6 orang mahasiswa yang beranggotakan dari 3 mahasiwa Teknik Geologi dan 3 mahasiswa dari Geofisika berhasil membanggakan untuk Universitas Gadjah Mada maupun negara Indonesia pada perlombaan yang dilaksanakan oleh Universitas Teknologi Petronas di acara Asia Geoscience Student Conference Exhibition (AGSCE) 2018. Tim berhasil mendapatkan penghargaanGrand champion pada perlombaan Outcrop Competitions yang diikuti oleh 20 tim terbaik dari universitas yang berada di Regional Asia. Tim yang beranggotakan Benno Zola Triadi, Handika Lazuardi, Alse Nabilah, Nur Indah, M Joko Tri P dan Klemens. Perlombaan ini menggunakan konsep yang dimana harus membuat model nyata dari Outcrop dan menganalisis data outcrop yang unik dari daerah asal peserta tersebut. Tim Universitas Gadjah Mada mengangkat Petroleum system yang bekerja pada suatu outcrop yang berada di Desa Sendangharjo, Polaman, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah. Perlombaan dilaksanakan dua hari pada tanggal 29 Oktober hingga 30 Oktober 2018. Persiapan yang matang dilakukan oleh tim dari Universitas Gadjah Mada untuk menghadapi perlombaan ini. Negara-negara dari Asia yang mengikuti kegiatan AGSCE ini adalah Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, Jepang serta juga ada Australia. Outcrop competition sendiri dilaksanakan dengan menampilkan outcrop serta data yang didapatkan di booth yang sudah disediakan oleh panitia AGSCE. Dengan menjawab pertanyaan dari orang-orang yang datang ke booth dapat meliputi professional dibidang geosains maupun mahasiswa-mahasiswa yang berada di Asia menjadi kriteria penilaian untuk mendapatkan tittle grand champion pada perlombaan outcrop competition.
artikel
Tak hanya Aya Shika, Ichsan Ramadhan dan Agung Rizki Perdana yang berhasil menggondol trofi, kontingen UGM yang diwakili oleh Salma Difa Masti (Teknik Geologi 2015), Wino Fadriand (Teknik Geologi 2015), dan Mradipta Lintang (Teknik Geologi 2015) pun berhasil meraih trofi juara dalam ajang yang sama, Olimpiade Geologi Indonesia 2018 untuk bidang Gold Exploration Competition, 19 Oktober 2018.
Gold Exploration Competition merupakan lomba studi kasus tentang eksplorasi sumberdaya mineral berupa emas. Disajikan data eksplorasi mineral dari suatu perusahaan untuk diproses dan dianalisis, dengan tujuan untuk mengidentifikasi potensi endapan emas dan memberikan rekomendasi titik bor untuk tahap eksplorasi selanjutnya di suatu lapangan. Peserta diberi waktu 420 menit untuk menganalisis data dan menyajikan hasil analisis dalam bentuk presentasi. Selama kompetisi, peserta dikarantina sehingga tidak diperkenankan membawa alat komunikasi. Presentasi dilakukan dalam waktu 10 menit pada hari yang sama dengan hari pemrosesan dan analisis data. Dalam kompetisi ini, Tim UGM dituntut untuk bisa melakukan analisis dengan teliti dan cermat dalam waktu yang sangat terbatas dan memanfaatkan semua data yang ada, untuk menilai potensi endapan emas di lapangan tersebut.
Tim Mahasiswa Teknik Geologi FT UGM berhasil meraih juara satu dalam ajang Geoscience Competition, 18-20 Oktober 2018 lalu. Geoscience Competition adalah salah satu rangkaian dari Olimpiade Geologi Indonesia (OGI) 2018 yang diadakan oleh Fakultas Teknik Geologi (FTG) Universitas Padjadjaran.
Delegasi UGM yang diwakili oleh Aya Shika V. Bangun (Teknik Geologi 2015), Ichsan Ramadhan (Teknik Geologi 2015), dan Agung Rizki Perdana (Teknik Geologi 2015) berhasil mengharumkan nama UGM dalam kompetisi berskala nasional yang turut serta diikuti oleh berbagai perguruan tinggi Indonesia.
Universitas Gadjah Mada (UGM) membuka kesempatan untuk berkarier menjadi Dosen Tetap Non-PNS di lingkungan Universitas Gadjah Mada, pada tahun 2017. Pendaftaran dapat dilakukan melalui laman https://rekrutmen.sdm.ugm.ac.id/. Adapun persyaratan dan tatacara pendaftaran dapat dilihat disini.
Thesis Deddy Alisyahbana
Ada 3 cara pemupukan tanaman yaitu pemupukan melalui akar, pemupukan
melalui daun dan pemupukan melalui batang. Kelemahan pemupukan melalui
akar adalah sebagian pupuk akar larut oleh air hujan, dan diserap oleh gulma
sehingga hanya sebagian pupuk saja yang dimanfaatkan oleh tumbuhan.
Pemupukan melalui daun, pupuk harus dalam keadaan cair dan hanya dapat
dimanfaatkan untuk tanaman perdu dan berdaun lebar. Kelebihan pemupukan
melalui batang semua unsur pembentuk pupuk dapat diserap oleh tanaman, cara
pemupukan briket pupuk diletakkan diantara pelepah daun sehingga oleh uap air
yang ada diudara pupuk akan “mencair” dan langsung masuk dalam jaringan
tubuh tanaman.
Referat C Simada Sembiring
Pembentukan cekungan sangat dikontrol oleh adanya gejala tektonik,
sehingga banyak cekungan di kulit bumi yang pembentukannya berhubungan
dengan sesar, utamanya sesar turun, namun hubungan antara 2 sesar geser
mendatar (strike slip fault) juga dapat mengakibatkan terbentuknya cekungan
pengendapan. Hubungan antara struktur kompresif dan ekstensi penting untuk
dipelajari lebih dalam, terutama pembentukan struktur inverse. Geometri dari
cekungan tipe ini dapat sangat bervariasi sesuai dengan pola tegasan yang terjadi.
Deformasi (Ramsay dan Huber, 1983) merupakan perubahan geometri suatu
material karena terkena suatu gaya. Sebagai studi kasus, batas selatan Zona
Kendeng pada awal terbentuknya merupakan sesar turun, kemudian mengalami
kompresi dan pada sesar turun tersebut akan mengalami inversi.
Kata kunci : deformasi, sesar turun, inversi, cekungan.
The 2010 eruptions of Merapi Volcano in Indonesia, began in late October 2010 when Merapi Volcano in Central Java, Indonesia began an increasingly violent series of eruptions that continued into November.
Beside respiratory health effect to human health, volcanic ash may result in short-term physical and chemical changes in water quality. The addition of volcanic ash to water supplies can lead to a change in
water quality. The most common ash-contamination problems result from a change in turbibity and acidity, but these usually last a few hours to a few days unless the ash fall occurs for prolonged periods of time. For longer period, the effect of pyroclastic flow was also suspected to efect of surface water, in fact the material of pyroclastic flow consist of fresh volcanic material which can carry a variety of metals and other potentially-pathogenic trace elements. In this study, thirty water samples were obtained from several water supplies including groundwater, surface water, waterworks company, and spring, which collected on the day after eruption. The result showed that some of some water samples has been contaminated by volcanic ash.
Some parameters including Total Suspended Solid, Color, pH, Iron, Mangan, Nitrate, Lead, Cadmium, Selenium were detected above the threshold. Especially for Selenium, it was considered high and the source of selenium was considered from sulfur composition in volcanic ash sample. On the other hand, the impact of pyroclastic flow for water supplies has been carried out, by sampling five location of surface water in two month after eruption. Water quality data obtained from several rivers in study area indicated Iron, pH, turbidity and Total Suspended Solid were above the threshold. In particular, the suspension of ash in water can block intake filters and cause wear and tear on components of water treatment plants due to its abrasive and corrosive nature. High turbidity levels can compromise the effectiveness of disinfection of pathogenic micro-organisms. Other effects are high water demand for cleanup depleting water storage in reservoirs, and the leaching of soluble components, particularly acidity, into receiving waters.***
he study area is located in the western part of Kalimantan, between the latitude 2º 15’S to 2º 15’N, and longitudes 108º 55’ and 113º 10’E. The six administrative districts within the study area are administered respectively from the towns of Sanggau, Singkawang, Sambas, Pontianak, Ketapang and Nangapinoh. Kalimantan can be divided into several roughly E-W trending tectonic provinces. The northern portion of the island is dominated by the Cretaceous and Eocene to Miocene geological units. The Schwaner Batholith itself is a triangular exposure of Cretaceous granitic rocks which intrude into Paleozoic and Mesozoic volcanics, volcaniclastics, and marine sediments.
The main purpose of this research work is to understand the geology and geochemical characteristics of granitoid rocks of the area and to establish the relation of its rocks with association of mineralization in the area. The analytical methods such as petrography, ore mineralogy, X-ray Fluorescence (XRF) and Inductively Coupled Plasma Mass Spectroscopy (ICP-MS) have been conducted for this research.
The granites, granodiorites, tonalites, quartz monzonites, and quartz monzodiorites of the western Kalimantan area have calc-alkaline fractionation trends that are consistent with magmas formed at volcanic arc setting. Characteristics vary slightly between samples but generally have I-type signatures. Normalized trends and tectonic comparisons for REE suggest that the granitoid rocks from the area are the crystallization product of an initial partial melting of any combination of volcanic-arc environment and active continental margins.
Mineralizations are mostly associated with Cretaceous granites bodies and some are related with younger Miocene intrusive rocks which are mostly occured along the marginal parts of granite plutons. It is also related with structural control that can be seen at the deposit scale. This mineralization displays both of the shallow level to deep level environments. Potential mineralizations have the highest copper grade of 26,500 ppm, zinc 369,000 ppm, lead 216,000 ppm, silver 1,580 ppm, cassiterite 31,200 ppm and manganese 10,100 ppm. Other base element nickel (Ni) and chromite (Cr) have low contents, in which the highest grade for nickel is only 20 ppm and chromite is merely 290 ppm.
Pemanfaatan geologi yang diketahui pertama kali untuk penilaian medan peperangan terjadi di Katzback pada 1813 dan berkonstribusi dalam mengalahkan Tentara Napoleon. Semenjak itu, sebagian besar kegiatan militer besar mulai memanfaatkan ahli siasat geologi untuk mengevaluasi medan dan roman-roman atau menjalankan aksi peperangan secara langsung. Nilai pengalaman ahli geologi dikenal dalam buku-buku seperti penerapan militer geologi pada 1859 dan 1885 dan terbitnya “Militargeologie” pada 1913 oleh perwira Angkatan Darat Jerman.
Selama Perang Dunia I, data geologi mulai tersedia pada peta-peta khusus untuk
lalu-lintas dan pergerakan perbekalan, kendaraan dan personil, mengidentifikasi air dan sumber material-material konstruksi, merencanakan dan mendesain benteng pertahanan di permukaan tanah dan di bawah tanah, dan memimpin peperangan bawah tanah dengan susur terowongan. Angkatan Bersenjata Amerika Serikat (1917–1918) menyiapkan peta geologi teknik pertama kali untuk keperluan peperangan dan konstruksi bangunan lapangan. Seluruh pasukan menyatakan pentingnya geologi terkait perang untuk sesumber, strategi, dan pemahaman karakteristik medan peperangan untuk siasat dan penyerbuan.
Petunjuk lapangan tertulis bagi Geologi Militer (Wehrgeologie) diterbitkan oleh Angkatan Darat Jerman pada 1938. Penilaian geologi untuk wilayah peperangan yang potensial dan roman-roman startegis menjadi makin bertambah penting selama Perang Dunia II, sebagai contoh, peta topografi Jerman sebelum perang
yang memuat Afrika Utara dengan lokasi sumber air dan wadi, rintangan berupa dinding curam yang mempengaruhi pergerakan kendaraan bermesin. Satuan Geologi Militer Amerika Serikat menyiapkan folio-folio geologi untuk kegiatan di Eropa Selatan dan seluruh wilayah Kepulauan Pasifik. Satuan Geologi Militer Inggris menyediakan peta dan penasehat geologi untuk kegiatan di Eropa Barat.
Perbaikan infrastruktur-infrastruktur geologi tanpa henti membantu sejumlah kegiatan seperti pemilihan lokasi pendaratan pesawat dan lapangan terbang, pelabuhan pantai dan pendaratan darurat, lokasi dan konstruksi instalasi perlindungan permukaan dan bawah tanah. Hal yang serupa dengan pekerjaan ini,
sebagai contoh, pelabuhan untuk pendaratan Normandy. Geofisika militer menjadi penting bagi tujuan kelautan, sebagai contoh, pengembangan magnetik dan ilmu bunyi bagi tambang aktif, menelusuri Kapal Selam U milik Jerman dan menyediakan peta bawah samudera dan endapan-endapan, teknik-teknik
pengindera panas udara dalam mengidentifikasi pergerakan pada Era Vietnam di bawah lebatnya hutan. Selama 1940-an dan 1950-an, prinsip-prinsip dan teknik- teknik ilmu kebumian dimanfaatkan pada suatu skala baru bagi tujuan militer dan keteknikan.
Penelusuran terowongan yang berhasil dilakukan oleh Angkatan Bersenjata Serikat pada Perang Sipil dan oleh Inggris pada Perang Dunia II, meginspirasi suatu persenjataan dalam penyerangan besar Korea Utara pada 1950-an.
Terowongan penyusupan banyak ditemukan pada saat ini di bawah Zona Demiliterisasi atau Demilitarized Zone (DMZ) dan Korea Selatan. Cabang Geologi Militer tetap, Badan Survei Geologi Amerika Serikat (1946),
mempelajari lokasi uji atom di Pasifik dan Nevada. Penelitian oleh Kesatuan Insinyur Angkatan Darat Amerika Serikat dan Kesatuan RAND memimpin desain dan konstruksi instalasi-instalasi bawah tanah pada 1960-an. Ahli kebumian menginterpretasi peledakan nuklir Rainier (1957) dan membedakan antara
ledakan nuklir dan peristiwa gempa. Proyek Keamanan Nasional ini (1957–1966) bergantung pada sejumlah prinsip-prinsip dan teknik-teknik ilmu kebumian, dan program Plowshare dari 1960-an yang menyesuaikan database ini untuk sejumlah kekuatan militer dan keperluan industri.
Upaya geologi selama Era Vietnam dalam perang gerilya yang tersebar luas mengharuskan suatu kelompok membentuk pendekatan dengan membuat foliofolio dan peta topografi oleh satuan geologi terpusat. Fungsi-fungsi geologi secara luas terfokus kembali dari kekuatan pertempuran angkatan bersenjata terhadap
Agen Intelijen Pertahanan pada 1970-an. Banyak Proyek Keamanan Nasional melayani penegakan militer dan bergantung pada prinsip-prinsip ilmu kebumian.
DwikoritaKarnawati(1), Eric. G. Frost(2), T. Faisal Fathani(1), Subroto(1), Budi Andayani(3)
1) UniversitasGadjahMada, Faculty of Engineering, Yogyakarta, Jl. Grafika no 2, 55281, Indonesia
2) San Diego State University, Geological Sciences and Visualization Center, San Diego, California, USA
3) UniversitasGadjahMada, Faculty of Psychology, Yogyakarta, Bulaksumur, 55281, Indonesia
Abstract: Smart Grid is a participatory cyber-based communication and information system, developed to support the communication-monitoring of landslide hazard and the coordination for landslide early warning, via participatory on-line web and/ or various type of social media. To test the effectivity ofthe Smart Grid performance, a pilot implementation of this system is now under preparation. A specific landslide hazard area in Karanganyar Regency will be selected as a pilot implementation site. Prior to and after the trial implementation of this system, a psycho-social survey will be carried out, in order to evaluate the limitations of such system and community response during the trial.