Dari Bayat ke Rembang : Menapaki Sejarah Geologi bersama SekawanLimo

Penulis: Wahyuning Putri Andini

 

128 jiwa, 28 pembimbing, dan 14 asisten. 11 hari yang kelak akan dikenang sebagai salah satu bab terpenting dalam perjalanan akademik kami, dengan 1 tujuan yang sama: Kuliah Lapangan Geologi (KLG) Bayat. SekawanLimo namanya, atau dikenal juga dengan Cimol Bojot, kelompok unik dengan manusia-manusia di dalamnya yang tak kalah unik. Potong kontur, tanjakan jalur air dengan duri dan semak belukarnya, makan siang di tengah sawah yang jauh dari jalanan, ban motor yang tak lekas berputar ditahan tebalnya lumpur, hingga agenda berenang singkat oleh salah satu kawan kami, yang tentunya tak terencana, di tengah sibuknya checking. Bayat dan 22 episode Rembangnya menjadi penutup kisah panjang kuliah lapangan kami, sekaligus membuka babak baru dalam memahami geologi lebih dalam.

Hampir genap dua tahun angkatan 2023 menjalani perkuliahan di Teknik Geologi UGM. Sudah saatnya kami mengimplementasikan hasil belajar selama 4 semester dalam suatu agenda paling dinanti-nanti: kuliah lapangan. Bayat mengajarkan kami banyak hal, metamorf, sedimen, beku, dengan kontak litologinya yang paling diburu. Dalam prosesnya, kami tidak hanya membangun keterampilan teknis, tetapi juga memupuk kesabaran, ketelitian, dan kerja sama. Semua itu selaras dengan cita-cita Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 4 tentang Pendidikan Berkualitas melalui pembelajaran langsung di lapangan yang mengasah keterampilan praktis; SDG 15 tentang Melindungi, Memulihkan, dan Mendukung Keberlanjutan Ekosistem Daratan melalui pemahaman kondisi geologi yang menjadi dasar pengelolaan sumber daya secara bijak; serta SDG 13 tentang Penanganan Perubahan Iklim dengan meningkatkan kesadaran akan peran geologi dalam mitigasi bencana dan adaptasi terhadap perubahan lingkungan.

Dua puluh dua hari yang terlalu singkat untuk menjadi warga Desa Lebengjumuk, sebuah desa di perbatasan antara Grobogan dengan Pati. Bongkah gamping besar menghiasi setiap sudut desa. Pagi yang sibuk dan malam yang hangat mewarnai kehidupan 10 insan manusia penghuni rumah kayu cantik ini. Rutinitas kami dimulai dengan sarapan bersama di rumah singgah. Setelah itu, kami berpencar, berangkat menuju kavling pemetaan bersama porter masing-masing. Saya mendapat kavling nomor 78 yang meliputi area sekitar Desa Lebak, Desa Sedayu, Desa Putatsari, dan Desa Lebengjumuk di Kabupaten Grobogan. Kalian akan menemukan banyak sekali sawah, perumahan, bahkan segala macam jajanan di area bagian selatan. Area tengah kavling hingga ke utara didominasi oleh sungai dengan lantai berupa batu lanau karbonatan. Bongkahan gamping besar mendominasi bagian barat laut dan timur laut kavling. Uniknya, di beberapa titik pemetaan ditemukan air terjun mini yang tak kalah cantik dari air terjun besar, seperti Watu Ondo maupun Widuri. Air terjun ini masih belum bernama tentunya. Anak-anak desa sering berenang dan bermain di sekitar air terjun, pun mereka terkadang juga memancing atau mencari kepiting.

Seluruh hasil pemetaan yang telah kami lakukan nantinya akan disajikan dalam bentuk poster yang memvisualisasikan data geologi secara ringkas dan menarik. Selain itu, laporan lengkap juga akan disusun untuk mendokumentasikan metode, temuan, serta interpretasi yang diperoleh selama kegiatan. Kedua produk ini bukan hanya menjadi bukti kerja lapangan kami, tetapi juga diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi ilmiah dan bahan pembelajaran bagi generasi berikutnya. Dengan demikian, perjalanan kami di Bayat dan Rembang akan tetap hidup dalam bentuk pengetahuan yang dapat terus dibagikan.

 

Humas Departemen | Oktober 2025