepadatan titik potensi aliran fluida, kawasan ini diklasifikasikan menjadi empat kategori tinggi (Kepadatan 4-5 titik per 10 meter), Sedang (Kepadatan 3 titik per 10 meter), Rendah (Kepadatan 1-2 titik per 10 meter), Tidak Ada (Tidak terdapat titik potensi).
Metode GPR berhasil mengidentifikasi struktur geologi dan fenomena geotermal di bawah permukaan Kawah Sikidang. Pola “push-down” pada radargram menunjukkan jalur aliran fluida geotermal, dengan densitas aliran tertinggi berada di dekat zona tanah teralterasi. Informasi ini dapat digunakan untuk mitigasi risiko bencana geologi di kawasan ini. Sebagaimana yang tercantuk dalam poin SDG, penelitian ini merupakan upaya untuk merealisasikan SDG nomor 7 dan 11 yaitu energi bersih dan terjangkau dan kota yang pemukiman yang berkelanjutan.
Daftar Pustaka
Nurapita, K. K. R., Samodra, S. B., & Utami, P. (2024). Detecting Geothermal Phenomena at Sikidang Crater Area Based on Ground Penetrating Radar Method. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 1373(1), 012032. https://doi.org/10.1088/1755-1315/1373/1/012032
Artikel selengkapnya dapat diakses di https://www.scopus.com/record/display.uri?eid=2-s2.0-85204398936&origin=resultslist
Anggita Yashahila Rahimah | Januari 2025