Awal Bencana Geologi di Kawasan Cagar Budaya Majapahit Trowulan

Kerajaan Majapahit, yang mencapai puncak kejayaan pada abad ke-14, dianggap sebagai salah satu kerajaan terbesar di Indonesia. Trowulan, yang berlokasi di Mojokerto, Jawa Timur, diyakini sebagai ibu kota Majapahit dan telah ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya. Banyak situs arkeologi di Trowulan ditemukan dalam kondisi rusak dan terkubur, menimbulkan hipotesis bahwa kawasan ini pernah dilanda bencana geologi besar. Bukti-bukti berupa catatan kuno seperti Kitab Pararaton, Serat Kanda, dan Babad Tanah Jawi menunjukkan adanya peristiwa seperti “Guntur Pawatugunung,” “Banyu Pindah,” dan “Pagunung Anyar” yang dapat diinterpretasikan sebagai bencana geologi. Penelitian mengenai identifikasi bencana geologi berdasarkan catatan kuno dilakukan oleh Putra dkk. (2024) bertujuan untuk mengidentifikasi jenis dan asal bencana geologi yang berkontribusi pada terkuburnya kawasan Trowulan dengan menggunakan studi literatur dan analisis GIS (Sistem Informasi Geografis). Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai kronologi dan mekanisme bencana di kawasan ini.

Kawasan Trowulan termasuk dalam zona Dataran Aluvial Jawa Utara. Wilayah ini berada di antara Kompleks Vulkanik Arjuno-Welirang di selatan dan Antiklinorium Kendeng di utara. Trowulan memiliki unit geomorfologi yang beragam, termasuk dataran aluvial, dataran fluvial-vulkanik, kipas aluvial Jatirejo, dan tubuh vulkanik. Sungai-sungai seperti Boro, Jurang Celot, dan Pikatan berperan penting dalam membentuk morfologi kawasan. Berdasarkan catatan sejarah dan analisis geologi, terdapat tiga bencana utama yang diduga berkontribusi pada terkuburnya Trowulan:

  1. Guntur Pawatugunung: Peristiwa ini diduga terkait dengan letusan vulkanik, kemungkinan besar dari Gunung Kelud, yang menghasilkan material piroklastik.
  2. Banyu Pindah: Peristiwa ini merujuk pada banjir besar yang dipengaruhi oleh dinamika Sungai Brantas dan anak-anak sungainya.
  3. Pagunung Anyar: Terkait dengan aktivitas vulkanik atau deformasi tanah, namun kontribusinya terhadap terkuburnya Trowulan masih diperdebatkan.

Penelitian ini mengidentifikasi dua bencana geologi utama yang berpotensi berkontribusi pada terkuburnya kawasan Trowulan, yaitu banjir bandang dan letusan vulkanik. Banjir bandang dianggap memiliki peran terbesar, mengingat material pengubur di Trowulan didominasi oleh pasir dan kerikil. Namun, letusan Gunung Kelud juga tidak dapat diabaikan, mengingat adanya lapisan tuf di beberapa situs arkeologi. Analisis GIS menunjukkan bahwa material pengubur kemungkinan besar berasal dari selatan-tenggara, khususnya dari Kompleks Vulkanik Arjuno.

Studi ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk tercapainya SDG Nomor 11 yaitu kota dan pemukiman yang berkelanjutan. Diharapkan hasil penelitian dapat dimanfaatkan untuk mitigasi bencana di kawasan cagar budaya lain yang memiliki kondisi serupa.

Daftar Pustaka

Wahyu Purnomo Putra, B., Hadi Barianto, D., & Setianto, A. (2024). A Preliminary Study of Past Geological Disasters in the Trowulan Majapahit Cultural Heritage Area, Mojokerto Regency, East Java. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 1378(1). https://doi.org/10.1088/1755-1315/1378/1/012001

Artikel selengkapnya dapat diakses di https://www.scopus.com/record/display.url?eid=2-s2.0-85201237133&origin=resultslist

 

Anggita Yashahila Rahimah | Januari 2025