Makassar, ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan, menghadapi tantangan lingkungan akibat adanya penggunaan air tanah yang tinggi. Salah satu kota pesisir di Sulawesi ini memiliki pertumbuhan penduduk yang pesat. Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2024, jumlah penduduk di Makassar mencapai 1.474.393 jiwa. Akibatnya, kebutuhan akan air bersih untuk kegiatan sehari-hari menjadi meningkat pesat. Sebagai kota pesisir, sebagian besar kebutuhan air di Makassar masih bergantung pada air tanah.
Akan tetapi, penggunaan air tanah yang tidak terkendali di kawasan pesisir telah menyebabkan beberapa masalah lingkungan, salah satunya yaitu intrusi laut. Fenomena ini terjadi ketika air laut merembes masuk ke dalam lapisan akuifer air tawar di bawah tanah, sehingga kualitas air tanah menjadi menurun. Intrusi air laut ini menjadi ancaman serius karena air tanah yang terkontaminasi tidak layak digunakan untuk kebutuhan domestik maupun industri.
Permasalahan ini menjadi latar belakang penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa magister dan dosen Teknik Geologi UGM, Sunu Ardhi Nugroho dan Prof. Wahyu Wilopo, untuk menilai intrusi air laut di pesisir Makassar menggunakan analisis geokimia dan isotop. Penelitian ini menggunakan beberapa parameter yaitu total padatan terlarut (TDS), konduktivitas (EC), ion klorida, ion klorida (Cl⁻), rasio Simpson, serta rasio Na/Cl. Selain itu, diagram trilinear Piper digunakan untuk menentukan tipe air.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan di beberapa area di pesisir Makassar, seperti Kecamatan Tallo, Mamajang, dan Tamalate, telah mengalami indikasi intrusi air laut. Hal ini dapat terjadi apabila akuifer bebas yang terletak dengan laut. Diagram Piper mengungkapkan bahwa tipe air tanah yang berada di beberapa lokasi mengindikasikan karakteristik air laut dengan dominasi ion natrium-klorida (NA-Cl).
Adanya intrusi air laut ini tentunya berdampak pada lingkungan dan kualitas hidup masyarakat. Kualitas air tanah yang menurun dapat menyebabkan krisis air bersih, kerusakan ekosistem tanah, dan penurunan produktivitas lahan.
Hasil dari penelitian ini ternyata memberikan informasi yang sangat penting terkait kondisi air tanah di kawasan pesisir Makassar dan potensi intrusi air laut yang terjadi. Dengan pemahaman terkait fenomena ini, pemerintah dan pemangku kebijakan lainnya dapat merancang kebijakan yang tepat untuk melindungi sumber daya air yang berkelanjutan.
Artikel lengkap dapat diakses melalui https://www.scopus.com/record/display.url?eid=2-s2.0-85206114338&origin=resultslist
Dewi Indah Kusuma Sari | Desember 2024